Mendadak Miskin

Mendadak Miskin

Oleh:  Gilva Afnida  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
17Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kalah taruhan dalam menebak pertandingan pacuan kuda membuat Rafa harus menjalani hukuman dari teman baiknya yaitu berpura-pura jatuh miskin selama satu bulan. Siapa sangka ide dari teman tersebut membuatnya mengerti mana teman dan mana lawan. Bahkan karena ide tersebut, Rafa bertemu dengan cinta masa lalu yang dulu pergi dari kehidupannya bernama Dewi

Lihat lebih banyak
Mendadak Miskin Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
17 Bab
Ide Gila
Suara tawa terdengar menggema di ruang santai milik pria berambut coklat bernama Liam. Tangannya menepuk keras bahu kawannya yang bernama Rafa-duduk di sampingnya. Rafa tak menggubris Liam yang masih tertawa bahagia di atas penderitaannya. Wajahnya masih bertekuk masam sambil memandang malas ke arah TV yang masih menampilkan acara pacuan kuda."Kau sudah janji padaku, Rafa. Esok aku ingin kau sudah menjadi gelandangan di jalanan," ujar Liam."Berisik!" jawabnya sambil beralih dari tempatnya duduk."Eh! Mau kemana?" Liam membuntuti kawannya yang enggan untuk menjawab.Ternyata Rafa hanya menuju ke arah dapur, mengambil soda kaleng dingin yang berada di dalam kulkas dan meminumnya, berharap dapat mendinginkan kepala dan hatinya yang mulai panas. "Bagaimana kalau hukumannya ku ganti dengan saham perusahaan 10%? Bukankah itu terdengar lebih menggiurkan?"Liam menyilangkan kedua tangan di depan dada. Tubuhnya menyender di kulkas besar miliknya
Baca selengkapnya
Mendadak Miskin
Keesokan harinya, Pevita terbangun dari tidurnya ketika mendengar gedoran pintu yang mengusik ketenangannya. "Ada apa, sih?" teriaknya dari dalam, enggan untuk beranjak dari kasur."Maaf mengganggu, tapi saya harus menyampaikannya. Tuan sedang ada masalah dan nyonya harus turun segera ke ruang tengah." Diba masih berdiri di balik pintu."Hmm." Hanya gumaman yang keluar dari mulut Pevita. Dia sendiri tak pernah mau tahu urusan Rafa. Selama duit mengalir dalam kantongnya, dia tak mau ambil pusing dengan segala masalah yang sedang dialami Rafa."Nyonya." Sekali lagi Diba memanggil Pevita dengan nada datar.Ketukan pintu sekali terdengar dan itu berhasil membuat Pevita marah. "Apaan sih! Berisik banget!" ujarnya ketika membuka pintu. Rambutnya berantakan dan baju tidur masih melekat di tubuh sintalnya."Nyonya harus turun ke ruang tengah sekarang!"Pevita mendengus kasar dan melewati Diba untuk turun ke ruang tengah.Setelah
Baca selengkapnya
Cleaning Service
Hari berganti, Rafa sudah bersiap menaiki sepeda motor maticnya untuk berangkat ke perusahaannya. Bukan lagi sebagai CEO, melainkan sebagai cleaning servis sesuai yang diinginkan Liam.Sial! Liam benar-benar sedang mengerjaiku! umpatnya dalam hati jika mengingat pekerjaannya sekarang.Ketika dia memanasi sepeda motornya, terdengar dari kejauhan suara yang menghantui tidurnya semalam, "Mas ganteng! Aku tunggu kedatanganmu dari subuh, kenapa belum dateng-dateng?" Terlihat Lina datang setengah berlari mendekat ke arah rumah Rafa.Sontak Rafa langsung menaiki motor dan melajukan motornya seraya berteriak, "Nanti malam bu, saya kasih fotokopinya!"Rafa tertawa puas setelah melihat tingkah Lina yang menghentak-hentakkan kaki sambil memonyongkan bibir tebalnya. Sungguh dia merasa sial mendapat tetangga genderuwo seperti Lina. "Mungkin nanti aku harus telepon Liam buat cari kawasan rumah yang lebih aman."Di pukul 7 pagi tepat, Rafa har
Baca selengkapnya
Lina si Tubuh Gempal
Suara dentingan sendok beserta garpu yang beradu dengan piring terdengar di seluruh ruangan kantin. Riuh ramah orang berbincang pun nampak berpadu apik dengan suara dentingan sendok tersebut. Berbeda dengan para staf dan karyawan yang menyantap makan siang dengan para kawannya, Rafa menyantap makan siangnya dengan tenang tanpa ada lawan untuk diajak bicara. Pandangannya fokus melihat ke arah bawah gedung yang menampilkan jalanan padat ibu kota dibawah sengatan surya. Suara decitan kursi membuat Rafa menoleh, pemuda yang mengenakan seragam biru sama sepertinya tengah tersenyum canggung. "Maaf pak, boleh saya duduk disini? Semua bangku sudah penuh," ujarnya dengan sopan.Rafa menoleh kebelakang dan menyapu pandangan di sekeliling. Memang kantin tengah begitu ramai pengunjung. Hanya ada beberapa kursi kosong yang berada di antara staf dan karyawan kantor. Tentu membuat pemuda itu sungkan untuk sekedar duduk makan berdampingan dengan mereka. Rafa kembali menatap pemud
Baca selengkapnya
Bertemu dengan Dewi
Hari ini adalah hari kedua Rafa akan menjalani tugasnya sebagai Cleaning Service. Tidak ada semangat seperti kemarin, karena seharian nanti, dia akan berada di wc lantai 2 dan 3. Ketika dia sudah bersiap berdiri di depan pintu luar dengan mengenakan seragamnya, tiba-tiba ada bola kecil berwarna merah menggelinding dan mengenai tepat sepatu kerjanya. Dia menoleh pada langkah kaki anak kecil yang akan mengambil bola miliknya. "Aduh, bolaku!"Rafa enggan berurusan dengan anak kecil, jadi dia tak peduli dan memilih beranjak untuk segera melajukan motornya. Namun belum sempat ia menyalakan motor, terdengar teriakan wanita yang pernah ada di dalam ingatannya."Rafi! Jangan lari-larian gitu, Nak," teriaknya menghampiri anak kecil.Rafa menoleh, tercengang atas apa yang dilihatnya. "Dewi?" pekiknya ketika melihat wajah yang dulu pernah menghiasi hari-harinya.Wanita itu tersentak, tubuhnya gemetar karena mengenali suara itu. Dia mendongakkan kep
Baca selengkapnya
Tuduhan Pencurian
Rafa menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang dulunya adalah ruang kerjanya. Menyenderkan tubuh, lengan, dan kepalanya di sofa. Pagi hari ini benar-benar menjadi sebuah kejutan hebat untuknya. Rafa menutup matanya, bibirnya menyungging sebuah senyuman ketika ia ingat akan pertemuannya dengan Dewi hari ini. Wanita itu mempunyai hutang penjelasan mengenai anak laki-laki yang diberi nama Rafi."Apa sekarang kau sudah gila hanya karena mendapat tuduhan pencurian, bro?" tanya Liam ketika melihat saudara angkatnya itu tersenyum dengan mata yang tertutup rapat.Rafa membuka matanya, menatap langit-langit ruang kerja yang sementara ini milik Liam. "Memang benar aku sudah gila, pertemuanku dengan Dewi tadi pagi benar-benar hal yang tak terduga, Liam."Hah? Dewi? "Tunggu, Dewi? Siapa itu Dewi?" tanya Liam sama sekali tak mengerti."Apa kau bahkan sudah lupa siapa itu Dewi? Bukankah kau dulu juga menyukainya? Lalu patah hati karena ia lebih memilih diriku di
Baca selengkapnya
Pemecatan Bari
Sebenarnya perkataan Dika tadi siang bisa dikatakan benar. Malam ini Rafa sudah mengecek seluruh cctv perusahaan bersama Liam di ruang kerjanya. Namun memang, dia harus berusaha lebih keras karena cctv yang berada di sekitar ruang pribadi cleaning service sengaja dimatikan oleh seseorang ketika peristiwa pencurian itu terjadi.Tapi tak masalah bagi Rafa dan Liam, mereka bisa menemukan bukti lain lewat cctv tersembunyi yang dulu Rafa perintahkan seseorang untuk memasang di titik tertentu. Meskipun beberapa saksi telah disuap oleh si pelaku, tentu hal itu pun tak menyulitkan Rafa dan Liam untuk membuka kembali mulut para saksi."Bagaimana? Udah tahu kan, siapa pelakunya?" Sejauh ini Liam sudah mengetahui siapa sang pelaku, meskipun tidak mempunyai bukti yang akurat. Seharusnya Rafa mengamuk, mengeluarkan amarah tak terkendali karena baru kali ini ia memiliki seorang pengkhianat dalam hidupnya. Tapi kali ini ia ingin bersikap lebih tenang dan lebih bisa meng
Baca selengkapnya
Mimpi Buruk
"Rafa, apa kau cinta denganku?" Nada suara yang manja sekaligus merdu itu selalu mampu menggelitik hati Rafa."Tentu, Dewi. Tunggulah sebentar lagi dan aku akan melamarmu dengan membawa sejuta bunga anyelir kesukaanmu."Dewi tersenyum mempesona. Bagi Rafa, senyum Dewi adalah kebahagiaan untuknya. Sudah sepenuhnya Rafa menyerahkan hati yang utuh hanya untuk Dewi.Namun sedetik kemudian pemandangan itu berubah menjadi wajah Dewi yang penuh dengan deraian air mata."Tinggalkan aku, Rafa! Aku mohon!" jerit Dewi. Belum pernah sebelumnya Rafa melihat wajah kekasih hatinya itu terlihat sedih dan putus asa."Ta-tapi, kenapa Dewi? Apa aku melakukan sebuah kesalahan?""Cukup, Rafa! Jangan pernah datang lagi ke kehidupanku! Aku mohon.." Suaranya perlahan melirih, seiring dengan sosoknya yang pergi menjauh."Tidak Dewi, jangan pergi!"Sekeras apapun Rafa berteriak, Dewi tetap berjalan memunggungi Rafa tanpa membalikkan badannya. Lalu terdengar suara alarm dari ponselnya yang terus berdering.Raf
Baca selengkapnya
Suami Dewi
Rafa meraup wajahnya dengan kasar. Ingin rasanya ia menyerang balik pukulan mentah yang dilayangkan oleh Xavier namun sekuat tenaga ia menahannya. Bukan karena ia takut kepada pria itu, tapi lebih kepada mengontrol diri agar akting yang sedang dilakoninya dapat berakhir dengan sempurna."Hanya sebulan, Rafa. Bertahanlah!" gumamnya menyemangati diri sendiri."Mas Rafa! Apa kau tadi habis bertengkar dengan pak Xavier?" Dika datang dari arah belakang, ia nampak rapi seperti biasa dengan setelan seragamnya. Rupanya berita itu menyebar dengan cepat, membuat Rafa tersenyum geli. "Iya, hanya masalah kecil." "Masalah kecil sampai membuat lebam biru dagumu?" Rafa menyentuh dagu sebelah kirinya yang terkena pukulan. Memang terasa sedikit nyeri tapi itu bukan apa-apa untuknya. "Hanya luka sedikit, pria jantan sepertiku harus mampu menahan luka remeh seperti ini." "Sebenarnya, ada masalah apa sih pak Xavier denganmu? Bukankah kau sudah jatuh miskin? Kenapa seolah-olah itu tak cukup baginya da
Baca selengkapnya
Undangan
Mengenang masa lalu tidak akan ada habisnya bagi Rafa. Tanpa disadarinya, ternyata tadi malam dirinya tertidur di atas meja dengan lengan sebagai bantalnya. Bahkan alunan musik yang menyala dari ponsel masih terdengar.Rafa meregangkan tubuhnya dan menatap jam di layar ponsel. "Baru jam 4 ternyata," gumamnya.Dalam kesehariannya, Rafa memang selalu terbiasa bangun pagi untuk olahraga dan persiapan sebelum berangkat ke kantor. Berbeda dengan Pevita yang selalu pulang larut malam dan akhirnya bangun kesiangan.Ah, Rafa jadi teringat kembali tentang Pevita. Wanita glamor yang menceraikannya karena ia jatuh miskin. Pevita begitu cepat menggeser posisi Rafa dengan si Xavier yang angkuh. Tentu Rafa menjadi mudah untuk sekedar melupakan si wanita pengkhianat, Pevita.Melupakan Pevita ternyata begitu mudah, tak seperti saat ia berusaha untuk melupakan Dewi.Setelah Rafa sudah selesai meregangkan otot dengan sedikit gerakan kecil, Rafa segera bangkit dan menuju ke kamar mandi.Air dingin yang
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status