Istri Pajangan

Istri Pajangan

last updateLast Updated : 2023-03-09
By:  NadaauliaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
45Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Perubahan seorang istri yang selalu saja dipandang rendah oleh suaminya, membuat sang suami, merasa menyesal telah menyiakan dan memandangnya sebelah mata. Bagaimana kisah rumah tangga Sekar selanjutnya?

View More

Chapter 1

Seperti disambar Petir

"Bu, kamu dandan dong dirumah. Jangan pucet begitu, udah bau, rambut berantakan begitu, pakaiannya lusuh, bikin Ayah gak betah dirumah tahu! Jangankan ingin berhubungan, menyentuh saja Ayah ogah!" celetuk Sandi, berbicara dengan seenak lidahnya, mengungkapkan unek-unek dihatinya.

Seketika wajah Sekar berubah memerah, mendengar perkataan Sandi yang mengiris hatinya. Sebuah perkataan yang tentu saja membuat hati setiap istri merasa disayat. Siapa yang tak mau terlihat cantik, wangi, berdandan dan terlihat segar? Jika keadaan ekonomi saja hanya pas untuk makan.

"Lantas Ibu harus bagaimana pak? Ibu tuh seharian capek ngurus dua anak kita. Jangankan untuk mengurus diri sendiri, sudah bisa mandi saja alhamdulillah," jawab Sekar membela diri. 

"Halaaah...alasan saja kamu ini. Sana ah jangan deket-deket. Males aku liat kamu!" tambah Sandi, menjauhkan kepala Sekar yang semula bersandar di pahanya. Semenjak kelahiran anak kedua, mereka tak lagi romantis seperti dulu. Bahkan berhubungan halal pun bisa dihitung dalam satu bulan hanya beberapa kali saja.

Sekar mengangkat kepalanya dari paha Sandi, dan berpindah tidur dibantal. Rasanya dadanya sesak sekali. Sakit terasa mendengar suami yang menikahinya enam tahun ini, dengan entengnya berbicara demikian.

Seharian Sekar mengurus kedua anak mereka yang masih kecil. Anak sulung mereka Nida, masih berusia empat tahun, sedangkan anak kedua mereka baru berusia enam bulan. Bisa dibayangkan bagaimana mengurus dua bocah balita, sambil mengurus pekerjaan rumah, dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan. Jangankan membeli skincare seperti perempuan lain, bisa makan dan kasih anak jajan saja Sekar sudah bersyukur.

 Ditambah Sekar adalah seorang guru honorer, yang harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan urusan rumah tangganya.

Airmata mengalir dengan deras. Rasanya sakit sampai ke ulu hati, mendengar pembicaraan Sandi barusan. Sekar menatap dirinya di cermin. Memperhatikan wajahnya yang terlihat lusuh, dan memang sudah tak menarik lagi dipandang.

"Mungkin benar, aku sudah tak menyenangkan lagi. Pantas saja, suamiku akhir-akhir ini selalu keluar malam. Tak betah dirumah, mungkin seperti apa yang dia katakan barusan, kalau aku memang sudah tak menarik lagi baginya," batin Sekar, menahan rasa sakit yang teramat.

Dia basuh airmata yang mengalir di pipinya. Kemudian ia pandangi kedua anaknya, yang tengah tertidur lelap dikasur. Perlahan ia mendekati kedua buah hatinya, dan tangannya mengusap lembut rambut mereka. Tak terasa, tetesan airmata mengalir di pipi Sekar. 

"Padahal aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian. Tapi bagi Ayah kalian, Ibu sudah tak menyenangkan lagi. Mungkin ia bosan, atau jenuh dengan Ibu," lirihnya, kembali mengusap airmatanya. 

Ia bangkit dari kursi riasnya, dan mencoba membuka ponsel miliknya, yang sedari tadi tak sempat ia buka. Bukan karena apa, melainkan pekerjaannya semenjak shubuh, tak ada hentinya sampai larut malam.

Tangannya masih bergetar, saat terngiang kembali perkataan Sandi padanya.

"Aku ingin curhat, tapi sama siapa? Tak ada sahabat yang bisa kupercaya. Aku takut kalau urusan rumah tanggaku bisa bocor kalau sampai aku cerita pada temanku," batin Sekar, sambil sesekali mengusap airmatanya yang semenjak tadi tak pernah mau berhenti.

Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya, untuk menuliskan cerita pribadinya dalam sebuah novel. Ia guratkan semua kesedihannya. Seperti seorang yang sedang meluapkan kekecewaannya, Sekar menuliskan serta mengeluhkan segalanya dalam coretan itu. Ia tak perlu memikirkan alur, karena memang menceritakan dirinya sendiri disana.

"Aku tak berharap bisa mendapatkan uang dari hobby ku ini. Aku hanya meluapkan semua rasa sedih dan sakitku melalui tulisan ini," pikir Sekar dalam hatinya. Setelah ia berkutat beberapa jam lamanya dengan ponselnya, sambil sesekali ia simpan dan menyusui anaknya yang ingin meminta susu, akhirnya ia bisa menulis beberapa bab malam ini. Lantas kembali ia simpan ponselnya, dan mencoba memejamkan matanya. 

"Sudah jam setengah satu malam, tapi Mas Sandi belum pulang juga," lirihnya. Seperti itulah kebiasaan suaminya akhir -akhir ini. Keluar malam, entah dimana i habiskan waktunya, yang jelas, sudah tak ada lagi kehangatan dan keharmonisan seperti dulu, semenjak Sekar melahirkan anak kedua mereka.

Rasanya enggan sekali matanya terpejam. Ia masih memikirkan perkataan Sandi, yang ternyata sudah berhasil membuatnya terluka.

"Aku harus bisa menabung, agar aku bisa memperbaiki penampilan. Aku tak mau selalu dihina seperti itu oleh suamiku sendiri," batin Sekar kembali. Tiba-tiba terdengar suara derit pintu terbuka. Akhirnya Sandi pulang juga.

Ia lihat dia begitu sibuk dengan ponselnya, setelah barusaja ia pulang dari urusan malamnya. Sekar hanya berpura-pura tidur, sementara matanya masih menyaksikan Sandi yang begitu asik dengan ponselnya. Sampai ia terlelap, tak sedikitpun ia menyapa Sekar. Sekar lalu memberanikan diri untuk mengambil ponsel Sandi, hanya ingin tahu saja, sebenarnya apa yang sedang ia lihat disana, kenapa dia sampai tak punya waktu sebentar pun untuk menoleh istrinya.

Dengan segera, Sekar membuka ponsel suaminya, dan...

Terlihat semua chat berjejer disana. Sandi ternyata sedang asik bermain W******p dengan seorang perempuan bernama Aura. Siapa Aura? Lantas Sekar memberanikan diri untuk membacanya lebih jauh lagi.

"Besok kita ketemu lagi ya ditempat biasa,"

"Apa istri kamu engga pernah marah, kamu keluar malam hampir setiap malam lho?"

"Alah biarin aja. Kalau bukan karena anak, aku sudah menceraikannya dari dulu. Aku tuh bosen lihat dia, apalagi penampilannya yang bikin enek. Ditambah lagi, baunya itu, sangat bikin aku gak nyaman,"

"Mending aku dong ya? Aku kan selalu wangi. Oh ya, makasih ya buat baju baru sama skincare nya, besok aku kasih jatah lebih deh buat kamu, mmuach!"  

Sekar lantas menyimpan ponsel Sandi. Ia tak mampu lagi untuk meneruskan membaca chat suaminya itu dengan perempuan bernama Aura itu. Rasanya ingin sekali ia melihat seperti apa perempuan yang sudah membuat suaminya tega menghina istrinya sendiri didepan perempuan lain.

"Apa aku seburuk itu didepan mu Mas?" Lirih Sekar kembali. Air mata yang semula sudah berhenti menetes, kini kembali mengalir, bahkan kali ini lebih deras dari sebelumnya.

"Aku akan menjauhimu dengan perlahan, agar jika suatu saat nanti kamu memang benar-benar pergi, aku tak akan merasa kehilangan lagi," batin Sekar dan berusaha memejamkan matanya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
45 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status