Elsa Maheswari 24 tahun. Dari kecil impiannya adalah menjadi seorang model. saat karir modelnya sedang berada di puncak, sebuah lamaran dari seorang pengusaha muda, Erick Bramasta 29 tahun. Elsa ingin menolaknya. Namun, Erick ternyata memiliki kartu as Elsa dan menjadikan Elsa tidak mampu menolaknya. Setelah menikah kehidupan rumah tangga mereka berjalan unik. Mereka ingin bisa mengendalikan diri satu sama lain, tetapi justru mereka tidak bisa mengendalikan diri mereka sendiri. Saling mencintai, tetapi gengsi untuk mengakuinya. Pada saat orang ketiga hadir di antara mereka, justru membuat ikatan cinta mereka semakin kuat.
Lihat lebih banyakKaki jenjang seorang wanita sedang berjalan di atas catwalk. Tubuhnya melenggak-lenggok seraya memperagakan busana yang sedang ia kenakan.
Elsa Maheswari 24 tahun, ia adalah seorang model profesional. Kariernya di dunia itu sedang ada pada puncaknya. Aura kebahagiaan terlihat jelas pada wajahnya saat mengikuti peragaan busana itu. Akhirnya impiannya menjadi seorang model terkenal terwujud. Tidak sia-sia ia pergi ke luar negeri untuk mengikuti pelatihan modeling, hingga membawanya sampai pada puncak kariernya.
Selesai acara raga busana itu, Elsa kembali ke backstage. Sudah banyak wartawan yang mengantri untuk mengambil gambar dirinya.
Dengan senyum pada bibirnya, Elsa berdiri dan mengatur beberapa gaya tubuhnya saat para wartawan itu mengambil gambarnya.
"Permisi, ambil gambarnya sudah dulu ya. Biarkan mbak Elsa untuk istirahat dulu," tutur Rena, asisten pribadi Elsa.
"Terimakasih semua, saya permisi dulu." Elsa melambaikan tangan ke arah wartawan saat meninggalkan tempat itu.
Dua orang penjaga dan Rena meminta untuk memberikan jalan pada semua wartawan untuk Elsa.
Elsa dan Rena masuk ke salah satu ruangan di hotel itu yang sudah disediakan untuk Elsa.
Saat tiba di ruangan itu, Elsa melihat ada teman-teman seperjuangannya dulu sedang menunggunya.
Dengan langkah ceria, Elsa langsung berlari menghampiri salah satu dari teman-temannya.
"Niken," seru Elsa.
Elsa dan Niken saling memeluk, untuk melepas rasa rindu mereka.
"Selamat ya, El .. akhirnya impian kamu menjadi seorang model terkenal terwujud juga," ucap Niken, sahabat Elsa.
"Terimakasih banyak." Keduanya menarik diri dari pelukan itu.
Kini Elsa bergeser ke hadapan teman-temannya yang lain, Elsa pun sama memeluk teman-temannya yang lain. Dan terakhir Elsa berdiri di hadapan Amanda yang merupakan istri dari mantan kekasihnya.
"Hai, Amanda? Kamu kamu apa kabar?" tanya Elsa.
Bukannya menjawab justru Amanda menunjukan senyum sinisnya, membuat Elsa merasa bingung.
"Kamu kenapa?" tanya Elsa.
Plaaak
Tamparan keras mendarat tepat di pipi Elsa.
Elsa merasa terkejut begitu juga dengan teman-temannya. Niken dan Rena langsung menghampiri Elsa yang sedang memegangi pipinya.
"Amanda kamu kenapa? Kenapa mendadak kamu menampar Elsa?" tanya Niken.
Lagi-lagi Amanda menunjukan senyum sinisnya.
"Kamu jahat, El," maki Amanda.
Tentu saja kata-kata Amanda makin membuat semua orang di ruangan itu kebingungan.
"Amanda ada apa denganmu?" Kini Elsa lah yang bertanya.
"Ternyata kamu tidak selugu yang aku pikirkan, El. Kamu tega nusuk aku dari belakang," tuduh Amanda.
"Aku makin gak ngerti sama omongan kamu, Amanda," ujar Elsa.
"Ternyata kamu selama ini diam-diam menjalin hubungan dengan suami aku," ucap Amanda.
Dan kali ini perkataan Amanda membuat semua orang syok terutama Elsa.
"Dengar Amanda! Jangan asal menuduhku," ucap Elsa.
"Iya, Amanda. Mana mungkin Elsa seperti itu," imbuh Niken.
"Kalau kalian tidak percaya ... aku akan tunjukkan buktinya."
Amanda seakan tidak terima dengan pembelaan teman-temannya pada Elsa, ia merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya.
"Lihat ini!" Amanda menunjukan foto yang ada di galeri ponselnya. "Aku mengambil ini dari ponsel suamiku."
Dalam foto itu menampakan Elsa sedang bermesraan dengan Bobi, suami Amanda. Orang yang melihat itu sempat terkejut dan mencibir Elsa. Namun, Elsa nampak biasa saja.
Sejujurnya Elsa sempat terkejut mengetahui jika Bobi masih menyimpan foto lama mereka.
"Kamu ingin tahu yang sebenarnya, Amanda?" tanya Elsa.
"Aku tidak akan menyangkal tentang foto itu. Itu memang fotoku dan Bobi, tapi itu foto lama. Foto sebelum kamu menikah dengan Bobi," jelas Elsa. "Suamimu itu adalah laki-laki yang sering kamu tanyakan padaku. Aku sudah tidak berhubungan dengannya sebelum aku tahu jika dia sudah menikah denganmu, Amanda."
"Jika kamu masih belum percaya, kamu bisa perhatikan foto itu baik-baik. Lihatlah tubuhku masih sangat imut." Ada senyum mengejek pada bibir Elsa.
"Jujur aku terkejut jika suamimu masih memiliki foto itu. Itu berarti suamimu belum bisa melupakan aku."
"Elsa," bentak Amanda.
"Stttt, jangan berteriak! Kamu tenang saja Amanda ... aku sudah tidak mencintai Bobi. Aku bahkan sangat membencinya sekarang," ucap Elsa.
"Sebaiknya kamu pulang dari sini, jaga suamimu baik-baik," suruh Elsa.
Dengan segudang kekesalan dalam dirinya, Amanda pergi dari ruangan itu diikuti dua temannya yang lain.
Setelah Amanda dan dua temannya pergi, Elsa menjatuhkan tubuhnya di sofa. Elsa menarik napasnya untuk meredam amosinya.
"Minumlah, El." Rena memberikan segelas air putih kepada Elsa.
"Terimakasih, Rena," ucap Elsa dibalas anggukan kepala oleh Rena.
"El, benarkah semua yang baru saja kamu katakan?" tanya Niken pada Elsa.
Elsa menaruh gelas di tangannya ke atas meja. Pandanganya mengarah pada Niken.
"Itu benar, Niken. Aku dan Bobi pernah dekat," tutur Elsa.
"Sabar ya, El. Kamu pasti sakit hati banget pada saat kamu dengar jika Bobi nikah sama Amanda dulu," ucap Niken.
"Aku hancur banget, Ken. Tapi aku mencoba untuk menerimanya, mungkin dia memang bukan jodoh aku," ucap Elsa.
"Tapi ya sudahlah, itu hanya sekedar cerita pada masa lalu. Yang terpenting bagiku sekarang adalah karir aku dan masa depan aku," ucap Elsa penuh semangat.
"Aku pasti akan dukung kamu," ucap Niken.
"Terimakasih ya, Ken. Kamu memang sahabat terbaik aku." Elsa dan Niken kembali saling memeluk.
Untuk sesaat Niken dan Elsa menghabiskan waktu mereka di ruangan itu dengan mengobrol. Sampai pada akhirnya mereka sadar jika hari sudah mulai senja.
"Aku pamit dulu ya," ucap Niken.
"Ya, kamu hati-hati di jalan," pesan Elsa.
"Kamu juga." Elsa dan Niken beranjak dari sofa. Mereka saling mencium pipi kanan dan kiri masing-masing.
"Sampai jumpa, El." Niken melambaikan tangannya pada Elsa dan dibalas oleh Elsa.
Setelah semua teman-temannya pergi, Elsa berada di ruangan itu sendiri. Ia kembali menjatuhkan dirinya di sofa. Elsa mendongak menatap langit-langit ruangan itu. Sekilas Elsa menutup matanya untuk mengingat masa lalunya.
Ada sebuah rasa kekhawatiran dalam diri Elsa jika masa lalunya akan diketahui oleh publik. Masa lalunya bagai bom waktu yang akan bisa meledak kapanpun dan pasti akan langsung menghancurkan dirinya.
"Hufff, apa yang harus aku lakukan? Aku ingin sekali menutup kisah masa laluku, tapi kenapa lembaran masa laluku seolah terbuka dengan sendirinya," batin Elsa.
Bunyi ponselnya membuat lamunan Elsa buyar. Ia melihat ada pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Elsa membuka dan mulai membacanya.
Dari Rena. Asisten pribadinya mengatakan jika mobil yang akan menjemput dirinya sudah datang.
Segera Elsa merapikan tasnya dan melangkahkan keluar dari ruangan itu. Elsa melangkah dengan langkah anggunnya menuju lobi hotel itu. Ia tidak menyadari jika sedari tadi ada yang sedang memperhatikan dirinya.
Yang ingin tahu kisah masa lalu Elsa, ada di platform sebelah, berjudul Mencintai Suami Kakakku.
Langit gelap bertaburan bintang, rembulan bersinar terang untuk menyinari malam. Nampak sunyi, tetapi tidak dengan ruangan besar nan megah, tempat yang biasa Erick dan Elsa gunakan untuk tidur.Saat ini Elsa tidak berhenti meracau saat Erick menggerakkan tubuhnya maju mundur di atasnya. Laki-laki memberikan kenikmatan yang luar biasa hingga membuat Elsa hampir kehilangan akal.“Erick, apa kamu ingin membuat aku gila?” racau Elsa.Erick hanya tersenyum mendengar racauan Elsa. Erick sengaja tidak membiarkan istrinya itu diam, karena suara desahan Elsa makin membuatnya bersemangat.Erick pun sama dengan Elsa yang hampir kehilangan akal, ia juga merasakan hampir kehilangan akal setelah satu minggu memendam hasratnya pada istrinya.Tubuh Elsa seolah sudah menjadi candu bagi Erick. Ditambah tubuh mulus dan dua bongkahan di dada Elsa yang selalu terlihat menantang dirinya un
Elsa sedang berbelanja di supermarket bersama Melani dan salah satu asisten rumah tangga di rumahnya. Rencananya Elsa ingin memasak, lebih tepatnya menyuruh para pelayan di rumahnya untuk memasak makanan kesukaan kakak, kakak iparnya, dan juga Gevan.Sebenernya Elsa tidak harus bersusah payah untuk belanja di supermarket, dirinya tinggal menelepon salah seorang staf di supermarket itu dan apapun yang Elsa inginkan akan dikirim langsung ke rumahnya. Namun, Elsa tidak mau melakukan itu. Elsa sengaja memilih untuk pergi berbelanja sendiri agar bisa mencari alasan untuk berjalan-jalan.Dua troli sudah terisi penuh oleh belanjaan Elsa. Istri dari Erick Bramasta itu mengajak kedua asistennya untuk membayar belanjaan mereka ke kasir.“Ayo kita bayar ini semua. Setelah itu kita pulang,” ajak Elsa.“Mari, Nyonya,” ucap Melani.Elsa melangkah diikuti dua asistennya
Pagi hari yang cerah, Elsa bersenandung kecil setelah mandi. Elsa melangkah menuju lemari pakaiannya untuk mengambil pakaian yang akan ia kenakan. Dress ketat berwarna merah dengan panjang di atas lutut menjadi pilihan bagi Elsa.“Kamu terlihat bahagia sekali.”Elsa menoleh ke arah kamar tidur. Ternyata suaminya sudah bangun. Mata Elsa melihat Erik sudah duduk bersandar di kepala ranjang.“Eh ... kamu sudah bangun, Suamiku,” ucap Elsa.“Apa yang sedang kamu pikirkan? Hingga membuatmu merasa bahagia dan tidak mengetahui aku sudah bangun dari tadi,” tanya Erick. “Apa karena kamu berfoto dengan artis idolanya itu.”“Kamu masih merasa cemburu juga!” Elsa terkikik geli.“Jangan menghayal terlalu tinggi nanti jatuhnya akan terasa lebih sakit.” Erick mendengkus kesal.“Ya, ya, ya terserah kamu saja. Aku hanya menyambut pagi hari dengan kebahagian. Agar kita bisa me
Kedua tangan Erick menggenggam kuat besi pembatas yang ada di hadapannya. Rahangnya mengeras dan tatapannya tajam saat melihat Elsa bermesraan dengan laki-laki lain. Istrinya benar-benar seperti sedang menguji kesabarannya.“Ayo, kita pulang!” ajak Erick.Reza dan kedua laki-laki yang merupakan body guard Erick berjalan mengikuti Erick yang sedang terlihat kesal.Elsa sendiri tidak menyadari kehadiran dan kepergian suaminya. Elsa masih asik berfoto serta berbincang dengan artis idolanya.Tidak terasa hari sudah semakin sore. Elsa harus segera kembali ke rumah sebelum Erick pulang.“Kak ayolah ikut denganku. Aku membawakan Kakak banyak oleh-oleh, aku juga ingin menunjukan rumahku pada Kakak,” rengek Elsa.“El, lain kali saja. Mas Abi sebentar lagi akan pulang dari kantornya,” tolak Lina.“Ck, ya sudah. Tapi besok-besok Kakak tidak boleh menolak saat aku meminta kakak untuk datang ke rumahku,&rd
Setelah mengantar suaminya untuk pergi ke kantor, Elsa kembali ke dalam rumah. Elsa memilih untuk duduk di ruang tengah rumahnya.“Apa yang harus aku lakukan? Dia melarangku untuk keluar rumah,” guman Elsa.Elsa duduk seraya memikirkan apa yang akan ia lakukan seharian nanti.Berenang?Tidak mungkin! Dirinya sedang datang bulan.Masak?Dirinya hanya bisa memasak nasi goreng dan sandwich.Elsa memilih untuk menyalakan televisi untuk menghilangkan rasa bosannya. Saat melihat anak kecil di layar televisi, mendadak Elsa merindukan Gevan.“Semenjak aku menikah, aku belum menelpon kakak Lina,” ucap Elsa.Elsa meraih gagang telepon lalu menekan nomor rumah kakaknya. Beberapa kali Elsa mencoba menghubungi nomor rumah kakaknya, tetapi tidak ada yang menerima panggilan itu.“Ke mana semua orang yang ada di sana?” Elsa bertanya pada dirinya sendiri.Elsa pun mencoba sekali lagi dan
Pesawat Pribadi yang membawa Elsa, Erick, dan Raisa mendarat di bandara di Indonesia. Setelah pesawat berhenti bergerak, mereka bertiga segera keluar dari dalam pesawat.Elsa masih tetap bergelayut manja di lengan Erick membuat Raisa makin panas karena terbakar api cemburu.“Selamat datang kembali, Tuan, Nyonya,” ucap Reza.“Reza, antar kami pulang. Aku sudah sangat lelah,” perintah Elsa.“Baik, nyonya,” sahut Reza.Elsa dan Erick melangkah pergi. Namun, Elsa kembali menghentikan langkahnya saat melihat Raisa melangkah mengikutinya.“Tunggu dulu!” Elsa menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Raisa. “Raisa ... apa kamu akan selalu mengikuti kami ke manapun kami akan pergi?” sindir Elsa.“Kenapa memangnya?” Raisa bertanya tanpa rasa malu.“Dasar tidak tahu malu!” maki Elsa.“Reza, suruh orang untuk mengantar nona Raisa kembali ke
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen