Share

Iri

Penulis: Uci ekaputra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-19 22:02:49

Bab 2

"Tenanglah, aku pasti akan menyelesaikannya, sesuai dengan jadwal yang ditentukan," ucap Aira pada Hani melalui sambungan ponsel.

"Janji ya, Ai. Jangan mundur lagi, aku sudah bosan disemprot Bos melulu," keluh Hani.

"Iya-iya, sudahlah tidak usah terlalu khawatir, Han. Aku janji akan mengerjakannya tepat waktu jika moodku bagus."

"Ih ... kamu selalu begitu Ai, aku sebel banget kalau kamu  sudah seperti itu." Ucapan Hani membuat Aira sedikit mengulum senyum.

"Sudah, jangan merengek terus. Nanti moodku jadi jelek, tidak bisa mengerjakan pekerjaanku tepat waktu, nanti kamu yang dimarahi Pak Fandi baru tau rasa," ancam Aira pada Hani.

"Jangan, Ai. Aku tidak sanggup mendengar Pak Bos marah-marah lagi," seru Hani takut.

Aira tergelak mendengar ucapan Hani, memang sahabatnya itu sangat tidak suka dengan bosnya karena sering dimarahi. Padahal Aira yang berbuat salah tapi selalu Hani yang menjadi sasaran kemarahan bosnya tersebut.

Aira dan Hani rekan kerja di sebuah perusahaan yang cukup besar. Mereka bersahabat semenjak Aira bekerja di perusahaan tersebut.

Aira bekerja di bagian administrasi di perusahaan yang menaunginya. Sudah dua tahun Aira menjadi karyawan tetap di sana.

Alasan tempat kerja yang jauh membuat Aira bisa keluar dari rumahnya. Aira teramat lelah dengan semua kebencian ibunya. Dia yang harus disalahkan jika terjadi sesuatu pada Aina.

Kakaknya itu memang terlalu dimanja oleh sang ibu, bahkan Aira selalu tersisihkan. Tidak pernah Dewi memberikan Aira kasih sayang yang sama besarnya dengan Aina. Bahkan Aira tidak meminta kasih sayang yang sama seperti yang Aina dapatkan, dia hanya meminta sedikit saja untuknya.

Akan tetapi, Dewi tidak pernah memberikan apa yang Aira harapkan. Dewi hanya selalu memberikan luka untuk Aira, entah luka fisik ataupun batin.

Angan Aira melayang mengingat peristiwa sepuluh tahun yang lalu ketika dia duduk di bangku SMP.

***

Langit semakin menggelap karena mendung di kala seorang gadis telah mengayuh sepedanya untuk pulang ke rumah. Rintik hujan mulai turun membasahi tubuhnya, dia semakin mempercepat kayuhannya.

"Aku harus segera sampai rumah, jika hujan semakin deras, aku akan basah kuyup nanti," gumam Aira, ya gadis tersebut Aira yang masih berumur empat belas tahun.

Fisik Aira sedikit lemah karena sering mendapat pukulan dari sang Ibu, bahkan dia sering mimisan jika terlalu lelah. Tetapi tidak pernah ada yang tahu dengan itu, Aira selalu menunjukkan bahwa dia adalah anak yang kuat.

Aira mempercepat laju sepedahnya agar segera sampai di rumah. Jarak rumahnya dengan sekolah memang sedikit jauh, tapi Aira tidak diijinkan berangkat bersama Aina oleh Dewi.

Dewi memang sangat keras kepada Aira, tidak pernah sekalipun Aira dimanjakan sama seperti Aina oleh Dewi.

Aira tersenyum di kala melihat rumahnya sudah semakin dekat. Untunglah dia sudah sampai di saat hujan mulai semakin deras. Aira langsung memasukkan sepedahnya ke dalam garasi begitu sampai. Dia beranjak memasuki rumah.

"Dari mana saja baru tiba di rumah?" bentak Dewi begitu Aira  hampir memasuki rumah.

"Ma-af, Bu. Ai tadi belajar kelompok terlebih dahulu," cicit Aira takut.

"Jangan bohong kamu! Pasti kamu bermain hingga lupa waktu," hardik Dewi membuat Aira semakin menciut.

"Aira tidak berbohong, Bu," cicit Aira takut.

"Sudah pinter jawab ya, kamu? Karena kamu pulang terlambat, kamu tidak Ibu ijinkan masuk ke dalam rumah." Dewi dengan tega menutup pintu meninggalkan Aira yang kedinginan di luar.

Aira menggigil kedinginan karena bajunya yang basah serta udara yang semakin dingin karena hujan turun dengan lebat. Dia beranjak menuju kursi di teras dan meringkuk di sana.

Bibir Aira membiru menahan dinginnya udara, tubuh kecilnya menggigil mencoba mencari kehangatan dengan memeluk tubuhnya sendiri. Perutnya yang kosong semakin membuatnya menderita.

Dewi dengan tega memperlakukan Aira dengan buruk hanya karena terlambat pulang. Jika saja Aira diijinkan berangkat dan pulang sekolah bersama Aina tentu saja dia tidak akan terlambat untuk pulang.

Dewi selalu memberikan Aina fasilitas yang baik, sedangkan Aira tidak pernah dipedulikannya. Entah Aira dianggap apa oleh Dewi, padahal dia juga anak kandung Dewi sendiri. Kenapa Aira diperlakukan dengan berbeda.

***

Aira meneteskan air mata mengingat masa-masa penderitaannya akibat perlakuan Dewi.

Aira mengusap kasar air mata yang mengalir di pipinya. Dia harus mengerjakan pekerjaannya jika tidak mau diteror Hani terus-menerus.

Sebelum memulai mengerjakan pekerjaannya, Aira berusaha memperbaiki moodnya kembali, agar dia bisa fokus dalam menyeselaikannya nanti.

Aira bersiap keluar dari rumahnya, dia akan pergi menuju taman dekat rumahnya untuk memperbaiki moodnya. Setiap dia merasa sedih, Aira selalu datang di taman itu. Setelah selesai bersiap Aira beranjak pergi.

Sepuluh menit perjalanan, akhrinya Aira tiba di taman, dia duduk di sebuah bangku. Netranya memandang suasana taman yang sedikit ramai, karena memang hari ini adalah hari minggu. Banyak orang-orang yang menghabiskan waktunya di taman bersama keluarganya.

Netranya tak sengaja menemukan pemandangan yang membuatnya mengulum senyum. Pemandangan keceriaan sebuah keluarga dengan dua anak yang masih kecil. Satu anak berada dalam gendongan ibunya dan satu lagi digendong ayahnya. Mereka tertawa bersama, bercanda dengan riangnya.

Aira merasa iri dengan keluarga tersebut, dia belum pernah merasakan kebahagiaan dari keluarganya. Ayahnya terlalu sibuk bekerja sedangkan ibunya tak pernah menyayanginya.

Andai Aira bisa memilih tentu dia ingin dilahirkan di tengah keluarga itu, dibanding dengan keluarganya sendiri, yang hanya membuat luka di hati dan juga fisiknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Firasat

    Arman hanya memandangi piring yang berisi nasi dan lauk pauknya. Dari tadi pikirannya sedang melayang, mengingat putri bungsunya yang telah berada di rumah suaminya.Arman pun belum menyentuh makanannya sama sekali. Sejak bangun tidur tadi, hatinya terasa tidak enak. Dia selalu teringat dengan Aira. Entah pikirannya selalu terngiang akan wajah sang putri. Arman ingin sekali mengetahui keadaan Aira saat ini, tapi dia bingung sekali harus bagaimana.Aina yang melihat ayahnya sedang melamun pun meletakkan sendok makannya di atas piring. "Ayah tidak makan?" tanya Aina pada sang ayah.Arman pun tersentak, lalu segera melihat ke arah piring di depannya dengan tak berselera. Piring tersebut masih terlihat penuh, tanpa berkurang sedikitpun. Nafsu makannya benar-benar telah hilang."Ada apa, Yah? Kenapa Ayah tidak makan?" tanya Aina lagi.Dewi yang mendengar pertanyaan Aina pun melirik sang suami, sejak pertengkarannya beberapa waktu lalu dengan sang suami membuat hubungan keduanya menjadi din

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Mala Petaka

    Revan mengerjapkan matanya, dia mendesis merasakan pusing begitu matanya terbuka sempurna. Kepalanya pun terasa sangat berat. Efek dari minuman haram yang ditenggaknya sungguh buruk.Revan bukanlah seorang pemabuk, baru semalam dia menyentuh minuman haram itu untuk melampiaskan rasa frustasinya. Dengan perlahan Revan mulai bangun dari posisinya, lalu dia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Tapi, betapa terkejutnya dia ketika menyadari bahwa dia tidak mengenakan apapun.Pandangan matanya beralih menatap sisi ranjangnya yang kosong, terdapat noda bercak merah. Mata Revan langsung membulat, lalu dia mencoba menggali ingatannya lebih dalam.Samar-samar gambaran tentang perbuatan buruknya pada Aira melintas di ingatannya. Revan tersentak begitu mengingat apa yang telah dilakukannya pada Aira."Apa yang telah kamu lakukan, Van! Bodoh sekali kamu," maki Revan pada dirinya sendiri sembari memukul-mukul kepalanya.Tidak pernah terbayangkan di benak Revan untuk mengambil kesucian Aira wa

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Terenggut

    Revan menggebrak pintu rumah dengan keras, dia melakukannya berkali-kali. "Buka ... buka pintunya!" seru Revan sembari terus menggebrak pintu rumahnya.Revan berdiri sembari bersandar ke pintu, dia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.Sementara Aira tergopoh-gopoh menuju pintu. Dia terkejut ketika mendengar pintu rumahnya digedor dengan keras, padahal waktu sudah sangat malam. Aira segera membuka pintu begitu memastikan jika yang menggedor pintu adalah Revan, bukan orang yang berniat jahat padanya."Ya Allah, Mas ...!" seru Aira ketika pintu sudah terbuka. Revan terjatuh, tubuhnya membentur lantai yang dingin. Aira memandang Revan dengan tatapan kasihan, suaminya itu pulang dalam keadaan yang sangat berantakan dan mabuk berat.Buru-buru Aira membantu Revan berdiri, dia memapah Revan yang berdiri dengan sempoyongan karena mabuk. Tadi Revan menuju bar setelah pertengkarannya dengan Helen. Dia pun menenggak minuman haram demi melampiaskan rasa frustasinya karena sang kekasih tidak m

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Meyakinkan

    "Tunggu ...!" teriak Aira.Revan menghentikan langkahnya ketika akan menaiki tangga. Dia pun segera menoleh ke arah Aira yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya. Revan mengernyitkan keningnya saat melihat wanita yang bergelar istrinya itu berjalan mendekat ke arahnya."Ada yang ingin aku bicarakan padamu," ucap Aira ketika sudah sampai di dekat Revan."Ada apa?" tanya Revan dingin, tampak tidak tertarik untuk berbicara dengan Aira. Sebenarnya Revan sangatlah lelah setelah pulang dari tempat kerjanya. Ada sedikit masalah di kantornya. Dia ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur. Tapi dia tidak bisa mengabaikan Aira begitu saja. Walaupun Aira hanyalah istri di atas kertas, secara tidak langsung Revan mempunyai tanggung jawab pada gadis itu.Aira pun menghela napas berat, andai saja tadi Helen tidak datang, tentu dia tidak akan menahan Revan seperti itu. Aira pasti akan enggan untuk berbicara dengan lelaki dingin macam Revan."Apakah kamu tidak memberitahu Helen tentang pernikahan

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Bertemu Fandi

    "Jaga dirimu baik-baik, Ai. Jika kamu tidak sanggup lagi menjalani pernikahanmu, jangan diteruskan lagi, hiduplah dengan baik. Aku siap mendengarkan apapun keluhanmu, jangan pernah merasa sendiri," pesan Hani, ketika Aira mengantarkannya kembali ke penginapan. Sebenarnya Hani merasa sangat berat meninggalkan Aira dalam keadaan yang buruk, tapi mau bagaimanapun Hani ingin, dia tidak bisa tetap berada di samping Aira, dia harus kembali pulang.Aira hanya mengangguk, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Aira sudah teramat lelah menghadapi masalahnya yang tiada habisnya."Ah ... aku jadi tidak rela meninggalkanmu di sini, Ai." Hani memeluk Aira sembari meneteskan air mata kembali. Dia teramat sedih mendengar cerita dari sahabatnya itu. Hani kira selama ini kehidupan Aira tidaklah setragis itu, dia kira kehidupan Aira menyenangkan. Hani tidak pernah menyangka jika di balik sosok Aira yang cuek itu tersimpan kesedihan yang mendalam akibat perlakuan tidak baik dari keluarganya sendiri.A

  • Keluarga Yang Tak Menganggapku Ada   Menjelaskan

    "Perkenalkan nama saya Aira dan sebelum saya menjelaskan semuanya, saya harap Mbak Helen mau menahan diri hingga saya selesai menjelaskan. Bagaimana, Mbak? Apa Mbak Helen bersedia?" Tanpa menunggu lama, Aira pun memulai membuka suaranya setelah mereka bertiga duduk di ruang tamu.Helen pun mengangguk, dia tidak punya pilihan lain selain menyetujui apa yang Aira katakan. Dia ingin segera tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia sudah terlalu lama menahan semua pertanyaan-pertanyaan yang ada di pikirannya tentang siapa Aira dan tentang apa hubungannya dengan Revan, kekasihnya.Aira pun menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan, dia mempersiapkan diri untuk menjelaskan semuanya pada Helen. Dia tidak mau kalau sampai salah berkata hingga membuat Helen marah padanya ataupun Revan. Aira bisa dalam masalah besar jika sampai Helen salah paham dan marah padanya."Sebelumnya saya minta maaf, Mbak. Jika apa yang saya jelaskan ini tidak berkenan di hati Mbak Helen dan tolong jangan salah p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status