Home / Fantasi / KUTUKAN DARAH EMAS / Bab 6: Racun, Baja, dan Jantung yang Memadat

Share

Bab 6: Racun, Baja, dan Jantung yang Memadat

Author: Bommz
last update Last Updated: 2025-10-26 20:30:55

Varthas dan Kael segera meninggalkan tempat Kael menguasai jalur aura netral, bergerak menuju keheningan mencekik di jurang yang disebut Kawah Penghisap. Jurang itu berbentuk cekungan curam, dindingnya berlapiskan mineral kehitaman yang mengkilap di bawah kabut. Suasananya gelap, sunyi, dan dingin.

​"Kau telah menolak yang kotor, Kael. Tapi Darah Emas juga harus tahu bagaimana cara menarik yang murni," ujar Varthas, suaranya kini terdengar seperti gemuruh batu yang tergesek, penuh otoritas. "Ranah Grand Master ini berlanjut. Tahap berikutnya menuntutmu untuk menarik Esensi Kuno sambil menolak Racun Spiritual."

​Rey, yang kini berusia delapan tahun, melompat ke dasar kawah, di atas lumpur tebal yang dingin dan kenyal. Rasa jijik dan kotor terasa saat lumpur merayap naik, memberikan Perabaan yang mengganggu. Varthas menjelaskan bahwa Racun Spiritual di kabut merah itu sangat pekat, tetapi di dalamnya tersembunyi Esensi Kuno. Pedang Besi Kael ditaruh di sampingnya sebagai jangkar fisik dan mental.

​Kael duduk bersila, mengaktifkan Api Abadi-nya agar berdenyut lembut, seperti mercusuar yang tenang di tengah lautan kabut. Kabut merah segera bereaksi. Pendengaran Spiritual Kael menangkap desisan halus kabut itu, suara yang terasa seperti ribuan jarum menembus keheningan. Kael menarik napas dalam-dalam. Awalnya terasa manis (Pengecapan), diikuti rasa pahit dan metalik yang tajam. Pembuluh darah di lengannya terasa kaku dan dingin (Perabaan Rasa Sakit), tanda Racun Spiritual mencoba mengikat Darah Emas.

​Kael menyadari ia harus menggunakan Api Abadi sebagai alat filtrasi. Ia menarik Racun dan Esensi sekaligus, tetapi saat Racun mencoba mengikat, Kael mengarahkan Api Abadi untuk membakar dan menolak energi asing itu, menjebaknya di lapisan kulit luar. Hanya Esensi Kuno yang diizinkan masuk ke jantungnya. Dua hari berlalu. Kael bermandikan keringat dingin. Kael, akhirnya, berhasil. Ia membuka Penglihatan Spiritual-nya dan melihat Esensi Kuno berwarna hijau cerah berputar di tengah pusaran racun. Ia kini bisa memilih dan hanya menarik yang murni.

​Varthas dan Kael kemudian bergerak menuju dinding tebing yang curam. Akar-akar Pohon Baja Lumut raksasa yang disebut Cakar Besi mulai bergerak, dihidupkan oleh energi sisa Varthas.

​"Ranah Grand Master belum selesai. Ini Tahap Akhir," kata Varthas. "Kau harus mencapai puncak tebing ini. Kau harus menggunakan daya tarik dan penolakan auramu untuk membelokkan dan menarik akar-akar itu, menjadikannya tangga."

​Penciuman Kael menangkap bau logam yang dipanaskan. Pendengaran Spiritual-nya menangkap suara gesekan logam yang menusuk—Cakar Besi yang berakselerasi.

​Serangan pertama datang. Kael memproyeksikan Daya Tolak dari tangan kirinya. Ia merasakan benturan fisik yang brutal (Perabaan Rasa Sakit), tetapi akar itu berbelok tajam. Kael menyadari ia harus menggunakan Daya Tolak seminimal mungkin untuk mengubah lintasan.

​Kael mulai mendaki, gerakannya gesit dan presisi. Saat dua Cakar Besi mengapitnya dari bawah, Kael menggunakan Daya Tarik. Ia memancarkan aura lembut ke kedua Cakar Besi, menarik momentumnya. Kedua akar itu bergerak saling mendekat secara perlahan. Kael menggunakan titik pertemuan itu sebagai pijakan, melompat lebih tinggi.

​Latihan berlangsung selama satu minggu. Kael melayang di udara, menggunakan Daya Tarik untuk mempercepat akar yang diam dan Penolakan untuk memperlambat akar yang bergerak cepat. Ia menggunakan Pedang Besinya di punggung, bukan untuk menebas, tetapi untuk mengalirkan aura Daya Tarik, menciptakan jalan virtual yang hanya ia lihat dengan Penglihatan Spiritual-nya. Kael mendarat di puncak tebing. Tubuhnya penuh memar, tetapi aura Darah Emasnya stabil.

​Varthas dan Kael menggunakan sisa energi cepat untuk melompat kembali ke Lembah Naga, tempat Ramalan Rey bermula. Pemandangan Lembah itu sunyi, hangus, dan dipenuhi abu dingin.

​Penciuman Kael menangkap bau sihir busuk dan panik yang sangat pekat. Ini adalah Energi Naga Sisa (ENS)—aura liar dan tidak stabil yang terlepas saat kelahirannya.

​Varthas melemparkan Pedang Besi ke tengah lembah. "Tahap Puncak. Kau harus menggunakan seluruh Daya Tarik dan Penolakanmu untuk mengendalikan Energi Naga Sisa itu. Tujuanmu adalah menstabilkan Lembah ini."

​Kael maju, duduk bersila di tengah abu. Ia mengaktifkan Api Abadi-nya sebagai undangan spiritual. Seketika, Penglihatan Spiritual Kael melihat pusaran ENS gelap, merah kehitaman, bergerak liar mendekatinya dengan kecepatan ekstrem.

​Saat ENS masuk, Kael merasakan sensasi terburuk: rasa kekosongan yang menghancurkan (Pengecapan Rasa Sakit). Kael mengerahkan Daya Tarik, menarik seluruh kekacauan itu ke dalam intinya. Kael berteriak dalam hati; Pendengaran Spiritual-nya dipenuhi raungan kekacauan.

​Kael mengingat disiplin Pedang Besi. Ia membalik Ranahnya: Penolakan Tertinggi. Dia menolak ketidakstabilan di dalam ENS itu sendiri. Ia menekan, memadatkan, dan meremas energi yang ia tarik ke dalam bentuk yang lebih stabil. Aura Darah Emas Kael memancar cahaya ungu murni.

​Dalam sekejap mata, seluruh Energi Naga Sisa Lembah itu ditarik ke dalam inti spiritual Kael, dipadatkan menjadi kristal ungu kecil yang kini berputar perlahan di jantungnya. Lembah Naga menjadi sunyi.

​Kael berdiri, meraih Pedang Besinya. Ia kini berusia delapan tahun, dan Ranah Grand Master telah selesai.

​"Ranah Sage menanti, Kael," kata Varthas, pandangannya beralih ke selatan. "Kita akan melatih Taktik dan Strategi di antara Manusia yang kau janjikan untuk dilindungi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUTUKAN DARAH EMAS   Bab 10: Malam di Aelion dan Garis Batas Fana

    Lembah Naga, gurun pasir, dan Hutan Lumut Merah telah lama menjadi kenangan yang kabur. ​Tujuh belas tahun telah berlalu sejak Kael mendaki tangga dari bawah tanah Veridian, meninggalkan masa kecilnya di usia delapan tahun. Waktu telah bergerak, tetapi Darah Emas dan Ranah Grand Master telah mengikatnya pada janji keabadian. Kael kini berusia dua puluh lima tahun kronologis, tetapi Penglihatan sekilas di air yang tergenang menunjukkan wajah seorang pria muda yang terperangkap dalam kematangan awal usia dua puluhan—garis rahang yang tajam, mata yang tenang, tanpa sedikit pun kerutan atau kelelahan waktu. ​Selama tujuh belas tahun itu, ia hidup dalam bayangan, mengasah Ranah Sage-nya. Kael tidak pernah lagi menggunakan kekuatan penuhnya. Ia menyamar sebagai pengelana, pembuat peta, atau pedagang kecil, menjalankan misi pengawasan di seluruh wilayah, selalu bergerak, selalu mengawasi orang tuanya dari kejauhan tanpa pernah mendekat. Veridian kini hanyalah kenangan y

  • KUTUKAN DARAH EMAS   Bab 9: Pedang di Atas Papan Catur

    Beberapa bulan berlalu di bawah tanah Veridian. Kael, yang kini semakin stabil dalam Ranah Sage yang langka, tidak lagi hanya memetakan gerakan musuh; ia mulai meramalkan gerakan tersebut. Varthas membawa pelatihan taktik ke level tertinggi: Permainan Perang Spiritual. ​Varthas menciptakan sebuah ruang di ujung terowongan, dindingnya diukir dengan pola-pola rumit. Ruangan itu berfungsi sebagai papan catur raksasa. Bidak yang mereka gunakan adalah gambaran spiritual dari Pasukan Tentara Kerajaan dan Serikat Pedagang—dua faksi yang diam-diam bersaing di Veridian. ​Varthas memberi Kael skenario: "Kerajaan telah mengetahui adanya jalur penyelundupan di bawah Gerbang Timur. Kerajaan mengirimkan lima unit ksatria elit untuk menutupinya. Serikat Pedagang hanya memiliki tiga unit penjaga, tetapi mereka memiliki kontrol terowongan." ​Kael harus menggerakkan bidak spiritualnya, menggunakan Perabaan Spiritual untuk merasakan dampak dari setiap gerakan. Setiap gera

  • KUTUKAN DARAH EMAS   Bab 8: Bayangan di Bawah Veridian

    ​Di bawah rumah kecil yang baru mereka tempati, Varthas telah membuka jalan rahasia, sebuah tangga spiral gelap yang memimpin ke jaringan terowongan kuno. Udara di bawah sana dingin dan lembab, berbeda dengan kehangatan kota di atas. Penciuman Kael segera menangkap bau yang asing: campuran lumut tua, tanah basah, dan aroma manis samar dari sisa-sisa sihir yang sudah lama mati—bukti bahwa terowongan ini dulunya adalah tempat Magis. ​"Kota Veridian dibangun di atas kota tua, dan kota tua dibangun di atas rahasia," jelas Varthas, menyalakan lentera minyak kecil yang cahayanya berkedip, memantul di dinding batu yang basah. "Ranah Sage dimulai di sini, Kael. Kau akan meninggalkan Pedang Besi. Senjatamu sekarang adalah Pedang Cahaya Perunggu, dan yang lebih penting, akalmu." ​Pedang Cahaya Perunggu terasa ringan dan hampir tidak nyata di tangan Kael. "Ranah Sage," lanjut Varthas, suaranya dipenuhi ketegasan, "adalah tingkatan yang hampir tidak pernah disentuh manusia b

  • KUTUKAN DARAH EMAS   Bab 7: Gerbang Veridian dan Pedang yang Dingin

    Varthas berdiri di depan Kael di Lembah Naga. Keheningan yang menggantikan raungan kekacauan ENS terasa berat. Kael, berusia delapan tahun, kini berdiri dengan keseimbangan sempurna, Pedang Besi di tangan kanannya. Lengan kirinya kini ditutupi lapisan kristal ungu samar di bawah kulitnya—bekas pemadatan Energi Naga Sisa—lambang Ranah Grand Master yang baru ia capai. ​"Tiga Ranah pertama telah selesai, Kael," ujar Varthas, suaranya kembali parau, menahan beban usianya. "Kau menguasai Darah Emas, tetapi itu tidak akan cukup di antara manusia. Mereka tidak akan menyerang dengan aura, melainkan dengan tipu daya, intrik, dan perang. Ranah Keempat, Ranah Sage, menantimu. Kau harus menjadi Sword Sage—seorang ahli strategi yang mampu mengalahkan musuh sebelum mereka sempat mengangkat pedang." ​Varthas mengulurkan tangannya, dan sekejap, aura emas membungkus keduanya. Ini adalah lompatan terakhir. Kael merasakan pusaran energi membalikkan perutnya (Perabaan), diikuti rasa

  • KUTUKAN DARAH EMAS   Bab 6: Racun, Baja, dan Jantung yang Memadat

    Varthas dan Kael segera meninggalkan tempat Kael menguasai jalur aura netral, bergerak menuju keheningan mencekik di jurang yang disebut Kawah Penghisap. Jurang itu berbentuk cekungan curam, dindingnya berlapiskan mineral kehitaman yang mengkilap di bawah kabut. Suasananya gelap, sunyi, dan dingin. ​"Kau telah menolak yang kotor, Kael. Tapi Darah Emas juga harus tahu bagaimana cara menarik yang murni," ujar Varthas, suaranya kini terdengar seperti gemuruh batu yang tergesek, penuh otoritas. "Ranah Grand Master ini berlanjut. Tahap berikutnya menuntutmu untuk menarik Esensi Kuno sambil menolak Racun Spiritual." ​Rey, yang kini berusia delapan tahun, melompat ke dasar kawah, di atas lumpur tebal yang dingin dan kenyal. Rasa jijik dan kotor terasa saat lumpur merayap naik, memberikan Perabaan yang mengganggu. Varthas menjelaskan bahwa Racun Spiritual di kabut merah itu sangat pekat, tetapi di dalamnya tersembunyi Esensi Kuno. Pedang Besi Kael ditaruh di sampingnya s

  • KUTUKAN DARAH EMAS   bab 5: Lumut, Logam, dan Keseimbangan Aura

    Rey, yang kini berusia delapan tahun dan dikenal sebagai Kael selama pelatihan, berdiri di hadapan lingkungan pelatihan barunya. Mereka telah melompat jauh dari Neraka Sunyi Gurun Kematian. Panas yang membakar kulitnya digantikan oleh kelembaban yang mencekik dan dingin. Mereka berada di Hutan Lumut Merah, sebuah belantara tua yang dipagari oleh pepohonan bermetamorfosis, tumbuh di atas bekas medan perang Ranah Kekuatan kuno. ​Kabut tebal berwarna kelabu susu menggantung rendah, membatasi pandangan hingga hanya beberapa meter. Penciuman Kael segera menangkap aroma apek yang pekat, dominasi bau belerang dingin yang bercampur dengan fermentasi lumut basah—bau kematian spiritual yang mengudara. Udara lembab ini bahkan memiliki Pengecapan yang pahit dan metalik di lidahnya, seolah ia menghirup udara yang berkarat. ​Varthas berjalan di depan Kael. Jubah kulit serigalanya yang lusuh tampak menyatu dengan warna kelabu hutan. "Kau telah mencapai Ranah Master

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status