Adakalanya kehadiran orang ketiga memang terkesan menyakitkan. Namun terkadang orang ketiga ini justru menjadi penyejuk meski sesekali menjelma sebagai udang di balik batu. "Zee wanita yang cantik, baik hati dan pekerja keras. Nampaknya dia cocok untukmu. Menikahlah dengan Zee..." Siapa yang menginginkan ada duri di dalam rumah tangga? Kita memang tak pernah tahu kapan cinta datang dan pergi. Namun cinta yang pernah bersemi pasti meninggalkan jejak rindu. Meski cinta itu hanya bayang semu. Mampukah Zee mempertahankan bahtera rumah tangganya? Apa yang akan terjadi jika cinta yang diberikan oleh orang ketiga justru membawa segudang misteri? Buku ini hadir tidak hanya untuk menguatkan jiwa-jiwa yang sedang terguncang. Namun dapat dijadikan pelajaran juga bagi siapapun yang membacanya baik yang belum maupun sudah menikah.
View MoreSaat cinta mulai bersemi, di situlah tempat untuk bisa berserah diri, pasrah dan meminta yang terbaik kepada sang Maha Kuasa. Cinta sejati adalah dia yang bisa selalu membuat kita nyaman dan tentram. Namun apa yang akan terjadi jika cinta yang ditunggu-tunggu justru menjadi siluet? Bahkan cinta yang ditunggu-tunggu hanya menjadi bayang semu?
Menikah bukan soal cinta atau mencintai, tapi soal membangun komitmen. Jika keduanya sudah memilih dan berkomitmen untuk mengarungi bahtera rumah tangga, maka mereka harus saling berpengangan dan saling menjaga komitmen tersebut.
Pagi itu, mentari mulai menampakan diri, langit biru seolah menggariskan siluet pembeda di antara siluet lainnya. Angin sepoi-sepoi turut mengiringi alunan merdu suara kicau burung yang kian bernyanyi, sayup-sayup terdengar suara gemercik air mengalir seolah membuat ikan-ikan di dalam kolam terus bernyanyi.
Entah bisikan setan atau malaikat pada saat itu, pertengkaran kembali menyelimuti pernikahan mereka. Bahkan kekerasan dalam rumah tangga. Al menarik lengan Zee dan membenturkan kepala Zee ke tembok sebanyak tiga kali. Darah segar mengalir di pelipis Zee. Sontak Brian menangis karena kaget mendengar teriakan Zee. Sebagai seorang Ibu ia tak menghiraukan rasa sakitnya dan langsung menggendong Brian yang ternyata jatuh dari tempat tidurnya. Sakit Zee semakin mendalam, bukan karena darah segar yang mengalir di pelipisnya, Zee sudah terbiasa menahan pilu baik karena tamparan Al maupun pukulannya. Namun kini rasa sakit Zee kian mendalam saat Brian jatuh bersamaan dengan teriakan Zee saat pertengkaran itu terjadi.
āAku sudah tidak tahan dengan ini semua mas. Sampai kapan kau akan memperlakukan aku seperti ini? Bahkan saat kau menjalin hubungan kembali dengan perempuan lain, akupun diam. Tapi kini Brian sudah menjadi korban!ā Ujar Zee sambil menahan isak tangis dan memeluk Brian.
āLalu apa maumu hah?ā Al mulai mengibarkan bendera perang sambil menunjuk Zee dengan telunjuk kanannya.
āAku mau, kau tinggalkan perempuan itu atau tinggalkan aku sementara kau tak akan pernah melihat Brian lagi.ā Zee tak kalah mengibarkan bendera perang dengan memberikan pilihan yang menurutnya ia pasti akan menang.
āBaik, jika itu maumu, aku talak kamu sekarang juga!ā
Duarrr... berasa tersambar petir di siang bolong. Nampaknya Brian tak dapat menjadi alasan mereka untuk bisa bersatu lagi. Al jauh lebih memilih perempuan itu.
Gemuruh getar suara hati Zee kian menghiasi pagi yang indah, sesak di dadanya begitu terasa, rumah tangga yang sudah ia bangun dari 0 kini hanya tinggal butiran debu, Zee memang sering diperlakukan tidak adil oleh suaminya. Bagaimana tidak? Ia selalu dibanding-bandingkan dengan wanita lain yang bukan makhromnya. Bahkan ia selalu dipandang sebelah mata oleh suami dan ibu mertuanya. Belum lagi kegiatan perdukunan yang kerap kali menjadi hiasan dalam rumah tangga mereka. Bahkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sudah menjadi hal yang biasa bagi Alvendra.
Ya Allah, beginikah akhir kisah cintaku? Cinta yang betul-betul kubangun dari nol, rumah tangga yang kubangun dengan peluh keringat dan cinta meski penderitaan kian mendera, kini semuanya berakhir dengan rasa sakit yang tiada tara. Gumam Zee dalam hati.
"Terima kasih kau sudah menalakku mas. Paling tidak kau sudah membebaskan aku dari semua penderitaan ini." Tutur Zee sambil menahan isak tangis.
"Kalo begitu, sekarang juga aku minta kau kemasi barang-barangmu, dan angkat kaki dari rumahku juga." Sambung Zee saat Alvendra hendak menggendong anaknya yang masih berusia 15 bulan.
Tanpa sepatah kata pun Alvendra segera bergegas membereskan semua barang-barangnya dan meninggalkan Brian. Sementara Zee hanya bisa memandangi buah hatinya dengan penuh iba, sesekali pikirannya menerobos menerawang jauh.
Derap langkah Alvendra kian terdengar. Alvendra terhenti sejenak melihat pemandangan di meja makan. "Ini ada apa, kok kalian malah berpelukan?" Raut muka Alvendra terlihat begitu heran. "Udah kaya teletubies aja." Sambung Alvendra sambil tertawa geli. "Al, sejak kapan kau berdiri disitu?" Tanya Keke sambil menghapus air matanya. "Sejak mamah dan kamu menangis dan berpelukan. Kalian kenapa si?" Tanya Alvendra sambil mengusap air mata Keke. "Keke, apa kamu masih mencitai Alvendra?" Tanya Martini dengan wajah serius. "Mencintai? Apa maksud tante?" "Ayolah Keke, jawab jujur. Tante melihat ada cinta yang tertinggal di sorot matamu." "Mah, tolonglah jangan desak Keke." "Mamah gak mendesak Keke. Dulu dia meninggalkanmu karena terdesak oleh keadaan. Bukan karena dia tak mencintaimu lagi kan?" "Tapi mah, semua sudah berlalu. Sekarang juga aku sudah menikah dengan Zee." "Mamah punya solusinya. Mamah hanya ingin anak
Rio masih membereskan percahan beling yang sempat tertunda. Sementara Keke hanya diam sambil mengunyah makanannya, kehadiran Zee di tengah suasana dinner kala itu memang membuat Keke terkejut sekaligus geram. "Mbak Zee itu rajin sekali, dalam kondisi sakit seperti tadipun ia masih bisa masak ini semua." Rio menggerutu sambil berjalan membuang percahan beling. "Beruntungnya Mas Alvendra punya istri kayak Mbak Zee. Udah rajin, pinter masak, pinter cari duit, cantiknya alami lagi." Rio melirik tajam Keke. "Gak kaya si onoh, cantiknya karena di touch up." "Apa maksudmu Rio." Keke meletakkan sendok dan garpu di atas piringnya sambil melipatkan tangan di dadanya. Rio duduk sambil meneruskan makan. "Gak ada maksud." Ujar Rio sambil mengunyah makananya. Martini mengatupkan rahangnya. "Sudah-sudah, Rio kalau kamu disini hanya akan merusak suasana mending kamu segera selesaikan..." "Selesaikan makan terus beranjak dari sini?" Rio menatap tajam Mar
Meskipun angin diluar nampak ganas, namun tak menjadi penghalang dalam suasana di meja makan malam itu. "Mamah seneng deh ngliat kalian begini. Coba dulu kalian...." Cetar...Tak sengaja tangan kanan Rio menjatuhkan gelas. Kejadian ini justru membuat Zee kaget. Padahal dari tadi ia terkulai lemah di kamar. "Suara apa itu ya." Zee berusaha bangun sambil memegangi kepalanya. "Astaga sudah pukul 8 lewat. Kira-kira mas Al udah pulang belum ya. Berati dari tadi aku ketiduran." Zee berusaha beranjak dari tempat tidurnya. "Rio. Apa-apaan si kamu?" "Maaf mah gak sengaja." Jawab Rio singkat sambil membereskan percakan-percakan beling. "Keke, maafin Rio ya. Ya udah biarin Rio membereskannya. Ayo kita lanjut makan." "Gak apa-apa tante." "Keke..." Tangan Alvendra membersihkan kecap yang terselip di bibir Keke. Mungkin tadi dia kaget karena Rio memecahkan gelas sehingga membuat kecap itu menghampiri bibir sexynya.
"Zee! Zee!"Teriakan Martini membuat Rio kaget. Segeralah ia mematikan kran dan sower. Tanpa ia sadari kamar mandi sudah sangat becek. Air dimana-mana, belum lagi percikan air di wastafel yang membasahi cermin karena sangkin derasnya ia memuar air kran."Sial! Kenapa aku harus melamun disini sih? Kaya orang bego aja." Rio menggerutu sambil mematikan kran dan sower."Ada apa si mah?" Rio keluar dari kamar mandi dan segera menghampiri Martini."Mana kakak iparmu? Kenapa meja makan masih kosong?""Ya ampun aku lupa, harusnya tadi aku membereskan meja makan. Astaga..." Rio menepuk jidatnya."Apa? Apa maksudmu? Kemana Zee?""Tenang mah tenang. Mbak Zee tadi nyaris pingsan. Perutnya kram lagi jadi aku bawa dia ke kamar biar istirahat." Jelas Rio sambil mengelus pundak Martini."Bagaimana bisa tenang? Sebentar lagi tamu mamah mau datang.""Sebenernya tamu siapa si mah? Gak biasanya mamah perfect seperti ini menyiapkan semuanya de
Rio memilih untuk ke toilet terlebih dahulu sebelum memenuhi permintaan Zee. Nampaknya air yang mengalir dari kran yang cukup deras membuat tak seorangpun mengetahui gerutu geram Rio. Ia mengatupkan muka dengan kedua tangannya. Aaahhhhh Belinda Idelina Zaifa! Hhhhhh Tak hanya sekali dua kali ia menyebut-nyebut nama Zee. Sesekali ia menatap wajahnya di depan cermin. Ia marah, ia geram, kecewa, sedih. Namun untuk apa? Nasi sudah menjadi bubur. "Andai saja saat itu aku lebih cepat mengutarakan perasaanku sebelum Mas Al kembali..." Ungkap Rio dengan penuh sesal. "Come on Rio! Move on!" Rio berkata kepada dirinya sendiri di depan cermin. "Tapi aku tak dapat memungkiri bahwa kini aku.... aaaahhhh sial! Kenapa kamu harus jadi istri kakakku Zee!" Kini Rio tak hanya menyalakan kran, tetapi juga menyalakan sower. Sehingga siapapun mengira bahwa Rio sedang mandi. Rio duduk tersungkur di pojok toilet. Sambil menatap wajahnya sesekali
Aduh...Zee mengaduh sambil memegangi perutnya. Ini bukan kali pertama Zee merasakan kram hebat di perutnya. Sejenak ia menyandarkan tubuhnya di kursi, tepatnya sambil setengah berbaring. Zee mengatur nafas dan memejamkan mata. Menahan rasa nyeri yang melanda begitu hebat."Mbak Zee kenapa?" Tanya Rio panik. Entah datang dari mana dan sejak kapan, yang jelas Rio kini sudah duduk di samping Zee. Sementara Zee hanya menggelengkan kepala, kedua tangannya memegangi perut sambil sesekali menggigit bibirnya sendiri."Mungkin mbak keleleahan. Ayok aku antar ke kamar.""Tapi... aku belum selesai merapikan dapur dan menata meja makan.""Ah, itu urusan gampang mbak. Aku juga bisa kok. Ayok mbak istirahat dulu. Masih kuat jalan?"Zee mengangguk pelan dan mencoba berusaha berdiri.AauuuuhhKakinya terasa ngilu, kaku, gemetar. Keringat panas dingin mulai bercucuran. Rio tak tega melihat kakak iparnya menahan sakit. Terlebih
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments