Izinkan Aku Menghalalkanmu

Izinkan Aku Menghalalkanmu

Oleh:  Tie widya  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
17Bab
775Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Pertemuannya dengan Aisyah di tempat kerjanya membuat warna baru dalam kehidupan Haikal.Haikal yang terkenal dingin dengan wanita mulai membuka celah dihatinya. Seiring berjalannya waktu,benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Namun, ternyata ayahnya telah menjodohkan Haikal dengan seorang gadis. Anak dari sahabat yang telah banyak membantu kehidupannya dulu. Lalu bagaimanana nasib cinta Haikal dan Aisyah? Apakah cinta meraka akan menyatu atau malah terjerat dengan cinta yang baru?

Lihat lebih banyak
Izinkan Aku Menghalalkanmu Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
17 Bab
Bab 1
"Aisyah." Sintya memanggil Aisyah sembari mendekatinya. "Aku kira, kamu tak akan datang. Kamu tahu, kamu sudah sangat-sangat telat.""Bukankah acara belum dimulai?" Aisyah melihat ke sekeliling pelataran villa yang telah disulap dengan dekorasi lampu-lampu gantung kecil yang terpasang indah. Nampak hoop dari rotan yang terbungkus tanaman merambat dengan lampu tirai yang telah menyala. Standing vase dengan bunga yang terangkai menambahkan aksen romantis."Acara memang belum dimulai. Tapi aku juga tak ingin melihat kamu seperti ini." Sintya melihat Aisyah dari atas ke bawah dan kembali lagi ke atas. "Kamu juga harus dandan dong.""Oh. Tidak…. tidak…. tidak… " Aisyah menggelengkan-gelengkan kepalanya, sambil memundurkan badan. "Kamu tahu kan, aku paling anti dengan make up?""Untuk kali ini aku ingin kamu mau. No debat, ok." Sintya menarik Aisyah masuk kedalam villa dan masuk ke dalam kamar, dengan sedikit perlawanan dari Aisyah. "Ngomong-ngomong kamu udah pernah ketemu sama calon tuna
Baca selengkapnya
Bab 2
Aisyah terus berjalan, sambil menahan air matanya. Sesekali ia menengadahkan kepalanya agar cairan bening dari matanya tak membanjiri pipi."Aisyah!?" Suara yang sangat lembut namun berhasil membuatnya sangat terkejut.Seketika Aisyah menengadahkan wajahnya, memandang wajah teduh yang memanggilnya. "Ibu," ucap Aisyah gugup."Kamu baik-baik, saja?" Ibu Laila menggenggam erat bahu Aisyah, sambil memandang lekat wajah putrinya."Aku baik, Bu." Aisyah mencoba membuat dirinya tampak baik, dengan memaksa senyuman mengembang di bibirnya."Kamu mau kemana? Bukan Sintya ada di sana?" ucap Ibu Laila sambil memandang ke arah Sintya. Aisyah pun mengikuti pandangan ibunya dengan lemas. "Kamu sudah mengucapkan selamat pada Sintya, dan calon suaminya?"Ucapan ibunya berhasil membuat denyut nadinya kembali terhenti, seperti teekena sengatan listrik. Aisyah mencoba untuk menutupi keterkejutannya. Membuat dirinya tampak tenang.Aisyah hanya menggelengkan kepalanya dengan senyuman yang dipaksanya tetap
Baca selengkapnya
Bab 3
Haikal terus menarik Aisyah, berjalan tanpa ragu. Pandangannya lurus ke depan, sepertinya ia sangat yakin dengan apa yang dilakukannya."Apa ini, tidak berlebihan?" Aisyah mulai membuka mulutnya, rangkain kalimat mulai muncul dalam otaknya."Tidak ada yang berlebihan, semua ini memang harus dilakukan." Haikal menjawab tanpa menoleh. "Aku tak ingin menyakiti diriku dan gadis yang ku cintai."Jleb, kalimat Haikal kali ini benar-benar membuatnya kembali kehilangan semua kalimat yang telah terangkai dalam kewarasannya.Entahlah, benarkah apa Aisyah lakukan sekarang, dirinya pun tak tahu dia hanya mengikuti apa yang Haikal mau, dan mimpinya yang mungkin akan menjadi nyata sebentar lagi.Mungkinkah ini bahagia yang ia mimpikan? Mungkinkah semua ini mimpi indah yang benar-benar akan membuat pesona dalam hidupnya? Semua pertanyaan berkecamuk dalam benak Aisyah."Berhenti!" ucap Aisyah tegas. Dengan pandangan yang menurun dan kepala sedikit menunduk.Aisyah menghela nafas panjang, begitupun H
Baca selengkapnya
Bab 4
Aisyah menengadah cepat menatap seseorang yang kini duduk setengah berjongkok di depannya."Aydan?!" ucap Aisyah sambil mengerutkan kening. "Kamu?"Aydan tersenyum manis sambil menatap wajah Aisyah yang masih menyisakan jejak aliran sungai di pipinya. Aydan menyekanya kedua pipi Aisyah perlahan dengan senyum yang masih mengembang. "Kamu jelek kalau menangis." Aydan berdiri sambil mengulurkan tangannya.Aisyah meraih tangan Aydan, beranjak dari keterpurukannya. Seolah kekuatannya kembali."Kamu ada disini? Sintya mengundangmu?" Aisyah memberondong. Dirinya masih tak yakin pandangannya benar."Bersihkan air matamu, aku tidak suka kamu menangis." Aydan memberikan tisu mini, yang dia ambil dari saku kemejanya."Kapan kamu datang, dan kenapa kamu tiba-tiba ada di sini?" tanya Aisyah penasaran, dengan suara yang sedikit serak."Aku pernah bilang, aku akan ada di sisimu ketika kamu sedih." Aydan mengingatkan kalimat yang telah begitu lama diucap. Tepat sebelum Aydan berangkat ke luar kota, u
Baca selengkapnya
Bab 5
Aydan menatap lekat wajah Aisyah. Menunggu barang kali ada kalimat yang akan Aisyah ucapkan. Namun sepertinya, semua telah jelas."Huh." Aydan menghela nafas panjan. "Jadi, kalau begitu tepatkan bukan kesimpulanku?" Aydan menutup kembali jalan yang diberikan untuk Aisyah.Aisyah memandang Aydan dari ujung kelopak mata, dengan menyunggingkan senyum"Aku ada hubungan dengan Bapak Haikal tunangan Sintya, iya itu betul. Tapi sebagai atasan dan bawahan, hanya sebatas itu." Aisyah menggeser tubuh Aydan dengan telapak tangannya. Melangkah mantap menuju tempat Haikal dan Sintya berdiri.Aydan hanya bergeming. Dan minggir seraya tangan Aisyah menyentuh lengan tangannya. Membiarkan Aisyah berjalan sendiri."Aku tahu kamu akan melakukan hal ini, meski entah apa yang sebenarnya ada di hatimu," batin Aydan dengan mata yang mengikuti pergerakan Aisyah.Aisyah terus melangkah meski dengan semua rasa yang berbaur menjadi satu. Rasa sakit hatinya justru dipakai menjadi senjata.Haikal berjalan mendekat
Baca selengkapnya
Bab 6
Aisyah pergi meninggalkan Haikal dan Sintya, untuk membaca surat yang ia terima, entah dari siapa. Dan mencari sosok Aydan yang tak tiba-tiba tak tampak batang hidungnya. "Ada perlu apa kamu di sini?" Seseorang tiba-tiba berdiri di samping Aisyah berucap dengan nada rendah, dan terdengar menghakiminya. Aisyah menoleh ke arah laki-laki setengah baya, kedua tangan yang dimasukkan dalam saku celana."Pak Wijaya?!" Aisyah sedikit terkejut mendapati Ayah Haikal yang berdiri di sampingnya. Pergi meninggalkan satu masalah, tapi justru sepertinya ia akan dapat masalah baru, dengan bertemu Pak Wijaya."Perempuan tak tahu diri. Bukan aku sudah memperingatkanmu untuk menjauhi anak ku!" Pak Wijaya fokus menatap ke arah depan. Sepertinya enggan melihat Aisyah. Nada bicaranya lirih namun penuh penekanan. "Apa kamu yakin untuk kehilangan pekerjaanmu?"Entah angin apa yang tiba-tiba membawa Pak Wijaya beberapa bulan mengajak Aisyah bertemu dengan menitipkan surat pada teman sekantor Aisyah. Padah
Baca selengkapnya
Bab 7
Ketegangan terlihat di wajah semua anggota keluarga ketika melihat Haikal menggandeng lengan Aisyah. Dengan buket bunga yang sebenarnya entah dari siapa."Aisyah? Ada hubungan apa dia dengan Haikal. Dan genggaman tangan itu?" Sintya bertanya dalam hati, sambil mengamati keduanya. Ada sedikit rasa curiga dalam hatinya.Sedang Pak Wijaya memendam amarah yang luar biasa, telapak tangannya mengepal. Mungkin jika tidak di depan calon besan, beliau akan datang menghampiri keduanya dan menampar Aisyah. Atau meninju Haikal, mungkin."Ada apa ini, Nak Haikal?" Ibu Laila yang dalam kebingungan berjalan mendekati Aisyah dan merengkuh tubuhnya. Haikal spontan melepaskan genggaman tangannya. "Ada apa dengan anak ku?"Haikal melempar senyum ke arah Ibu Laila. "Ah… tak ada apa-apa, Tante." Entah sejak kapan panggilan itu tiba-tiba berubah. Biasanya Haikal memanggil Ibu Laila dengan kata Ibu, tapi entah kenapa mulutnya kini memanggilnya tante. "Aku hanya ingin mengenalkan Aisyah. Bukankah dia juga ke
Baca selengkapnya
Bab 8
Aisyah bermalam di villa. Pak Adam tak mengijinkannya untuk pulang karena sudah terlalu malam.Aisyah masuk ke kamar yang sudah disiapkan untuk ibu dan dirinya. Aisyah duduk di tepian tempat tidur, dan meletakkan buket bunganya di atas nakas.Rasa penasarannya pada pengirim buket bunga, justru beralih pada Pak Wijaya. Entah kenapa pertanyaan tadi mengganggu dalam benaknya. "Apa mungkin benar Pak Wijaya mengenal ayah, atau mereka pernah bertemu sebelumnya? Kenapa Beliau seolah begitu perlu mendengar pengakuanku?" benak Aisyah terus berkecamuk dengan semua pertanyaan tentang hubungan ayahnya dan Pak Wijaya."Ada apa, Sayang?" Ibu Laila menutup pintu kamar, mendekati Aisyah dan duduk di sampingnya. "Ada yang sedang kamu pikirkan?"Aisyah menoleh ke arah ibunya dengan menyunggingkan senyum. "Tidak, Bu. Semua baik-baik saja," jawab Aisyah.Ibu Laila merengkuh tubuh Aisyah, dan spontan Aisyah menyandarkan kepalanya dalam dekapan Ibu Laila, sambil memeluk erat tubuh ibunya. Malam ini meman
Baca selengkapnya
Bab 9
Aisyah tak menjawab pertanyaan ibunya. Dia masih memandang lekat cincin dalam genggamannya. Cincin yang beberapa hari lalu ia pilih. Saat mengantar Haikal mencari hadiah untuk ulang tahun ibunya."Ada yang kamu suka?""Meski ada yang aku suka, itu pun gak hari ini aku beli, Mas. Masih banyak yang lebih penting daripada perhiasan disini." "Aku hanya ingin, tahu seperti apa seleramu.""Ini." Aisyah menunjuk sebuah cincin yang dibalut dengan rose gold dan memiliki satu berlian di bagian tengahnya, yang didesain layaknya mahkota bunga."Aisyah, kamu yakin ini dari Haikal." Ibu Laila menyentuh pundak Aisyah, dan membuatnya terperanjat dari lamunannya.Aisyah mengangguk. "Ini cincin yang pernah aku pilih beberapa hari lalu. Saat itu Haikal bertanya desain cincin yang aku suka. Dia hanya menanyakan itu, itu yang aku ingat. Dia hanya membeli satu cincin sebagai hadiah untuk ibunya. Hanya itu yang aku ingat, Bu.""Simpan baik-baik, sebelum ada orang yang tahu. Tanyakan padanya apa maksud nya
Baca selengkapnya
Bab 10
Aisyah segera memarkirkan mobilnya di pelataran sebuah cafe. Celingukan ke kanan kiri. Memastikan ia berkunjung di tempat yang tepat.Masih sangat sepi, apa mungkin ia datang terlalu awal. Aisyah mengambil handphone dan menyalakannya. Men scroll layarnya perlahan.Tempatnya benar, sesuai dengan alamat yang Haikal bagi. Tapi kemana semua orang, kenapa masih begitu sepi, pikir Aisyah bingung."Apa yang sedang kamu lakukan?" Haikal yang baru datang menegur Aisyah. "Ayo masuk.""Iya, Pak," jawab Aisyah malas. "Bapak aja, baru sampai," gerutu Aisyah."Kamu bilang apa?" ucap Haikal sambil menutup pintu mobilnya, menenteng tas laptop di tangannya. "Bisa kamu ulangi.""Em, tidak. Tidak ada apa-apa." Aisyah menjawab cepat sambil merapikan diri.Aisyah mengekor di belakang Haikal yang sudah terlebih dahulu melangkah, masuk ke dalam cafe."Ini bukan akal-akalan, Bapak saja kan?""Akal-akalan untuk?""Untuk bertemu denganku?" jawab Aisyah lugu.Haikal menghentikan langkahnya. Memutar badannya dan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status