#ceritapositif Memperjuangkan cinta pertama tak selamanya mudah. Terkadang, kamu harus menunggu di kesempatan berikutnya, untuk bisa menjadikannya kebahagiaan yang sebenarnya. Seorang Abe yang mencintai Aisyah, yang lebih tua darinya. Tentang Aisyah yang sudah memiliki cinta dari seorang Rayhan. Tentang Rumi yang patah hati lebih awal, demi keluarga. Tentang Putri yang patah hati karena seluruh dosa di masalalu yang terus menghantuinya. Dapatkah seorang Abe menemukan kesempatan kedua untuk cintanya? Apakah Rumi akan menemukan penawar cintanya yang terluka? Apakah Putri bisa menemukan cinta yang menerima masalalunya? Apakah memang ada kesempatan kedua?
View MoreTopik yang sama tidak pernah jeda, menguras energi ke dua sahabat itu. āPutri, kenapa sih kamu masih bertahan dengan Andi?ā
Mendengar pertanyaan Aisyah, seperti biasa Putri hanya diam.
āAku bilang begini, karena aku sayang sama kamu Put, aku tidak mungkin melihat sahabatku diperlakukan seperti ini,ā lanjut Aisyah.
āJawabanku selalu masih sama Aisyah, tidak pernah berubah. Aku masih sangat menyayangi Andi, meninggalkan dia saat ini, adalah hal yang tidak mungkin.ā
āApa kamu tidak bisa berpikir realistis, Andi sudah mengkhianati kamu dua kali. Pertama dia selingkuh dengan teman SMA-nya, kedua dengan teman kantornya. Aku tidak tahu, mengapa kamu tidak bisa melihat kenyataan itu?ā
āAku yakin Andi masih sangat mencintaiku, Syah. Bukankah terkadang sesuatu tidak bisa dilihat dengan mata, namun dengan hati?ā
āAku sangat peduli padamu, aku tidak ingin melihatmu diperlakukan seperti itu, lagi dan lagi!ā
āKamu tidak usah terlalu khawatir. Aku yakin, walaupun Andi bersikap seperti itu, tetapi hatinya tetap milikku.ā
Kalimat-kalimat omong kosong bagi Aisyah. Menurutnya, mana ada bukti cinta dalam perselingkuhan. Putri benar-benar telah dibutakan oleh cintanya.
āJadi kamu akan terima saja, kalau Andi selingkuh lagi?ā
āAku yakin, Andi tidak akan mengulanginya lagi. Aku yakin dia sudah berubah.ā
āBerubah? Apa mungkin?ā
āSemua orang bisa berubah, demikian juga dengan Andi. Maafkan aku Aisyah, inilah keyakinanku. Aku percaya, bahwa setiap orang, berhak mendapatkan kesempatan, berubah menjadi lebih baik.ā
Jawaban yang sama dari Putri. Yang kian membuat Aisyah kehilangan kata. Seluruh nasihat tidak ada lagi artinya.
***
Suasana malam ini, terasa berbeda. Aisyah dan Rumi bercengkrama di depan TV. Sebulan ini, Aisyah dan Rumi kehilangan waktu bersama. Kesibukan Aisyah di kampus dan Rumi di kantor, membuat mereka tak punya banyak waktu untuk sekedar ngobrol.
āAisyah,ā sapa Rumi, mendekati adiknya yang sedang serius menonton TV. āIya, Kak.ā
āBagaimana kabar Putri?ā
āAlhamdulillah, baik Kak.ā
āSudah lama ya, dia enggak main ke sini?ā
āDia lagi sibuk, Kak.ā
āOh, dia juga lagi menyusun skripsi, ya?ā
āLagi sibuk mengurus cowok!ā jawab Aisyah, jengkel. āCowok?ā
āIya, dia kan lagi jatuh cinta berat. Jadinya enggak ada yang lebih indah dari mengurusi pacarnya!ā
āTerus, skripsinya bagaimana?ā
āDia belum skripsi, Kak. Banyak mata kuliahnya, yang enggak lulus.ā
āAstagfirullah, kok bisa begitu? Bukannya kalian selalu bersama di kampus? Satu jurusan, satu kelas. Kok bisa, dia enggak lulus, sedangkan kamu sudah skripsi?ā
āYa begitu, Kak. Sejak kenal dengan cinta, dia tidak lagi fokus dengan kuliahnya.ā
āKasihan, ya.ā
āMungkin, karena dia enggak punya tujuan lagi Kak, enggak punya impian.ā
āTetapi, kasihan, Dik. Kamu coba bantu dia.ā
āAku sudah bosan Kak selalu mengingatkan dia. Mungkin begitu rasanya, kalau bicara ke seseorang yang lagi jatuh cinta. Enggak ada yang mau dia bahas, selain cowoknya itu. Itu buat aku, malas banget ketemu dia.ā
āTetapi kan, sebagai teman yang baik, kamu harus ada buat Putri. Kamu pernah bilang, kamulah satu-satunya teman Putri di kampus. Kasihan kalau kamu biarkan dia seperti itu.ā
āTetapi, bagaimana, aku bingung bagaimana caranya lagi menyadarkan dia.ā
āIntinya kamu tetap berusaha ya, Syah. Kamu harus ingat, Putri juga pernah melakukan banyak hal besar untuk keluarga kita.ā
āIya, Kak.ā
āKebaikan itu akan selamanya bernilai baik, apakah dia diterima atau diabaikan. Semua yang kita berikan, akan kembali ke diri kita sendiri, adikku.ā
āIya Kak, insyaaAllah Aisyah akan selalu mengingatkan Putri.ā
āAlhamdulillah.ā
Putri, gadis dari keluarga kaya, namun kurang kasih sayang. Dia selalu malas mengikuti kuliah. Jika tidak dipaksa oleh Aisyah, mungkin hari ini, dia tidak menginjak kampus lagi. Putri punya kedekatan yang baik dengan Aisyah. Walaupun terkadang bertengkar, bahkan sampai saling melempar buku, tetapi hubungan keduanya sangat dekat.
Pun, Rumi berutang budi pada Putri. Saat Rumi mengalami kecelakaan kecil tempo hari dan di rawat di rumah sakit. Saat itu Putri mendonorkan darahnya untuk kebutuhan perawatan Rumi. Sebab ini, Rumi terus berusaha menjaga hubungan baik dengan Putri. Dia selalu berusaha mengingatkan adiknya, jika dia punya persoalan dengan Putri. Karena bagi Rumi, satu kebaikan itu akan menjadi utangnya selamanya.
āOh ya. Kak Rumi sudah makan malam?ā tanya Aisyah, setelah menemukan meja makan masih kosong.
āSudah, tadi di kantor. Kebetulan ada teman syukuran naik jabatan.ā
āSiapa Kak?ā tanya Aisyah, penasaran. āPak Wahyu.ā
āOh, Pak Wahyu yang tempo hari datang, jenguk Kak Rumi?ā
āIya. Kamu hafal banget, ya?ā selidik Rumi. āIya dong Kak. Kan beliau ganteng,ā jawab Aisyah, terkekeh.
āKamu bisa saja, Syah.ā
āKak, Pak Wahyu itu masih single, kan?ā
āIya, memang kenapa? Kamu naksir?ā
āDia itu cocoknya sama Kak Rumi!ā
āEnggak, Dik.ā
āKok enggak?ā
āDia buka tipe Kakak.ā
āMemangnya tipe Kak Rumi, yang bagaimana?ā
āYa intinya, cocok dengan Kak Rumi.ā
āMemangnya Pak Wahyu, kenapa Kak?ā
āEhm. Dia terlalu terbuka orangnya.ā
āTerbuka? Suka buka baju maksudnya?ā Lagi, Aisyah kembali tertawa lebar. Seakan puas mengejek kakaknya.
āAstagfirullah. Masa sudah skripsi, kalimat begitu enggak tahu artinya!ā
āYa kan, Kakak bilang terbuka,ā ejek Aisyah. āAduh, yang Kakak maksud itu sifat, karakternya!ā
āMemangnya kenapa Kak? Kan bagus, berarti orangnya seru.ā
āKakak tidak cocok Dik. Kak Rumi, tipenya kan enggak suka keramaian, sedangkan dia sukanya berkumpul. Ya enggak bakalan nyaman, Dik.ā
āBukannya justru cocok Kak, saling mengisi. Ada kalimat yang pernah Aisyah dengar, dengan perbedaan kita akan lebih menyatu.ā
āKakak enggak cocok dengan kalimat itu. Bagi Kak Rumi, perbedaan akan selamanya menghasilkan perbedaan. Seperti air dan minyak. Kamu satukan di gelas, tetap tidak akan bercampur, kan? Bagaimana pun bentuk gelasnya. Tetap tidak bisa bersatu!ā
āTapi banyak yang berpendapat seperti itu Kak. Dengan perbedaan, mereka justru merasa sempurna,ā sambung Aisyah.
āIya bisa. Kecuali satu alasan, ada yang mengalah. Ada yang mau kompromi!ā
āIya ya, Kak. Kalau mau menyatu, berarti harus ada yang mengalah,ā sahut Aisyah, mulai paham penjelasan Kakaknya.
āAda yang mengalah. Tetapi siapa yang mau mengalah?ā lanjut Rumi.
āIya juga ya Kak. Mana ada orang, mau mengalah seumur hidupnya?ā
āKalau Kakak, temukan seseorang yang bisa menyatu denganmu, yang kamu merasa nyaman bersamanya dan tidak ada perbedaan di antara kalian.ā
āTapi akan sulit dong, Kak. Sedang manusia diciptakan berbeda.ā
āSulit tidak berarti tidak ada kan, Syah?ā tanya Rumi.
āGak tau deh Kak, kok malah panjang begini pembahasannya?ā
āUntuk kamu juga, kan?ā
āKok malah ke aku? Tadi kan kita bahasnya Kak Rumi. Aku kan, enggak akan menikah, kalau Kakak belum nikah.ā
āEnggak bisa begitulah Dik. Namanya jodoh, tidak ada yang tahu kapan datangnya.ā
āTetapi aku akan memohon ke Allah, supaya jodohku datang setelah jodoh Kak Rumi.ā
āAisyah, Aisyah, kamu ada-ada saja. Ini sudah larut, Kakak mau istirahat dulu.ā
āIya Kak, Aisyah nanti menyusul. Masih ada sedikit dokumen yang harus Aisyah siapkan untuk ke kampus besok.ā
Aisyah dan Rumi sangat dekat. Mereka terpaut sepuluh tahun, namun fisik mereka tak terlalu berbeda. Tinggi badan mereka sama. Wajah Rumi lebih baby face sehingga tak ada yang menyangka bahwa perbedaan umur mereka sepuluh tahun.
Setiap saat, Aisyah terus memanjatkan rasa syukurnya, dianugerahkan kakak seperti Rumi. Rumi adalah teladannya, Rumi idolanya. Sebagai anak tertua, Rumi sangat bertanggung jawab kepadanya dan kepada ayah dan ibu mereka. Bahkan, Rumi lebih mendahulukan kepentingan seluruh keluarganya, daripada kepentingannya sendiri. Kariernya sangat cemerlang, namun tak mengubah kepribadiannya.
Memasuki tahap terakhir Aisyah di kampus, membuatnya menghabiskan banyak waktu di kampus. Tetapi pagi ini, ada sesuatu yang mengganggu suasana hatinya. Tiba-tiba, dia melihat pemandangan yang kembali mengagetkannya. Dia melihat seseorang yang sangat dia kenal di parkiran. Bersama seorang wanita. Rasa dongkol seketika menguasainya.
Jika saja aku tidak puasa, aku mungkin akan melabrak laki-laki tak bertanggung jawab itu. Astagfirullah!
Dia terus berjalan dengan perasaan yang sungguh tak enak. Dia mempercepat langkah, segera mencari Putri.
āPutri, apa kamu sudah tahu tentang Andi?ā tanyanya seketika, setelah bertemu Putri, di kantin kampus.
āMemangnya kenapa dengan Andi? Dia baik-baik saja kok,ā jawab Putri polos, seakan tidak terjadi apa-apa.
āPutri, Putri, kenapa kamu selalu menutup mata? Apa kamu tidak lihat di parkiran sana, Andi jalan dengan teman SMA-nya itu. Selingkuhan-nya yang dulu!ā Aisyah tak kuasa menahan volume suaranya. Dia merasa sangat terusik dengan apa yang baru saja dilihatnya.
āAisyah kamu jangan panik begitu, aku saja santai.ā
āKok, kamu bisa berkata seperti itu?ā Aisyah mulai merasa lelah sendiri, mendapati sikap Putri yang abai.
āAisyah, aku sangat mengenal Andi. Tidak lama kok, dia akhirnya kembali lagi ke aku. Dia tidak akan pernah bisa meninggalkan aku, dia tidak bisa hidup tanpa aku. Aku anggap apa yang dilakukan Andi, hanya sebagai bagian dari pencarian jati dirinya saja.ā
āApa? Pencarian jati diri dengan selingkuh? Oh my god, kamu memang sudah dibutakan cinta. Dia berselingkuh di depanmu, kamu justru seperti ini!ā
Kejenuhan itu semakin menguasai Aisyah.
āBegini saja Aisyah, kamu tidak usah urusi lagi hubunganku dengan Andi. Aku bosan selalu melihat sikapmu seperti itu.ā
āPutri, kok kamu bicara seperti itu? Kamu kan sahabatku, mana mungkin aku membiarkanmu diperlakukan seperti ini!ā
āUcapanku tadi sudah jelas kan, aku tidak butuh bantuanmu, untuk hubunganku dengan Andi. Aku yang paling tahu tentang dia, bukan kamu!ā
āOkelah kalau begitu, semoga apa yang kamu pikirkan ini benar!ā Aisyah dengan berat hati, berlalu. Ketika ketulusan, perhatian sama sekali tidak dianggap, sesak itu jelas terasa.
Dia hanya bisa berharap, Putri bisa segera memahami apa yang sebenarnya tengah dimainkan Andi. Aisyah meninggalkan Putri, dia merasa tidak mampu lagi menahan emosinya, jika terus beradu argumen, sedang hari ini dia berpuasa.
Putri, mengapa kamu seperti ini sahabatku. Tidak bisakah kamu berpikir jernih untuk melihat apa yang terjadi saat ini. Andi semakin mesra dengan selingkuhan-nya itu. Apa yang bisa kulakukan untukmu sahabatku, sedangkan kamu pun tidak peduli lagi ketika aku mengingatkanmu. Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik Putri, kamu tidak pantas diperlakukan seperti ini!
Aisyah hanya bisa berkeluh kesah kepada dirinya sendiri. Begitulah kehidupan Aisyah, bukan dia yang bermasalah, tetapi dia yang merasakan sakit sendiri. Jika saja bukan janjinya ke Rumi, untuk selalu menemani Putri, Aisyah ogah turut campur lagi, hubungan Putri dengan laki-laki kurang ajar itu.
Astagfirullah, ampuni aku ya Allah. Emosiku sangat tidak bisa kukendalikan. Rasa jengkelku pada Putri dan rasa marah yang memuncak ke Andi, seakan memenuhi setiap aliran darahku. Astagfirullah, astagfirullah. Aku betul-betul tak mampu membendung emosiku ya Allah. Semoga kamu tidak menyesal Putri, aku berharap Allah selalu melindungimu.
Aisyah terus berjalan sambil menoleh, ke beberapa ruangan yang dilaluinya. Kemudian langkahnya akhirnya terhenti, di depan ruangan yang tertutup.“Kamar Abduh,” ucap Mira ke Putri. “Apa yang mau dia lakukan, Kak?” bisik Putri. Dia merasa khawatir.Mira hanya memberikan isyarat, untuk Putri tetap tenang. Mira yakin ada sesuatu yang terjadi dengan Aisyah.Kamar Abduh, pikir Aisyah. Kamarnya tidak terkunci. Aku minta maaf ya Abduh, langsung masuk kamar kamu, tanpa permisi.Memasuki kamar Abduh, ada rasa berbeda hadir dalam relung hati Aisyah. Saat dia menoleh ke dinding kamar, air matanya mengalir, melihat foto-fotonya bersama Abduh.Ya Allah, kenapa foto-fotoku ada di kamar ini? Fotoku bersama Abduh, ya Allah, lengkap dengan tanggal diambilnya foto ini. Satu tahun ini, terlalu banyak hal yang kuhabiskan bersamamu, Abduh. Maafkan aku. Aku tidak sadar, akan cinta dan kasih sayangmu.
Vas itu, mendarat mulus mengenai kepala Abduh. āAda apa ini?ā Rumi tiba, bersama Adam. āKak Rumi, kenapa Abduh jadi kurang ajar seperti ini? Dia masuk ke dalam kamarku, dan memelukku, dalam keadaan hanya memakai handuk. Ya Allah, kenapa kamu jadi murahan seperti ini Abduh?ā āYa Allah, Abduh, kepalamu berdarah. Mas, minta tolong bawa Abduh dulu ya.ā Adam langsung membawa Abduh, dengan kepala yang mengeluarkan darah, setelah vas bunga yang dilemparkan Aisyah, mendarat mulus di pelipisnya. Adam lantas memapah Abduh keluar dari kamar Aisyah. āKak Rumi, kenapa lebih memperhatikan Abduh? Kak Rum, aku adikmu! Dia sudah melecehkanku, Kak! Harga diriku sudah hancur! Kenapa dia seenaknya masuk ke dalam rumah, ke dalam kamarku? Ya Allah semuanya hancur, harga diriku hancur, tidak ada lagi yang tersisa!ā āAdikku, ada hal yang perlu kami jelaskan,ā jelas Rumi, lembut. āApa lagi Kak Rumi? Bukannya mengecam Abduh, K
Untuk pertama kalinya, Abduh masuk ke dalam kamar Aisyah. Kamar yang sangat nyaman. Di meja belajar Aisyah, terlihat fotonya bersama Rayhan. Senyuman Aisyah, begitu sempurna di samping mendiang suaminya. Cintanya yang begitu besar, terlihat nyata, melalui pancaran cahaya di mata dan senyumannya. Bagaimana bisa aku bisa menjadi cintanya, Ya Allah. Apakah ini tidak akan semakin menyakitinya? Abduh tidak bisa menahan kesedihannya, air mata itu kembali membasahi pipinya. Dia merasakan duka yang sangat. Dia begitu takut menghadapi kenyataan, jika nanti, Aisyah tahu dan membencinya. Setelah beberapa saat berdiri kaku, memerhatikan foto Aisyah dan Rayhan, Aisyah terbangun dari tidurnya. Aisyah merasakan kehadiran Abduh. āMas Rayhan, dari mana saja? Aisyah kesepian di kamar sendiri. Kak Rumi juga melarang Aisyah ke mana-mana,ā ucap Aisyah, manja. Betapa sakitnya hati ini ya Allah. Istr
Putri dan Mira kembali saling bertatapan. Aisyah menyangka Abduh adalah Rayhan, suaminya. āMas Raihan kok di situ, sudah enggak sayang lagi, dengan Aisyah?ā sambung Aisyah. āKak, bagaimana?ā bisik Abduh ke Mira. āEnggak apa-apa Dik, niatkan hanya untuk memulihkan kondisi Aisyah, kamu mendekat ke sana,ā perintah Mira, Abduh mendekat ke Aisyah, walaupun hatinya merasa sangat bersalah. Takut, jika tindakannya, akan semakin membuat Aisyah, terluka. Dalam diam, dia masih menaruh cinta yang besar pada Aisyah, yang semakin hari justru semakin tumbuh. Walaupun begitu, dia juga sangat berduka dengan kematian Rayhan. āMas, Aisyah kangen banget. Kenapa Mas Rayhan tega meninggalkan Aisyah?ā Tiba-tiba, Aisyah memeluk Abduh. āKak, bagaimana?ā Putri ikut panik dengan sikap Aisyah, pada Abduh. āEnggak masalah Put, nantilah kita bicarakan kembali. Setidaknya, kita memberikan sedikit kebahagiaan untuk Aisyah. Agar dia kembali punya harapan,ā ucap Mira.
Hari-hari pun, dilalui dengan langkah berat, oleh Aisyah. Dia lupa caranya tertawa. Hanya air matanya, yang kini menjadi saksi, setiap detik yang dia lalui, menyaksikan suaminya, merasakan kesakitan yang sangat. Setiap hari, dia bolak balik ke rumah sakit, untuk menjaga dan mengurus Rayhan. Dia terus berupaya, memberikan perhatian dan kasih sayangnya, kepada seseorang yang selalu menghadirkan tawa untuknya. Rumi, Putri dan Mira, bahkan kehilangan kalimat, untuk terus menguatkan Aisyah. Mereka begitu paham, kondisi hati Aisyah saat ini, mereka tidak banyak bicara. Mereka hanya terus hadir, berharap itu akan menjadi kekuatan untuk Aisyah, terus berjuang demi kesembuhan Rayhan. Namun, dua pekan berlalu, Rayhan belum juga membaik. Belum selesai, beban Putri dengan kondisi Aisyah, sebuah kejutan kembali hadir, menemuinya, siang ini. Dia mendapat pesan, lagi-lagi dari Dinda. Di
Betapa bahagianya hatiku ya Allah. Aku bisa mengantarkan kakakku tersayang ke jenjang pernikahan. Aku tak lagi khawatir, dia sendiri dan kesepian. InsyaaAllah, ini jalan terbaik untuk kami. Amin. āJadi, Kakak sudah kabari ayah dan ibu?ā āBesok, Kakak rencana memberi kabar.ā āAisyah siap, jadi apa pun, di acara pernikahan Kakak nanti.ā āKok jadi apa pun, ya tetap jadi adik Kakak, dong. Cukup mendampingi Kakaknya.ā Aisyah kembali memeluk Rumi. Ada bahagia, namun, juga ada sedikit rasa kehilangan. Dia mungkin akan kehilangan kakaknya setelah menikah. Tetapi, dia sadar tak mungkin menjaga egonya, tanpa memikirkan kebahagiaan kakak, yang sangat menyayanginya. āAisyah sangat bahagia, Kak. Ini impian Aisyah, bisa mendampingi Kak Rumi bertemu dengan seseorang, yang akan menjaga Kak Rumi, selamanya.ā āTerima kasih, ya, Adikku.ā Beberapa menit berlalu, Aisyah kembali ke kamar. Kekasih hatinya se
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments