Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!

Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!

last updateHuling Na-update : 2025-02-25
By:  Rosa UchiyamanaKumpleto
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 Mga Ratings. 7 Rebyu
220Mga Kabanata
64.6Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Yara terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan Oliver, pria yang masih hidup dalam bayang-bayang istri pertamanya. Terpaksa menjadi istri bayangan, Yara harus berjuang menemukan jati dirinya sambil menghadapi dinginnya sikap Oliver. Bisakah Yara melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu, atau selamanya akan menjadi sosok yang tak pernah benar-benar terlihat?

view more

Kabanata 1

1. Istri Bayangan

“Oliver, aku mohon.” Suara Yara kini terdengar serak, hampir seperti bisikan. Ia berdiri tertatih-tatih, bersandar pada pintu yang dingin. “Aku nggak bisa seperti ini terus. Aku bukan Zara... aku nggak bisa menjadi dirinya....”

Langkah kaki terdengar mendekat dari luar. Jantung Yara berdegup kencang. Pintu tidak terbuka, tetapi suara Oliver akhirnya terdengar, rendah dan dingin. “Kamu harus belajar, Yara. Kamu adalah pengganti Zara. Kamu tahu itu sejak awal.”

Yara tertegun, air matanya mengalir tanpa bisa ia hentikan. Pengganti Zara. Itulah dia di mata Oliver. Bukan dirinya sendiri. Hanya bayang-bayang dari seseorang yang telah pergi.

“Aku bukan Zara!” teriak Yara dengan seluruh tenaga yang tersisa. “Aku nggak akan pernah jadi dia, Oliver! Aku adalah aku! Kalau kamu nggak bisa terima itu, biarkan aku pergi!”

Ini hari ketiga Yara dikurung di kamar itu—kamar yang dulunya milik Zara, saudari kembarnya sekaligus mendiang istri Oliver. Oliver bersikeras Yara harus tinggal di sini, mengenakan pakaian Zara, menggunakan barang-barangnya, bahkan tidur di ranjang yang sama.

Ruangannya luas, megah, namun dingin. Tiap sudut kamar memancarkan aroma masa lalu. Di cermin, di lemari, bahkan di aroma parfum yang tercium samar di udara.

Mata Yara menatap lurus ke arah pintu yang terkunci rapat. Berkali-kali ia mencoba mengetuk pintu, memanggil nama Oliver dengan nada penuh harap dan amarah.

Yara memeluk dirinya sendiri, mencoba melawan dinginnya udara yang seolah menelusup hingga ke tulang. Perutnya sudah mulai terasa kosong, tetapi ia menolak makan atau minum apapun yang dikirim Oliver ke kamar ini.

Jika ini adalah caramu menghukumku, Oliver, kamu berhasil, pikirnya getir.

“Baiklah. Kalau kamu nggak mau mengikuti kemauanku, aku akan menghentikan pengobatan ibumu!” ujar Oliver dengan suara dingin di luar sana, membuat Yara terhenyak.

“Jangan...,” bisik Yara dengan suara parau. “Kumohon jangan hentikan pengobatan ibuku.”

Keheningan lagi. Yara berharap Oliver akan membuka pintu kali ini, tapi yang terdengar hanya langkah kaki Oliver yang menjauh.

Air mata Yara mulai jatuh. Ia berjalan kembali ke ranjang, duduk dengan lemas, memandangi piring makanan yang tak ia sentuh sejak pagi. Lapar mulai menggerogoti tubuhnya, tetapi rasa perih di hatinya jauh lebih besar daripada rasa kosong di perutnya.

Waktu berlalu dengan lambat. Mata Yara mulai berat, tubuhnya terasa lemah. Ia mencoba berdiri, tetapi pandangannya berkunang-kunang.

“Oliver...,” bisiknya lemah, sebelum tubuhnya ambruk ke lantai.

***

Seorang wanita berseragam merah marun adalah pemandangan pertama yang Yara dapati begitu ia membuka mata. Kepala Yara terasa pening. Dan dalam sekejap, begitu matanya mengedar ke sekeliling ruangan, ia sadar bahwa saat ini ia berada di rumah sakit.

“Mbak Yara sudah bangun? Bagaimana perasaannya sekarang? Perutnya masih sakit?” tanya wanita berseragam itu sambil melanjutkan pekerjaannya mengganti botol infus.

“Suster?” tanya Yara dengan suara serak alih-alih menjawab pertanyaan perawat barusan, ia masih bingung dengan keadaan yang dialaminya. “Kenapa saya bisa ada di sini?”

Perawat itu menatap Yara dengan pandangan prihatin. “Mbak Yara pingsan karena kelelahan dan dehidrasi akibat tidak makan dan minum selama tiga hari.”

Yara mencoba mencerna penjelasan itu, tapi pikirannya terasa berat. Tentu saja ia ingat bahwa Oliver mengurungnya di kamar Zara. Tiga hari yang penuh dengan kesunyian dan rasa hampa, hingga tubuhnya tak lagi kuat menahan beban emosional maupun fisik.

Memori pernikahannya dengan Oliver yang baru berjalan empat hari yang lalu terputar kembali di benak Yara. Hari-hari yang seharusnya menjadi awal bahagia malah berubah menjadi mimpi buruk.

Oliver, pria berusia 30 tahun yang kejam kepada Yara itu adalah mantan suami Zara—yang sudah meninggal dunia enam bulan lalu. Yara dan Zara merupakan saudara kembar identik. Oliver belum bisa melupakan Zara, hingga pria itu menikahi Yara demi egonya.

Sementara Yara terpaksa menerima Oliver karena ia butuh biaya pengobatan ibunya yang sakit kanker, juga demi Zio—anak Oliver dan Zara, yang berusia 2 tahun dan membutuhkan kasih sayang seorang ibu.

Yara tidak pernah menyangka bahwa Oliver akan memaksanya menjadi bayang-bayang Zara. Oliver memaksa Yara untuk bersikap dan berpenampilan seperti Zara. Yara sempat menolak, lalu Oliver marah dan mengurungnya di kamar Zara supaya Yara dapat belajar bagaimana menjadi Zara.

“Siapa yang membawa saya ke sini, Suster?” tanya Yara setelah ia keluar dari lamunannya. “Apa Oliver—maksud saya suami saya, yang membawa saya ke sini? Lalu di mana dia sekarang?”

“Pak Oliver nggak datang kemari. Dan yang mengantar Mbak Yara ke sini adalah Pak Lucas.”

Yara tercenung. Mendengar nama Oliver disebut, hati Yara kembali terguncang. Ia tak tahu harus merasa marah atau sedih mendengar bahwa Oliver sama sekali tidak memperdulikannya.

Selepas kepergian perawat, tiba-tiba Yara teringat dengan ucapan terakhir Oliver yang ia dengar sebelum pingsan tadi malam.

‘Baiklah, kalau kamu nggak mau mengikuti kemauanku, aku akan menghentikan biaya pengobatan ibumu.’

Suara bariton pria itu masih terngiang jelas di telinga Yara, membuat tubuh Yara seketika menegang dan semakin pucat.

Yara memaksakan dirinya bangkit dari tempat tidur dan mengabaikan pening di kepala. Ia turun dan hendak berlari, lalu memekik saat merasakan sakit di punggung tangan karena jarum infus yang tertarik.

‘Aku harus menemui Oliver sekarang juga!’ batin Yara sambil mencabut jarum infusan dari punggung tangannya.

Ia khawatir Oliver telah membatalkan biaya pengobatan untuk ibunya. Jika itu terjadi, Yara tidak bisa memaafkan diri sendiri, karena ibunya adalah segalanya baginya.

Dengan masih mengenakan seragam pasien, Yara setengah berlari keluar dari rumah sakit dan mengabaikan rasa sakit di tangan, juga seruan para perawat yang melarangnya pergi.

Di depan lobi ia menghentikan taksi, lalu naik dan berkata, “Ke New Pacific Group ya, Pak?”

Sang sopir mengangguk. Sebagian besar orang di kota ini, atau mungkin di negeri ini, tidak ada yang tidak tahu New Pacific Group. Perusahaan raksasa yang telah memiliki cabang di banyak kota itu adalah milik keluarga Oliver, yang kini dipimpin olehnya.

Taksi berhenti di depan lobi sebuah gedung pencakar langit. Melihat argometer, Yara seketika sadar bahwa ia tidak membawa apapun termasuk uang. Akhirnya, dengan mengesampingkan rasa malu, Yara meminjam sejumlah uang pada satpam yang berjaga di pintu lobi. Sang satpam terkejut melihat Yara, karena siapapun tahu bahwa istri sang bos telah meninggal dunia, tapi kini ada di hadapannya.

“Saya mau ketemu Oliver,” kata Yara setelah ia membayar taksi dan masuk ke lobi. “Di mana dia sekarang?”

Satpam itu terlihat masih kaget. Yara bisa membaca keterkejutan di wajah lelaki itu. Ia buru-buru berkata, “Saya bukan Zara, tapi kembarannya, kalau-kalau Bapak kaget melihat saya.”

“Ah, begitu.” Satpam akhirnya tersenyum ramah. “Saya baru tahu kalau Nyonya Zara memiliki kembaran. Tunggu sebentar, saya akan mengonfirmasi apakah Tuan Oliver ada di ruangannya atau tidak.”

Satpam mendekati resepsionis dan berbicara dengannya. Resepsionis wanita itu kemudian menelepon seseorang, mungkin sekretaris Oliver, pikir Yara.

Yara duduk di sofa lobi sambil menghiraukan tatapan orang-orang yang menatapnya dengan pandangan tak percaya. Yara tidak heran jika tidak banyak orang yang tahu bahwa Zara memiliki kembaran. Karena selama ini Yara jarang berada di Indonesia.

Satpam menghampiri Yara, mempersilahkannya bertemu dengan Oliver dan memberinya petunjuk di mana letak ruangan sang CEO. Yara bergegas menumpangi lift menuju lantai 23.

Wanda, sekretaris Oliver, menyambutnya dengan tatapan yang hampir sama dengan satpam tadi. Namun Wanda lebih khawatir dengan kondisi Yara yang mengenakan seragam pasien dan wajah pucat. Ia lebih kaget lagi saat melihat punggung tangan kiri Yara yang berdarah.

“Aku ingin ketemu Oliver. Sekarang,” kata Yara, tegas tapi ramah.

Ketergesa-gesaan Yara membuat Wanda akhirnya membawanya masuk ke ruangan sang CEO.

Yara melihat seorang pria berjas hitam sedang fokus pada laptop di hadapannya, duduk di kursi kebesarannya yang membelakangi dinding kaca. Ruangan beraroma woody itu tampak luas tapi dingin.

“Tuan, Nona Yara sudah datang,” kata Wanda, membuat kepala Oliver langsung mendongak dan menutup laptop.

Yara berdiri kaku di hadapan pria itu yang kini tengah menatapnya. Yara bisa melihat keterkejutan yang tergambar di wajah Oliver, saat pria itu menatap tubuh Yara dari atas sampai bawah.

“Baik. Kamu boleh keluar,” katanya pada Wanda, tanpa mengalihkan tatapannya dari Yara. Rahang Oliver mengeras.

“Ada apa? Bukankah seharusnya kamu berada di rumah sakit?” tanya Oliver dengan suara dingin. “Sekarang, kenapa kamu ke sini dengan berpenampilan seperti itu dan—“

“Aku mau menjadi Zara seperti yang kamu mau!”

***

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Radif
mantap ......
2025-04-05 20:10:56
0
user avatar
Neni Sriwahyuni
ceritanya bagus dan selalu menunggu update nya.........
2024-12-19 12:00:45
2
user avatar
이다 아프리야니
...Harusnya tak kupaksakan bila akhirnya kan melukai ku Mungkin..ku tak akan bisa jadikan dirimu kekasih yg seutuhnya mencinta Namun..kurelakan diri jika hanya setengah hati kau sejukkan jiwa ini..... "Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas..." Semangat terus berkarya author ...
2024-11-12 00:05:00
1
user avatar
lullaby dreamy
cerita selalu diawali dgn nyiksa batin wanitanya sampe brdarah-darah, nnt abis itu nyesal trus ngejar abis²an buat ngluluhin hati si wanita dgn tindakan posesif n' bucin abis ^^
2024-10-21 17:21:19
2
user avatar
Michellyn
novel yg ditunggu-tunggu
2024-10-18 07:06:07
1
user avatar
Valenka Lamsiam
karya kak ocha selalu the best. sabar ya Yara. akan tiba waktunya oliver bucin akut dan tergila gila sama kamu. oliver pasti dapet karmanya karna sudah menzolimi kamu
2024-10-17 21:37:54
1
user avatar
hobby.nobarr🍿🍟🥤
Ternyata udah release yaahh kisahnya Oliver.. hehee Semangat thoorrr.. Semoga kisahnya manis jg, semanis kisah orangtuanya oliver (Jingga♡Davin). Dan semoga Oliver segera bucin ke Yara, sebucin Davin ke Jingga. Yara was your start Oliver (harusnya). Huhuu
2024-11-13 17:30:49
4
220 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status