Share

BAB 5

Author: LucioLucas
last update Last Updated: 2025-09-20 00:56:04

Waktu berlalu dengan cepat dan tanpa terasa sudah satu bulan Khaelia bekerja dengan Carter. Setiap hari melalui rutinitas yang sama. Membuat kopi, menyusun berkas, melakukan penjadwalan, dan setiap pukul 12 malam keduanya beristirahat 30 menit. Sesekali Carter memanggil pelayan untuk membawa cemilan dan mengajak Khaelia mencicipinya.

Dengan senang hati Khaelia memakan semua yang disuguhkan, selain karena gratis semua makanan berkualitas tinggi dengan rasa yang luar biasa lezat. Ia tidak makan camilan dengan aroma mentega yang begitu menggugah. Tidak lupa, berciuman dengan hangat sambil berbagi kopi.

Khaelia tidak pernah tahu kalau ciuman bisa memabukkan dan membuat candu. Ia pernah melakukannya dengan kekasihnya yang dulu, tapi rasanya sungguh berbeda. Dengan Carter ada kehangatan, mendamba, dan gairah yang tersembunyi. Sering kali ia membayangkan bagaimana kalau jadinya tidak hanya berciuman tapi hal lain?

Hal Iain seperti apa? Bercumbu? Setelah pertemuan hari pertama di mana Carter dengan berani menyentuh lehernya, tidak pernah ada lagi sentuhan. Mereka berciuman dengan tubuh saling mendekat, tapi seolah ada yang kurang? Apakah karena tidak pelukan? Khaelia mendesah, menyadari kalau pikirannya bergerak dengan liar.

“Fokus saja sebagai sekretaris. Jangan pikir hal lain. Ingat, besok terima gaji pertama.”

Terlepas dari ciuman yang selalu mereka lakukan, Carter memperlakukannya dengan baik, begitu pula Bosman yang belakangan diketahui adalah asisten pribadi. Satu hal yang tidak boleh dilanggar oleh Khaelia adalah merahasiakan pekerjaannya.

“Kamu boleh bilang kerja di sini, tapi jangan katakan kamu adalah sekretaris Tuan Carter. Ini rahasia antara kita saja,” ucap Bosman suatu hari saat menemui Khaelia yang baru naik lift.

“Iya, Pak. Pasti akan saya jaga rahasianya.” Bukankah dari hari pertama peringatan itu sudah diberikana? Kenapa Bosman mengulanginya?

“Pegawai di sini tahunya kamu kerja di atas itu bersih-bersih. Jangan tersinggung Khaelia tapi banyak yang tidak tahu keberadaan Tuan Carter.”

Kali ini Khelia terbelalak, tergelitik untuk bertanya lebih banyak soal Carter. “Hah, kenapa begitu, Pak? Bukankah Tuan Carter adalah pemilik? Maaf, hanya tanya saja.”

Khaelia menggigit bibir, merasa sudah salah kata. Tidak seharusnya bertanya hal yang bukan urusannya. Untungnya Bosman hanya tersenyum dan justru menjawab pertanyaannya.

“Suatu saat kamu akan mengerti alasannya. Sekarang ini yang harus kamu lakukan adalah tetap berada di samping Tuan Carter, apa pun yang terjadi.”

Memangnya apa yang bisa terjadi pada Carter yang kaya raya dan berkuasa? Bosman mengatakan seolah-olah Carter berada dalam bahaya. Padahal hampir setiap hari mereka bersama dan sejauh ini tidak ada masalah yang mengganggu keselamatan Carter. Setidaknya itu yang diketahui oleh Khaelia. Namun, semua pesan dari Bosman diterima dengan baik tanpa ada bantahan darinya.

Sebentar lagi ia akan menerima gaji dan menurutnya menyembunyikan pekerjaannya dari orang luar bukan hal sulit. Lagi pula keluarga bibinya bukan tipe orang yang suka ikut campur urusannya kecuali sepupunya. Kalau itu memang sudah sedari dulu mereka bersaing. Setidaknya dalam bayangan sepupunya yang bernama Mila.

“Baik, Pak. Saya mengerti sepenuhnya.”

Setiap malam Khaelia masuk kerja secara diam-diam tanpa banyak pegawai lain tahu. Ia diberi akses khusus dari pintu samping. Saat datang, masih banyak pegawai yang belum pulang dan demi menghindari bertemu mereka, ia datang secara sembunyi-sembunyi. Apakah Khaelia penasaran kenapa cara bekerjanya begitu rahasia? Tentu saja ia ingin tahu tapi demi menghormati privacy Carter, memilih untuk menyimpan semua pertanyaan dalam hati. Laki-laki tampan biasanya suka memperlihatkan keberadaan mereka pada orang-orang, tapi Carter memang berbeda.

“Khaelia, apa kamu punya paspor?” tanya Carter suatu malam.

“Tidak ada, Tuan.”

“Sebaiknya kamu mulai membuat dari sekarang.”

Khaelia mengagguk, menuruti apa kata Carter dan saat senggang menyiapkan dokumen pribadi untuk membuat paspor. Hampir setiap hari rutinitasnya sama,berangkat kerja saat senja dan pulang menjelang matahari terbit. Setelah tidur cukup, bangun untuk merawat ibunya. Ia tidak segan mengeluarkan uang untuk perawat yang datang bekerja setengah hari kalau dirinya terlalu lelah. Jam kerjanya selalu melewati waktu dan siangnya ia nyaris tidur sepanjang hari.

“Pekerjaan kamu apa, sih? Kasir minimarket lagi?” celetuk Mila saat mendapati Khaelia sedang makan siang.

Khaelia menjawab tanpa kata, hanya menggeleng kecil dengan mulut mengunyah makan sayur sop. Ada telur ceplok sebagai lauk. Bukan makanan istimewa tapi cukup mengganjal perutnya.

“Bukan kasir? Tumben. Kerja apa kalau gitu? Biasnya kerja malam kalau nggak minimarket ya bar. Jangan-jangan kerja di diskotik?”

Lagi-lagi Khaelia menggeleng. “Bukan di bar, hanya admin gudang.”

Mila adalah gadis berambut ikal sebahu dengan bibir tebal. Mendengkus keras lalu menarik kursi di depan Khaelia. “Padahal sarjana tapi malah suka kerja jadi buruh begitu. Nggak sayang ijazah?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 8

    Khelia sedang melintasi lobi yang hari ini cukup ramai saat ponselnya bergetar. Ada notifikasi yang tidak dikenalnya dan ternyata pemberitahuan uang masuk. Ia terbelalak karena tidak menyangka gajinya akan sebesar ini. Hampir lima kali lipat dari gaji di perusahaan terdahulu. Ia sudah tahu gajinya besar, kisaran belasan juta tapi ternyata lebih dari itu. Tanpa sadar ia tersenyum, mengepalkan tangan dan melontarkannya ke udara.“Yes!”Beberapa pegawai yang berpapasan dengannya menatap curiga, Khaelia hanya mengangguk kecil pada mereka. Sedikit heran karena lobi lebih ramai dari biasa. Apakah karena hari gajian semua orang memutuskan untuk pulang lebih lambat. Bersama beberapa perempuan muda, ia mengantri lift. Mendengar mereka bercakap tentang lembur dan turun hanya untuk membeli makan malam.“Departemen pemasaran memang paling sibuk di awal bulan.” Gadis bertubuh kurus bicara sambil mencebik.“Kita dituntut untuk selalu memenuhi target.” Temannya yang berkacamata menimpali.“Malam Min

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 7

    Carter mendesah, merasakan hasrat menyerbunya hanya karena teringat Khaelia. Ia harus menyingkirkan semua pikiran buruk kalau ingin Khaelia betah di tempatnya bekerja. Ia kehilangan sekretaris lamanya karena laki-laki muda itu tidak kuat bergadang terus menerus, berganti lagi dengan perempuan dan hanya bertahan satu bulan karena terlalu takut untuk bicara dengannya.Sekretarisnya yang terakhir seorang laki-laki berumut awal tiga puluhan, terhitung cukup lama bekerja, hampir enam bulan tapi akhirnya menyerah karena ingin menikah. Gonta-ganti sekretaris sampai-sampai Bosman kebingungan untuk mencari orang yang bisa menemaninya. Sejauh ini Khaelia tidak pernah mengeluh, ia hanya berharap nafsunya tidak membuat gadis itu pergi.Selesai berpakaian, ia keluar kamar. Disambut beberapa pelayan yang membungkuk di lorong. Kamarnya berada di lantai tiga, sengaja menggunakan tangga padahal ada lift tidak jauh dari kamarnya. Ia perlu olah raga agar tubuhnya tetap bugar. Rumah keluarga yang ditempa

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 6

    Dalam benak Khaelia sedang sibuk memikirkan pekerjaan di kantor dan tidak peduli dengan perkataan sepupunya. Sudah biasa Mila selalu menentang pendapatnya, seakan menjadi sepupu paling peduli padahal tidak peduli.“Temen-temenku yang sarjana semua kerja di kantor besar. Saat weekend pada ngumpul di bar atau karaoke. Sedangkan kamu? Malah jadi admin gudang. Memangnya nggak malu apa kalau suatu saat ketemu teman?”Khaelia mengangkat wajah dan menatap sepupunya lekat-lekat. Mila memang tidak pernah menyukainya terlebih sekarang saat ia tinggal di rumah ini. Dianggap sebagai penganggu dan menumpang hidup. Itulah kenapa ia menolak bersinggungan. Entah kenapa siang ini Mila sangat cerewet hingga mengesalkan.“Apa pentingnya omongan orang? Yang penting kerja halal.”Mila tertawa lirih sambil memutar bola mata.“Ye, ye, ye, bilang aja sama piring kosongmu itu, apa pentingnya omongan orang. Lihat aja nanti kalau kalian berkumpul, baru tahu apa artinya diremehkan!”Apakah Khaelia peduli omongan

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 5

    Waktu berlalu dengan cepat dan tanpa terasa sudah satu bulan Khaelia bekerja dengan Carter. Setiap hari melalui rutinitas yang sama. Membuat kopi, menyusun berkas, melakukan penjadwalan, dan setiap pukul 12 malam keduanya beristirahat 30 menit. Sesekali Carter memanggil pelayan untuk membawa cemilan dan mengajak Khaelia mencicipinya.Dengan senang hati Khaelia memakan semua yang disuguhkan, selain karena gratis semua makanan berkualitas tinggi dengan rasa yang luar biasa lezat. Ia tidak makan camilan dengan aroma mentega yang begitu menggugah. Tidak lupa, berciuman dengan hangat sambil berbagi kopi.Khaelia tidak pernah tahu kalau ciuman bisa memabukkan dan membuat candu. Ia pernah melakukannya dengan kekasihnya yang dulu, tapi rasanya sungguh berbeda. Dengan Carter ada kehangatan, mendamba, dan gairah yang tersembunyi. Sering kali ia membayangkan bagaimana kalau jadinya tidak hanya berciuman tapi hal lain?Hal Iain seperti apa? Bercumbu? Setelah pertemuan hari pertama di mana Carter

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 4

    Setelah puas melihat-lihat, ia memutuskan untuk minum teh. Dengan malu-malu duduk di sofa sementara Carter merokok di sudut dekat gazebo. Menyesap tehnya, Khaelia diam-diam menatap profil atasannya. Carter yang ketampanannya tidak seperti manusia pada normal ternyata mempunyai sikap yang ramah. Tidak seperti boss-boss besar pada umumnya yang cenderung menjaga jarak dan bersikap sangat dingin, laki-laki itu justru terlihat santai.Apakah Khaelia berhalusinasi saat melihat Carter begitu berbeda dalam siraman cahaya bulan? Jangan-jangan memang matanya saja yang salah. Lagi pula ini pertama kalinya mereka berjumpa, apa yang berbeda pun tidak ada yang tahu.“Enak tehnya?”Carter yang baru selesai merokok, duduk di samping Khaelia, membuatnya tanpa sadar sedikit bergeser ke samping.“Enak sekali, Tuan.”“Kamu nggak ngopi? Biasanya kerja malam takut mengantuk.”“Tidak, Tuan. Mungkin karena terbiasa malam tidak tidur.”“Berarti ini bukan pertama kalinya kamu kerja malam?”Khaelia mengangguk.

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 3

    Laki-laki muda dan tampan itu bernama Carter June Solitaire. Tidak banyak yang tahu kalau ia adalah anak kedua dari keluarga Solitaire yang merupakan pemilik saham terbanyak sekaligus pimpinan di Capital Group. Carter yang berambut sehitam arang dan bermata tajam, saat ini sedang memandang seorang gadis muda yang ketakutan. Menahan geli karena Khaelia terlihat ngeri seolah ia akan mengisap darahnya. Apa yang ada di pikiran Khaelia sebenarnya?Carter menatap lekat-lekat, pada Khaelia yang berjalan mundur perlahan. Menghitung dalam hati pada langkah keberapa perempuan itu akan membalikkan tubuh dan pergi. Ia memasukkan tangan ke dalam saku dengan kaki bersilang, seakan sedang menikmati pertunjukkan yang seru dan lucu. Sayangnya, perkiraannya salah karena Khaelia sama sekali tidak ada niatan untuk pergi. Bahkan dengan lantang mengatakan sesuatu yang membuatnya tercengang.Khaelia meneguk ludah dan menuruti perintah Carter. Saat ini yang ingin dilakukannya hanya dua hal. Bekerja untuk men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status