Kesetiaan di antara Pengkhianatan

Kesetiaan di antara Pengkhianatan

Oleh:  thxyousomatcha  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
41Bab
1.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ini tentang mereka yang memilih tetap tinggal dan meninggalkan. Kesetiaan mereka diuji dengan datangnya orang dari masa lalu. Amir yang memilih tetap tinggal, sedangkan Ina yang ingin pergi meninggalkan. Hanya karena alasan klasik tapi sangat melukai Amir. Amir sadar, bahwa kekurangannyalah akhir dari segalanya. Rumah tangga yang sudah dibangun bersama Ina selama tujuh tahun hancur dalam sekejap. Lagi, alasan Ina meninggalkannya, memilih untuk kembali bersama masa lalunya adalah kekurangannya. Ina melupakan satu hal bahwa Amir adalah penyembuh lukanya. Ina lupa dulu Amir berjuang untuk mendapatkannya, Ina lupa Amir selalu ada untuknya. Lagi dan lagi Ina melupakan semua hal tentang mereka. Lalu ketika sadar, apakah Ina akan kembali pada Amir yang setia menunggunya? Atau justru tetap bersama orang terkasih dari masa lalu yang pernah menyakitinya?

Lihat lebih banyak
Kesetiaan di antara Pengkhianatan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
thxyousomatcha
I hope y'll like this storyyy. Selamat jatuh cinta dengan Ana dan Rangga <3
2021-05-17 19:38:01
1
41 Bab
0. Prolog
Ini tentang mereka yang memilih tetap tinggal dan meninggalkan.Kesetiaan mereka diuji dengan datangnya orang dari masa lalu. Amir yang memilih tetap tinggal, sedangkan Ina yang ingin pergi meninggalkan. Hanya karena alasan klasik tapi sangat melukai Amir. Amir sadar, bahwa kekurangannyalah akhir dari segalanya. Rumah tangga yang sudah dibangun bersama Ina selama tujuh tahun hancur dalam sekejap. Lagi, alasan Ina meninggalkannya, memilih untuk kembali bersama masa lalunya adalah kekurangannya. Ina melupakan satu hal bahwa Amir adalah penyembuh lukanya. Ina lupa dulu Amir berjuang untuk mendapatkannya, Ina lupa Amir selalu ada untuknya. Lagi dan lagi Ina melupakan semua hal tentang mereka. Lalu ketika sadar, apakah Ina akan kembali pada Amir yang setia menunggunya? Atau justru tetap bersama orang terkasih dari masa lalu yang pernah menyakitinya?*****Seorang pria tengah terduduk di atas kursi roda. Pandangannya menatap ke arah luar jendela kamarnya. Hujan turun begitu deras mengguyu
Baca selengkapnya
1. Kepergian Orang Terkasih
Semarang, 10 Mei 2010Sejak tadi, Ina terus berada di samping sang suami. Meskipun suaminya itu tidak menampakkan wajah kesedihannya, Ina sangat paham jauh di lubuk hati pria itu, Amir merasakan kehilangan. Ina tahu, Amir sangat dekat dengan Ayahnya. Berita kepergian sang Ayah yang didengarnya semalam membuatnya bak disambar petir. Tanpa banyak kata, Amir segera mengajak Ina untuk pulang ke Semarang. Ina meraih tangan Amir yang mengepal, lalu mengusapnya pelan. Amir menoleh, menatap Ina yang tersenyum hangat seakan mengatakan semua akan baik-baik saja. Tadi, setelah acara pemakaman, baik Ina maupun Amir tidak membuka suara. Mereka berada di halaman belakang rumah, mencari ketenangan. Baik Ibu dan keluarganya memakluminya. Mereka tahu bahkan sangat paham bagaimana kedekatan Amir dengan Ayahnya. Amir menyandarkan kepalanya pada bahu Ina, menatap kosong genggaman tangannya dengan tangan Ina. Sedangkan wanita itu, mengusap kepala Amir, memberikan kenyamanan pada suaminya. "Udah ngerasa l
Baca selengkapnya
2. Morning Kiss
"Ai, kita berhenti cari makan dulu, gimana?" tanya Amir mulai menepikan mobilnya. Ina menoleh, menatap Amir. "Boleh deh, aku laper, ai."Saat ini mereka sedang berada di alun-alun Jogja untuk beristirahat terlebih dulu. Di sana, begitu banyak warung yang menjual berbagai makanan, dan gudeg menjadi pilihan mereka untuk makan malam. "Bu, gudegnya dua es teh satu es jeruk satu," kata Amir pada si penjual.Sambil menunggu pesanannya datang, Amir memilih mengajak Ina duduk lesehan. Bahkan sejak turun dari mobil hingga mereka duduk berdua lesehan, tangan mereka saling tertaut dan tidak terlepas. Sesekali Amir mengusap tangan Ina, menepuk-nepuknya. "Ai," panggil Ina pada Amir. Amir menoleh, menatap istrinya yang entah kenapa terlihat sangat cantik. "Hm?" Ina menghela napasnya, mendesah ringan. "Nggak papa, kangen aja sama kamu," gumamnya lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Amir.Amir terkekeh, tangannya beralih mengusap bahu Ina. "Bohong banget kamu, pasti ada sesuatu yang mau disampein
Baca selengkapnya
3. Kembali ke Rutinitas
Seperti biasa, Ina akan bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan sang suami tercinta. Banyak yang berubah dari Ina, dulu wanita itu tidak bisa memasak, tidak terbiasa dengan kegiatan yang berhubungan dengan rumah. Tapi, semenjak mengenal Amir dan menikah dengan pria itu, perlahan ia mulai belajar memasak, bahkan sekarang memasak menjadi hobinya. Lalu pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepel, Ina yang membersihkan ketika ia pulang dari butiknya. Ia juga tidak mengandalkan asisten rumah tangga sejak mereka menikah hingga sekarang, padahal Ina cukup sibuk dan pasti sangat melelahkan baginya selama seharian penuh mengurus butik hingg sore lalu ketika pulang masih menyempatkan untuk menyiapkan makan malam dan membereskan rumah. Berulang kali Amir sudah mengusulkan untuk mempekerjakan aisten rumah tangga, tapi selalu ditolak olehnya. Katanya, akan ribet, dan percuma jika mempekerjakan aisten rumah tangga yang masih muda Ina tidak suka, jika yang sudah paruh baya Ina kasihan. Lebih bai
Baca selengkapnya
4. Bertemu Teman Lama
Ditemani secangkir teh hangat, dengan cuaca di siang hari yang mendung, matahari terlihat tidak menampakkan cahayanya karena awan hitam mulai menghiasi langit. Ina menatap buku sketsa yang berada di atas meja dengan seksama, hari ini ia sedang mendesain sebuah gaun yang akan ditampilkan bulan depan pada acara fashion show. Ina menatap takjub pada hasil desainnya, sangat memuaskan. Di sana, sebuah gaun bermodelkan pada bagian dada rendah yang jatuh menjutai ke bawah tanpa ada motif dengan lengan transparan berbentuk terompet. Karena Ina memiliki bayangan jika ini akan menjadi gaun terbaiknya yang akan ia tampilkan. Sebuah gaun pernikahan yang nantinya Ina ingin terlihat memiliki warna yang menyala ketika lampu dimatikan. Dan rencananya, gaun ini akan ia tampilkan pada puncak acaranya. Ina mendesah lega, ketika ia hampir menyelesaikan desain gaunnya. Lalu, suara pintu yang terketuk membuat ia mendongak. "Ya, masuk," serunya dari dalam. Pintu terbuka, di ambang pintu Dini berdiri. "Mbak
Baca selengkapnya
5. Flashback
Sore ini, Ina sangat cantik dengan dress selututnya. Rencananya, ia dan kekasihnya akan bertemu. Ina ingin memberitahukan jika dirinya akan menerima beasiswa ke Paris,mengatakan pada kekasihnya itu jika mereka harus long distance relationship dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Sekali lagi, ia melihat penampilannya dari kaca sebelum melangkah pergi. Di taman, Ina duduk di salah satu kursi memanjang yang sudah disiapkan dengan tenang. Kekasihnya belum juga menampakkan batang hidungnya, padahal mereka berjanji akan bertemu pukul lima sore. Hingga hari semakin gelap, matahari tidak lagi menampakkan sinarnya dan digantikan oleh sinar rembulan. Ina mendesah, melirik jam tangannya. Sekarang sudah pukul tujuh yang artinya ia sudah berada di sini menunggu kekasihnya itu selama dua jam. Menelpon atau mengirim pesankan pun percuma karena juga tak kunjung dibaca.Hingga suara seseorang, seketika membuatnya mendongak. "Maaf buat kamu nunggu lama," katanya. Dia kekasih Ina.Ina mengangguk, ter
Baca selengkapnya
6. Pasar Malam
Amir terkekeh mendengar balasan Ina, lalu beberapa detik kemudian kembali bersuara. "Ai, jalan yuk. Katanya ada pasar malam," kata Amir pada Ina."Sekarang?" tanya Ina menaikkan sebelah alisnya.Amir mengangguk. "Iyalah sekarang masa tahun depan.  Mumpung malam minggu.""Mampir makan sekalian aja gimana? Terus baru ke pasar malam?" tanya Ina mengusulkan."Boleh juga tuh, ai!" balas Amir mengangguk setuju, "yaudah sana siap-siap," lanjut Amir pada Ina."Kamu enggak siap-siap emangnya?" tanya Ina menatap Amir.Amir menggeleng singkat. "Nggak, mau ginian aja."Ina berdecak, sedikit tidak suka dengan gaya berpakaian Amir kali ini karena ia sangat tahu dan mengerti style suaminya itu adalah style khas kaum adam yang disukai oleh para barisan kaum hawa. Itu akan menyebalkan bagi Ina.  Amir hanya memakai kaos hitam yang pas hingga memperlihatkan dengan jelas bentuk tubuh suaminya itu, lalu celana jeans selutut menjadi
Baca selengkapnya
7. Umur Hanya Sebuah Angka
Sejak tadi, Ina terus merajuk pada Amir. Bisa-bisanya, pedagang yang menjual permen kapas mengira dirinya adalah anak Amir. Dengan percaya dirinya, si penjual berkata. "Ini, Pak. Anaknya cantik ya."What The Hell!Ina yang merajuk, Amir yang terus menggoda wanita itu. "Udah dong ai, jangan marah-marah terus," kata Amir mengusap kepala Ina."Lah gimana nggak kesel, orang yang nggak tau selalu ngira aku anak kamu! Mending tuh kalo nggak tau diem aja, jangan sok tau gitu ah, jatohnya norak sekaligus ngeselin!" Amir terkekeh, memeluk istrinya dengan tangan kanannya. "Yaudah, mau ke mana lagi kita?" tanyanya. Berusaha membujuk istri kecilnya itu yang masih saja merajuk."Pulang aja ah, udah nggak mood!""Jangan dong, masa sebentar aja kita di sini. Mau ke rumah hantu?" tanya Amir menawarkan sekalian uji nyali.Amir juga tidak mengelak, jika dirinya dan Ina memang lebih cocok seperti seorang bapak dan anak. Ina memiliki postu
Baca selengkapnya
8. Ina Merajuk
Amir terus membelai rambut Ina, sesekali ia tersenyum geli melihat tingkah istrinya itu yang manja. Sejak tadi, Ina terus merajuk karena masih kesal beberapa orang terus mengira jika Ina adalah putrinya. Apalagi, Amir juga mengejek membuat sekarang Ina merajuk. Istrinya itu diam dan enggan membuka mulut apalagi berbicara dengannya. "Udah dong, ai! Jangan diem, aku nggak bisa diginiin," kata Amir menggoyang-goyangkan tubuh Ina.Ina diam, menyentakkan tangan Amir dari lengannya. "Apaan sih!" gerutunya.Amir tau, Ina pasti sangat kesal. Tapi, bagaimana? Ia memang paling tidak bisa diam untuk berhenti menggoda istrinya itu. Amir suka jika Ina sedang merajuk. Lucu saja di matanya. "Aiii, kamu nih. Mau aku gigit ya?" katanya lagi membuka suara.Amir menghela napasnya, lalu beralih tempat menjadi di depan Ina di mana istrinya itu  menghadap. "Hai!" sapanya begitu ia sudah berhadapan dengan istrinya. Ina memejamkan mata, enggan menatap Amir atau ia akan
Baca selengkapnya
9. Je T'aime
Sesekali Ina melirik jam di dinding, malam sudah menunjukkan pukul 21.00 dan sepertinya belum ada tanda kedatangan suaminya itu akan pulang. Ina menghela napasnya pelan, meskipun Amir berkata untuk tidak perlu menunggu tapi rasanya Ina tidak bisa, karena ini juga menjadi salah satu hal rutin yang selalu dilakukannya semenjak menikah. Menunggu suaminya pulang dari bekerja itu adalah hal wajib baginya. Dan Ina sangat menyukainya. Rasanya ketika menunggu suami pulang dari bekerja itu ada rasa kebahagiaan tersendiri. Sejak tadi, yang dilakukan Ina adalah duduk diam di sofa sembari mengganti-ganti saluran tv hingga membuatnya bosan. Bermain sosmed, melanjutkan sketsa yang sempat tertunda, hingga mengemil tiga jenis makanan ringan sudah ia lakukan. Bahkan lima kaleng soda dan satu botol air mineral sudah ia habiskan. Ah, Ina merasa seperti seorang gadis abg yang baru saja merasakan putus cinta. "Ih lama banget sih, ya kali sekalian nongkrong sampe lupa waktu," gumam Ina menyanda
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status