Demi biaya operasi sang ibunda, Lalita rela menerima perjodohan dengan seorang yang tidak dia kenal sama sekali. Namun siapa sangka ternyata Pria yang dijodohkan dengannya adalah CEOnya sendiri. Sama-sama tidak menghendaki perjodohan ini. Baik Lalita maupun Arga sang CEO memutuskan untuk melakukan perjanjian di atas kertas. Arga sang CEO selalu semena-mena kepada istrinya baik di rumah maupun di kantor, dia hanya bersikap manis ketika di depan sang Kakek dan Ibunda Lalita. Apakah Arga akan jatuh cinta kepada istrinya atau mereka justru akan berpisah?
View More"Pak Arga?"
Lalita yang saat itu sedang memiliki janji bertemu pria yang akan dijodohkan dengannya nampak terkejut setelah tau apabila pasangan kencan butanya adalah CEO-nya sendiri.
"Kamu mengenalku?" Sang CEO bertanya heran.
Wanita itu mengangguk, jelas dia mengenalnya. Arga Rahardi Winata adalah CEO di tempat dia bekerja.
"S-saya … OB di perusahaan Pak Arga,” jawabnya ragu.
Tatapan pria itu semakin sinis dan dingin setelah tau wanita yang akan sang Kakek jodohkan dengannya adalah OB-nya sendiri.
Suasana terlihat begitu canggung, Lalita semakin tak nyaman dengan sikap Arga yang tidak bersahabat.
“Kamu menerima perjodohan ini karena harta kakek, kan?” Tatapan pria itu masih sinis, terlihat ada rasa benci akan wanita yang telah dijodohkan dengannya.
Terkejut sebelumnya belum hilang kini dia harus kembali terkejut dengan kalimat CEO-nya itu.
“Maaf, Pak … kelihatannya Anda salah paham terhadap saya.”
Pria itu mendengus, sinis. “Bila bukan harta, apalagi yang wanita seperti kamu inginkan?”
Raut wajah Lalita semakin muram. Dia sadar, jika mereka berdua bagai langit dan bumi. Namun, tetap saja … pria itu tidak pantas menuduhnya demikian.
“Jika Kakek Anda tidak menolong ibu saya, saya juga tidak mau menerima perjodohan ini!” ungkap Lalita pada akhirnya.
Saat itu ibu Lalita sakit keras dan harus dioperasi, Kakek Arga-lah yang datang untuk menjamin semua biaya, dengan syarat Lalita harus menikah dengan cucunya yang tak lain adalah CEOnya sendiri.
Arga berdecak, “Alasan!”
Dua tangan Lalita mengepal. Kekesalannya sudah sampai di ubun-ubun. “Saya tahu, saya memang miskin, tapi saya bukanlah wanita yang gila harta, Pak!” Gadis itu berujar lantang, menantang Arga lewat tatapan mata. “Kalau Bapak keberatan, Bapak bisa bicara pada Kakek untuk membatalkan perjodohan ini!"
“Tidak semudah itu,” jawab Arga serupa menggumam. Lalu, pria itu nampak berpikir sejenak sebelum kemudian kembali berbicara, “Pernikahan ini akan tetap dilanjutkan, dengan perjanjian.”
Wajah Lalita yang polos itu kini terlihat bingung, “Apa maksudnya?”
“Pernikahan di atas kertas.” Arga berujar lugas. “Aku akan tetap menikahimu. Kita akan bercerai setelah beberapa bulan.”
Sebenarnya, Lalita agak kurang setuju. Sebab, dia tidak ingin mempermainkan ikatan suci yang diucap di hadapan Tuhan.
Namun, wanita itu sadar diri jika dia tidak punya kuasa untuk menolak keputusan Arga. Toh, pernikahan kontrak ini pun menguntungkan dirinya–meski akhirnya dia akan menyandang status janda.
“Kalau itu yang terbaik, saya setuju.”
Akhirnya mereka bersepakat untuk melakukan nikah kontrak.
Dijodohkan secara tiba-tiba dengan pria yang ternyata adalah CEO-nya sendiri tidak membuat Lalita bahagia, Meski seorang CEO tapi Arga tidak memiliki karakter yang baik. Dia dikenal dengan dingin, sombong serta angkuh, sudah dapat dipastikan bagaimana nasibnya apabila menjadi istri kontrak pria itu
Tak hanya Lalita, Arga pun sama. Dijodohkan dengan wanita yang tak dia kenal saja dia menolak. Apalagi ketika mengetahui bahwa wanita itu adalah bawahannya sendiri, tentu pria itu akan semakin memberontak.
“Kalau begitu, bersiaplah. Aku akan bilang Kakek jika pernikahan kita akan dipercepat.”
Mata Lalita memelotot. “Apa? Dipercepat?”
Arga mengangguk tak kentara. “Besok pagi, asistenku akan mengirimkan perjanjiannya. Pastikan kamu menandatanganinya langsung.”
Lepas berkata demikian, Arga langsung bangkit. Pria itu meninggalkan Lalita sendirian.
Wanita itu menatap punggung angkuh yang terus berjalan menjauh. Dia mencebik, kedua tangannya mengepal, kesal. “Dasar CEO angkuh! Liihat saja, aku pasti akan membuatmu mencintaiku lebih dulu.”
"Pak Rangga kenapa anda disini?" Vina nampak terkejut, pikirannya kemana-mana. Apa dia sudah tau jika yang tidur dengannya malam itu adolah Amira? "Tentu mengunjungi calon istri aku." Rangga malas untuk berdrama lagi, dia ingin segera mengungkap semua kebenarannya. "Mas...." Amira mengkode Rangga agar bisa menahan diri tapi pria itu sudah muak pada Vina terlebih Vina telah membunuh calon bayinya. "Apa anda sudah tau semuanya?" Ucap Vina gugup. "Menurutmu!" Sahut Rangga. Wajah Vina menjadi pucat pasi, tak ada harapan lagi akhirnya dia meminta maaf. Wanita itu juga memohon pada Amira agar dimaafkan. "Aku sangat mencintai Pak Rangga Mir mangkanya aku berbohong." Vina memegang tangan Amira. Namun Amira yang sudah kecewa dan sakit hati pada sahabatnya dengan segera melepas tangan Vina. "Amira kita kan sahabat." Vina kembali berekspresi sedih berharap Amira berubah pikiran namun Amira tidak mau tertipu lagi. Mungkin jika dia hanya ingin bersama Rangga tidak masalah tapi
Sore itu sepulang dari kantor, Rangga pergi ke Villa untuk menemui Vina, dia tidak bisa mengulur waktu lagi untuk mengungkap kedok wanita jahat itu. Rencananya dia akan menjebak Vina agar mengakui semua di hadapannya dan Amira. Melihat kedatangan Rangga, Vina sangat senang. Dia langsung menyambut mantan atasannya itu. "Sore Pak Rangga." Sapanya dengan tersenyum manis. Rangga membalas senyuman Vina. meski sebenarnya hatinya enggan bersikap manis terhadap wanita yang telah membunuh calon bayinya. "Sore." Dia duduk lalu menyandarkan kepalanya dia sofa. "Vina, waktu itu di club aku tidak memakai pengaman apa kamu tidak merasakan tanda-tanda kehamilan?" Pertanyaan Rangga membuat Vina berpikir, bagaimana bisa hamil sedangkan yang tidur dengan Rangga adalah Amira. "Memangnya kenapa Pak?" tanya Vina was-was. "Tidak apa-apa, aku ingin mengumumkan pernikhaan secepatnya." Jawaban Rangga membuat Vina senang, saking bahagianya dia segera memeluk CEO itu. "Sudah lepas,
Dari rumah sakit Rangga kembali ke kontrakan Amira lagi, dia mengkonfirmasi Amira terkeit obat penggugur kandungan. Mendengar ucapan Rangga, Amira sangat shock. Bagaimana bisa vitamin menjadi obat penggugur kandungan? "Aku sungguh tidak tahu." Dengan raut wajah sedih Amira menunduk. Sementara Rangga berpikir keras, secara logika tidak mungkin ada dokter yang sengaja memberikan obat penggugur kandungan, pihak farmasi juga tidak mungkin melakukan kelalaian yang fatal jadi permasalahannya di Amira. Apakah obat itu tertukar atau gimana? "Apa ada yang kesini sebelum kamu keguguran?" Tanya Rangga dengan menatap sang wanita. Amira terperangah menatap Rangga, dia baru menyadari kedatangan Vina beberapa hari lalu. "Mas Vina datang kesini, dia menginap juga." Ucapan Amira membuat Rangga mengepalkan tangan, dia yakin Vina lah yang membunuh calon bayinya. "Beraninya dia melenyapkan calon bayiku." Ujar Rangga. Rangga bangkit, dia ingin membuat perhitungan dengan Vina, dia
Amira terus kesakitan, dia mencoba menghubungi Rangga tapi Pria itu tidak mengangkat panggilannya. Berkali-kali Amira menghubungi Rangga tapi tetap sama, Rangga tidak menerima satu pun panggilan darinya. Sakit yang semakin menusuk membuat Amira tak tahan. Saat bersamaan terdengar pintu diketuk. Sambil menahan rasa sakit, wanita itu membukakan pintu. "Andi." Kata Amira pelan. Melihat sahabatnya yang sangat pucat dan kesakitan membuat Andi khawatir, "Kamu kenapa Amira?" tanyanya panik. "Perut aku sakit." Jawabnya. Tak tahan akan sakit di perutnya, Amira lalu pingsan. Andi sempat kebingungan hingga akhirnya dia membawa Amira ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, dengan tangannya Andi membawa tubuh Amira masuk ke dalam. "Dokter Dokter! " Teriak Andi. Beberapa dokter yang mendengar teriakan segera sigap, lalu menggiring Andi ke ruang gawat darurat.Tau jika pasien mengalami keguguran, Dokter segera melakukan tindakan. "Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Andi cem
Tatapan Lalita kini mengarah ke Amira, dia tersenyum melihat Rangga datang dengan seorang wanita. "Kekasih kamu ya Mas." Goda Lalita. Rangga tersenyum lalu mengangguk. Lalita cukup senang akhirnya Rangga sudah menemukan wanita. Masih mempertahankan senyumannya Lalita duduk di samping Amira. "Hay, aku Lalita." Dia menyodorkan tangan pada Amira. "Hay, saya Amira." Amira melakukan hal yang sama. Lalita dan Amira mengobrol, dan bersamaan dokter keluar dari ruang operasi. "Bagaimana keadaan istri saya Dok?" Damar segera bertanya. "Baik, kedua bayinya juga sehat." Ucapan Dokter membuat Damar menitikkan air mata, kini statusnya berubah menjadi seorang ayah. Rangga yang melihat teman serta rekan kerjanya bahagia pun turut bahagia, dia dapat merasakan kebahagian Damar. "Selamat atas kelahiran anak kamu." Ujarnya dengan senyuman hangatnya. "Terima kasih Pak Rangga." Pria itu memeluk Rangga. Tak selang lama, dua orang suster keluar membawa dua bayi mungil,
Mual dan muntah semakin parah, hingga Amira ijin tidak masuk karena lemas. "Apa yang kamu perlukan Amira? akan aku belikan." Vina menunjukkan wajah khawatirnya. Bukan khawatir karena sahabatnya sakit tapi dia khawatir jikalau Amira hamil. "Tidak perlu Vin, terima kasih." Ujar Amira. Karena harus kembali ke villa, Vina pun pamit dan sebelum pergi dia bilang jika akan datang lagi. Amira mengangguk, meski dia sedikit heran dengan sikap Vina yang tiba-tiba berubah jadi perhatian. Tak ingin ambil pusing, Amira mengabaikan kecurigaannya.Di sisi lain, Rangga yang mendengar kabar jika Amira sakit jadi panik, dia segera pergi ke kontrakan Amira untuk menjenguk kekasihnya itu. "Pak Rangga." Kedua bola mata Amira membulat melihat kedatangan sang pria. "Masih saya panggil Pak." Rangga menjentikkan jarinya pelan dia dahi sang wanita. Amira menggosok dahinya dengan tangan, meski jentikn tangga Rangga tidak sakit tapi dia sedikit lebay di hadapan CEO itu. "Iya Mas." Ujarnya. Ingat akan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments