Married With Boss

Married With Boss

By:  Eleena Edeline  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
15Chapters
264views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kehidupan Isnadari Puspita Rakabumi berputar setelah ia menerima perjodohan dengan Indranu Pratama Mahardika. Menjadi istri kedua memanglah bukan pilihannya, namun demi menuntaskan janji kakeknya tersebut ia harus berkorban menelan kepahitan dalam hidupnya. Apalagi ia juga tidak bisa akur dengan Arini, istri pertama Indra. Isna merasa tertekan jika Arini terus saja mencari masalah dengannya. Mereka yang awalnya berteman baik karena Isna adalah sekretaris Indra, akhirnya menjadi saling bersaing untuk mendapatkan hati Indra

View More
Married With Boss Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Milla Dwi
semangat say...️...️...️...️, karya yang bagus.........
2023-10-12 07:22:10
1
user avatar
Eleena Edeline
bantu dukung yukkk
2023-10-11 22:43:19
1
15 Chapters
Bukan Pernikahan Impian
Benar kata orang, waktu berlalu begitu cepat tanpa disadari. Sama halnya seperti yang dialami Isna saat ini, tepat pada hari ini statusnya akan berubah. Ia akan melepas masa lajangnya beberapa jam lagi. Isna menatap pantulan dirinya di cermin, kebaya putih gading dengan riasan siger sunda membuat aura kecantikannya semakin bertambah. Siapapun yang melihat kecantikan Isna pasti akan terpana. Namun Isna sadar, apa yang ia lakukan hanya karena keluarganya. Jika bukan karena keluarganya, ia tak akan mau menikah dan menjadi istri kedua dari bosnya sendiri. Bukan ini pernikahan yang diimpikannya, apalagi menikah dengan atasannya sendiri. Tak ada teman kantor Isna yang datang, karena memang Isna tak ingin ada orang kantor yang mengetahui pernikahannya ini. Sedangkan Aswin teman kantornya, sibuk menggantikan Indra mengurus berbagai urusan kantor. Hanya ada Nina, temannya sedari kecil yang datang untuk menemani serta menguatkan Isna. Isna yang sedari duduk termenung bersa
Read more
Status Baru
Isna terbangun dari tidurnya, saat kesadarannya telah kembali sepenuhnya, ia terkejut karena terbangun di atas tempat tidur.  Ia melihat sekeliling, ini bukan di hotel atau penginapan. Rania turun dari tempat tidur dan berlari keluar, tempatnya sekarang lebih mirip seperti penginapan. "Kau sudah bangun ternyata," ucap Indra.Isna langsung berbalik begitu mendengar suara yang terdengar familiar di telinganya. Ia tetap diam tanpa bersuara, entah sejak kapan mereka tiba, dan sudah berapa lama dirinya tertidur, ia tidak tahu."Makananmu ada di meja makan. Cepatlah makan karena kamu membutuhkan tenaga yang banyak untuk malam nanti!" tukas Indra padanya.Mata Isna melotot sempurna mendengar pernyataan dari Alvan, bos yang merangkap menjadi suaminya. Alvan berlalu begitu saja dari hadapannya. Pikiran Isna berkecamuk, apakah ia harus melakukannya sekarang. Tapi ia belum siap dan rela menyerahkan mahkota yang ia jaga selama ini untuk bosnya. Meskipun
Read more
Bersaing
Bu Bertha sudah menyiapkan kamar untuk Isna sesuai intruksi Mama Sukma, termasuk kamar yang dibuat kedap suara supaya Isna bisa tidur dengan nyenyak. Isna memiliki pendengaran yang sangat tajam, itu sebabnya ia butuh kamar yang kedap suara supaya bisa istirahat dengan tenang. Isna melihat kamar sekelilingnya, kamarnya dibuat seperti kamar miliknya di kediaman Rakabumi. Bahkan ornamen-ornamen kesukaannya juga ditempatkan di sana. "Kamu menyukai kamarnya?" tanya Indra menatap Isna yang terlihat diam saja. "Maaf, rumahku tak seluas rumahmu. Mungkin kamar ini juga tak sebanding dengan kamar milikmu."Isna berbalik menatap Indra, "Nggak apa-apa kok, aku suka kamarnya.""Baiklah kalau kamu suka, silakan istirahat dulu. Saya mau keluar, kupanggil art untuk membantumu berberes."Isna menjawab dengan anggukan kepala, kemudia Indra keluar kamar meninggalkan Isna sendiriann. Ia membuka lemari dan laci, keperluannya sudah lengkap.Tak banyak yang harus dibere
Read more
Malam Pertama
Isna tercengang, hubungan mereka memang sudah dekat tapi ia tak menyangka Indra akan meminta haknya nanti malam. Sejujurnya dirinya masih takut, tapi tujuan utama mereka ingin Indra menikah lagikan supaya Indra bisa mendapatkan keturunan yang tidak bisa diberikan oleh Arini. "Baiklah, kita lihat nanti malam." Isna segera bangkit dan kembali ke mejanya. Ia berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak tak karuan. Pekerjaannya usai, jam pulang kerja sudah kelewat hampir setengah jam. Ia masih duduk santai menunggu semua orang pulang, bukan karena ingin molor tapi ia menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Ia tak mau ada yang menergoki dirinya berangkat dan pulang bersama Indra. Hal itu ia hindari karena Indra belum mengumumkan pernikahan, Isna menghela napas pelan. Tak mungkin juga hal itu akan terjadi, Indra sangat mencintai Arini. Yang ada malahan dirinya yang akan mendapat berbagai ucapan negatif dari teman kantornya. "Isna, ayo pulang."
Read more
Cemburu
"Mas Indra."Indra dan Isna terkejut, keduanya berbalik menuju sumber suara. "Mbak Arini."Langsung saja Indra berlari menghampiri Arini meninggalkan Isna yang masih berada di gazebo. Dalam hati Isna, ia merasa seperti ada bongkahan besar yang membuat dadanya sesak. Isna lekas turun dari gasebo, menghampiri Arini yang sudah pulang. Dalam hati Isna bertanya-tanya bukankah Arini pergi dia hari, ini baru satu hari. Kenapa sudah balik. "Mbak Arini katanya pergi dia hari?" tanya Isna yang berdiri di sebelah Indra. Pertanyaan Isna hanya dibalas senyuman oleh Arini. "Aku sangat merindukan Mas Indra, aku tidak bisa berjauhan lama-lama dengannya." Arini mengalungkan lengannya di leher Indra. Mendapat perlakuan seperti itu, Indra merasa tak nyaman. Ia menatap Isna yang memalingkan wajahnya menatap arah lain. "Ayo, Mas. Kita masuk ke dalam, hari ini aku ingin selalu bersamamu, menghabiskan waktu denganmu tentunya." Arini langsung m
Read more
Kabar Bahagia
Sepanjang jalan raya Jakarta, pikiran Isna bercampur ke mana-mana. Membuat Andro yang mengemudi di sebelahnya pun kebingungan. Masalahnya saat kakaknya ditanya akan ke mana, Isna adanya menyuruhnya untuk jalan terus. Andro tidak bisa menunggu lagi, ia menepikan mobilnya dan berhenti. Membuat Isna yang sedari tadi melamun melihat keluar mobil langsung menoleh ke Andro. "Kok berhenti, Ndro?" Tanya Isna kebingungan. "Kak Isna nggak ada tujuannya, Andro juga bingung Kak kita mau ke mana sebenarnya."Isna diam sejenak, ia terlihat tengah menimbang sesuatu dalam pikirannya. "Kita ke rumah sakit Tante Reta ya, Ndro. Kakak pengen ke sana."Mata Andro melotot, karena saking terkejutnya ia tidak bisa berkata-kata lagi. "Jangan bilang kalau Kakak-""Cuma mau mastiin Ndro. Nggak ada salahnya kan? Ayo kita coba ke sana dulu. Kakak nggak mau makin kepikiran."Andro mendengus kesal, masalah ini seharusnya diselesaikan dengan Indra, bukan deng
Read more
Terungkap Kehamilan Isna
Andro bersiap pulang ke rumah, semalam setelah mendapat telepon dari Mama Sukma, Andro bilang kalau dirinya sedang menginap di rumah kakanya. Andro yang sedang di dapur melihat kakaknya yang sudah siap dengan setelan kerja tengah membuat susu. Sebenarnya Andro sangat kasihan terhadap Kakak satu-satunya itu. Kakaknya terlalu baik untuk menjadi istri kedua, seharusnya kakaknya bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari Indra yang sudah beristri. Andro mendekati kakaknya. "Kapan kakak akan mengatakannya? Mereka aja nggak mikir perasaan Kakak gimana, egoislah sesekali. Itu nggak akan membuat Kakak rugi."Mendengar kalimat yang dilontarkan Andro, Isna menghentikan kegiatannya. Ia sadar, memang beberapa hari ini perasaannya terasa lebih sensitif dari biasanya. Ingatannya juga kuat apalagi saat beberapa hari lalu dirinya melihat Indra yang berciuman dengan Arini di ruang tamu. Sekarang Isna tahu kalau dirinya tengah mengandung pewaris Mahardika, Isna sudah menyusun
Read more
Menjadi Prioritas
Setelah kepergian Bu Bertha, Isna justru merebahkan tubuhnya di sofa. Sedangkan Indra juga bersantai bersama Isna, Indra duduk dan memijat kaki Isna. "Sekarang aku tahu kenapa akhir-akhir ini sering tak semangat bekerja Isna." Indra tertawa pelan, ia masih ingat beberapa kekeliruan dari laporan yang dibuat Isna. Indra sengaja memberitahunya dan meminta Aswin memperbaiki laporan tersebut. Indra juga meminta Aswin untuk tak memberitahu Isna tentang hal ini. "Boleh aku meminta sesuatu?"Indra menatap Isna, melihat wajah Isna yang seperti ini membuatnya ingin mencubit pipi Isna yang mulai berisi. "Apa itu Isna, katakan apa yang kamu mau?""Aku mau diutamakan, Mas harus banyak menghabiskan waktu denganku. Aku juga tidak suka melihat saksi Mas Indra dan Mbak Arini beberapa waktu lalu, seharusnya kalian bisa melakukannya di kamar, aku-"Isna terkejut saat tiba-tiba Indra langsung menciunnya sekilas. "Menyebalka!"Indra tertawa pe
Read more
Desas-desus di Kantor
Beberapa hari setelah mengetahui kehamilan Isna, Indra semakin semangat bekerja. Bahkan di kantor pun Indra sering tersenyum membayangkan bagaimana saat anaknya lahir nanti. Indra tak sabar merasakannya.Malam ini Indra bermalam menemani Isna, tentunya setelah Indra mendapat persetujuan dari Arini untuk mengurangi jatah malamnya karena Isna lebih membutuhkannya. "Aku tak sabar ingin menggendongnya."Kalimat yang selalu diucapkan Indra beberapa malam ini. Hal itu tentunya mengundang tawa Isna. "Kau harus sabar, usianya baru beberapa minggu. Dia bahkan belum kelihatan."Suara ketukan pintu menghentikan candaan mereka, Indra berdiri dan membuka pintu. "Ini buah yang diminta Nyonya Isna, Tuan.""Terimakasih Mila."Mila, asisten di rumah Isna yang datang ke kediaman Indra beberapa hari lalu setelah Mama Sukma yang meminta. Selain Bu Bertha yang mengirimkan beberapa asisten dan penjaga, keluar Rakabumi juga mengirimkan
Read more
Kegigihan Arini
Perlahan, kelopak mata yang mukanya terpejam kini perlahan terbuka. Isna berkedip beberapa kali menyesuaikan cahaya yang ada di ruangannya. Isna mengingat kejadian beberapa waktu lalu, saat Vidia dan dua temannya yang mengatainya. Ia menoleh saat menyadari ada pergerakan di sebelahnya. Indra, suaminya itu tengah tertidur dengan terus memegang tangannya. "Mas?"Merasa namanya dipanggil, Indra mendongak menatap Isna. "Sayang, kamu sudah sadar. Apa ada yang sakit? Kamu ingin apa?"Melihat perlakuan Indra yang lembut seperti ini membuat hatinya seketika menghangat. "A-ku ha-us."Dengan sigap Indra memberikan segelas air minum, menyangga kepala Isna supaya Isna tak tersedak. "Pelan-pelan."Usai minum, Indra membenarkan kembali posisi Isna supaya lebih nyaman lagi. Indra menggenggam erat jemari Isna, "Kau tau betapa paniknya diriku saat melihatmu pingsan dan pendarahan? Jantungku seolah berhenti berdetak saat itu juga. Isna, tak akan
Read more
DMCA.com Protection Status