(Not) Just Married

(Not) Just Married

Oleh:  liamhrn  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
22Bab
791Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sean Rahardja harus menikahi Jihan Almira atas permintaan Ara -tunangannya. Tepat sehari setelah Sean dan Jihan menjadi suami istri, Ara menghembuskan napas terakhirnya. Sean tidak pernah benar-benar menganggap Jihan sebagai istrinya, begitu juga dengan Jihan. Tinggal serumah hanya sebagai syarat pernikahan satu tahun yang akan mereka lakukan, faktanya mereka tetap dua orang asing yang dipaksa hidup bersama. Dua orang asing dipaksa hidup bersama lantas terbiasa. Mampukah hal-hal sederhana yang tidak sengaja tercipta menumbuhkan benih cinta diantara mereka?

Lihat lebih banyak
(Not) Just Married Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
liamhrn
cerita sedang dalam tahap revisi ...
2022-10-04 21:31:21
0
22 Bab
01. Permintaan Konyol
"Jihan, kamu mau kan gantiin aku jagain Sean?" Jihan menggeleng-gelengkan kepalanya sesekali menepuk dahinya sendiri, setengah jam yang lalu ia baru saja menjerumuskan dirinya sendiri kedalam masalah. Bagaimana bisa ia mengiyakan permintaan konyol Ara? Sean sudah besar dan ia laki-laki, seharusnya ia bisa menjaga dirinya sendiri. "Duh, kok oon banget sih?" Jihan menempelkan dahinya pada meja. "Umur aku nggak lama lagi Jihan. Anggap aja ini terakhir kali aku ngrepotin kamu." Ucapan itu kembali menghentak Jihan, bagaimana bisa Jihan menolak permintaan itu mengingat keadaan Ara dan tatapan sayunya? Pupus sudah harapan Jihan menikah dengan lelaki yang dicintai dan mencintainya. Sekalipun sekarang Jihan masih jomblo, tapi berharap tidak ada salahnya kan? Mengingat kembali tentang Sean Rahardja membuat Jihan bergidik ngeri. Lelaki itu terlalu dingin dan datar. Sangat jauh dari tipe pasangan yang diidamkan Jihan. Suasana kantin rumah sakit ini sedikit lengang, mungkin karena jam besuk
Baca selengkapnya
02. Demi Sang Gadis
Sean Rahardja.Julukan Lady Killer yang disematkan padanya bukan tanpa alasan. Sean senang bergonta ganti wanita alias pacar. Dengan wajah gantengnya itu, tidak mungkin ada wanita yang menolaknya.Tiga hari adalah waktu tercepat dalam hubungan yang Sean jalani. Alasan Bosan selalu Sean lontarkan saat ditanya kenapa, padahal wanita-wanita yang dipacari Sean kecantikannya jauh diatas rata-rata karena berasal dari kalangan atas.Kegiatan bergonta-ganti pacar itu berhenti tepat saat ia bertemu Ara. Jika sebelumnya Sean tidak perlu mengeluarkan banyak usaha dalam mendapatkan wanita yang ia mau, maka untuk Ara hal tersebut tidak berlaku.Sean jatuh bangun untuk mendapatkan Ara dan setelah enam bulan baru gadis itu luluh. Ara berbeda. Gadis itu melihat Sean sebagai dirinya sendiri, bukan Sean yang menyandang nama Rahardja di belakangnya.Lelaki menangis itu wajar. Lelaki juga manusia yang bisa merasakan sedih. Berkali-kali Sean membisikan kalimat itu untuk dirinya sendiri. Terakhir kali Sean
Baca selengkapnya
03. The Day
Jihan menatap pantulan dirinya didepan kaca. Memakai gaun pengantin mewah bertabur berlian. Gaun ini seharusnya tidak untuknya, gaun ini seharusnya Ara yang memakai. Tapi Ara bersikeras meminta Jihan untuk memakainya, alih-alih membiarkan Jihan memilih gaun yang lain.Hari yang ditentukan tiba. Hari dimana Jihan akan melepas status singlenya untuk menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak ia cintai. Beberapa jam lagi, ia akan resmi menjadi seorang istri.Tatap kagum ditujukan Ara untuk Jihan saat masuk ke ruangan dan mendapati Jihan sedang duduk, dengan beberapa tangkai bunga ditangannya."Kamu lebih cocok pakai gaun itu daripada aku," ucap Ara, membuat Jihan tersentak dari lamunannya.Jihan memperhatikan Ara, gadis itu benar-benar berjuang menuruti omongan dokter sampai akhirnya dokter mengijinkan Ara untuk menyaksikan pernikahan kekasihnya sendiri.Ara duduk dikursi roda, dalam sakitnya pun, Ara masih terlihat cantik. Ara menampilkan senyumannya. Ntah hanya perasaan Jihan saja ata
Baca selengkapnya
04. Dia Pergi
Tangan Jihan bergetar membuka kain putih didepannya. Rasanya tidak sanggup, namun Jihan ingin melihat Ara untuk yang terakhir kalinya. Jihan kembali menangis saat wajah pucat Ara terlihat disana."Pembohong! Katanya pasti sembuh!" ujar Jihan lirih. "Gue udah turutin mau lo, kenapa lo malah pergi, Ra?"Berbeda dengan Sean, lelaki itu meninju dinding didepannya, tidak peduli tangannya sudah memerah bahkan mengeluarkan darah. Ia benci karena dirinya tidak bisa mengemudi lebih cepat.Ara tidak mau menunggunya.Ara meninggalkannya.Seandainya Sean datang sepuluh menit lebih cepat. Atau Ara sengaja pergi sebelum Sean datang karena tidak mau melihat Sean sedih?Sean tidak menangis, bukan berarti dia tidak kehilangan, bukan berarti dia tidak sedih. Wajah Sean yang merah padam bukti bahwa ia mati-matian menahan tangisnya."Berenti menyakiti dirimu sendiri, Sean." Dio menahan tangan Sean agar tidak kembali mengenai tembok. Sudah cukup lelaki itu bertindak bodoh."Lepas.""Apa kau pikir Ara bisa
Baca selengkapnya
05. Lembaran Baru
Butuh waktu untuk Sean bisa menerima semuanya. Sebaik apapun kita mempersiapkan diri untuk ditinggalkan, nyatanya kehilangan rasanya tetap menyakitkan.Anggap saja ini ganjaran bagi Sean karena kelakuannya dulu. Sean menerimanya. Dan ia mungkin tidak akan membuka hatinya lagi. Sean ingin Ara menjadi wanita terakhirnya.Sesuai keputusannya, pernikahannya dengan Jihan akan berakhir setelah satu tahun.Sean kembali memasuki area kantornya dengan wajah datar, para karyawan terkejut melihat perubahan Sean. Aura dingin kembali memancar dari lelaki itu, padahal sebelumnya lelaki itu sudah berubah menjadi atasan yang lebih hangat.Bisik-bisik menyebutkan jika hal tersebut dikarenakan meninggalnya Ara. Beruntungnya Sean tidak mendengar soal hal itu karena Cakra lebih dulu membungkam mulut gibah para karyawan. Tentu saja dengan ancaman mutasi atau pemberhentian kerja.Sebagai teman, Cakra tidak mau hidup Sean kembali berantakan seperti dulu. Sekalipun bukan dengan Ara, Cakra ingin Sean tetap hid
Baca selengkapnya
06. Debaran Asing
Jihan benci saat harus menurunkan egonya untuk makhluk bernama lelaki. Bagi Jihan semua lelaki itu sama, brengsek semua!Dan sialnya Jihan rela mempermalukan dirinya di hadapan lelaki bernama Sean.Jika tahu usahanya akan ditolak mentah-mentah, maka Jihan tidak sudi repot-repot membuat sushi dan mengantarnya. Padahal demi sushi itu, Jihan merelakan tangannya terkena pisau.Kaki Jihan melangkah keluar dari gedung OS Corp dengan wajah masam. Ia turun menuju parkiran dengan lift, saat keluar dari lift Jihan tidak sengaja menabrak seseorang lantaran terlalu fokus dengan rasa kesalnya."Ah maaf," ucap Jihan seraya mengusap dahinya."Dahimu baik-baik saja?" tanya lelaki itu dan membuat Jihan mendongak.Jihan seperti terhipnotis saat memandang lelaki itu. Sepertinya yang berdiri didepannya saat ini bukan manusia, tetapi utusan dewa."Nona?" panggil lelaki itu sembari menggerakan tangan didepan Jihan."Ah iya! Dahiku baik-baik saja. Maaf aku tidak melihatmu," jawab Jihan lalu membungkukan bada
Baca selengkapnya
07. Kontrak Perjanjian
Jihan sudah mandi dan sudah membersihkan semuanya sesuai yang diperintahkan Sean. Kini, perempuan itu tengah duduk beristirahat di sofa.Jihan melihat ke arah dapur, dari tempatnya duduk ia bisa melihat punggung tegap Sean. Ntah apa yang dilakukan lelaki itu disana.Karena penasaran, Jihan mendekat ke arah dapur lalu menarik kursi pantry dan duduk disana.Baru saja duduk, Jihan sudah berteriak panik saat melihat api kompor yang terlalu besar, dengan sigap Jihan berlari dan mematikan kompor.Munculnya Jihan yang mematikan kompor secara tiba-tiba membuat Sean jengkel."Apa maksudmu mematikan kompor? Kau tidak melihat aku sedang memasak?"Jihan mundur satu langkah, sungguh penampilan Sean saat ini sangat langka di mata Jihan.Sean memakai apron.Biasanya Jihan hanya akan melihat Sean memakain 2 pakaian. Yang pertama kemeja formal dan yang kedua jas kantor. Sampai-sampai Jihan bosan melihat pakaian itu."Kau mau memasak atau membuat rumahmu kebakaran?" tanya Jihan."Jadi menurutmu aku tid
Baca selengkapnya
08. Kunjungan Pertama
Sean menatap tas diatas nakas sisi sebelah kiri meja kerjanya. Berkali-kali ia menghembuskan napasnya.Ini sudah satu minggu semenjak ia meminta Jihan membuatkannya bekal makan siang. Yang membuat Sean takjub adalah tas yang melapisi kotak bekal itu.Tas itu berwarna ungu dengan hiasan kupu-kupu didepannya, ada juga huruf J yang tertempel cukup besar disana, jangan lupakan pita berwarna pink disisi kiri dan kanan tas itu.Seorang Sean dengan wajah minim ekspresinya menenteng tas kiyut seperti itu, memangnya siapa yang berani menertawakannya?Hanya tatapan tidak percaya yang ia dapat saat pertama masuk ke kantor dengan tas itu ditangannya. Sean mengusap wajahnya kasar, mungkin lain kali ia harus meminta Jihan untuk membeli tas lain dengan motif yang lebih normal."Kau kenapa lagi?"Siapa lagi oknum yang berani masuk ke ruangan Sean tanpa mengetuk kecuali Cakra?
Baca selengkapnya
09. Cemburu?
Sebuah sedan berwarna hitam terparkir manis di kediaman Oscar Rahardja. Sean tau betul bahwa itu bukan mobil kakeknya.Rumah minimalis itu terkesan sejuk dan nyaman untuk ditinggali, sekalipun bukan berada dideretan perumahan elite seperti milik Sean. Bagi kakeknya, rasa nyaman adalah nomor satu. Sebesar apapun rumah, jika tidak ada rasa nyaman didalamnya maka itu tidak pantas disebut rumah.Sean turun dan berjalan memutari mobil lalu membukakan pintu untuk Jihan. Formalitas, begitu pikir Sean. Apalagi saat Sean tiba, kakeknya sudah berdiri didepan pintu siap menyambut cucu dan cucu menantunya.Jemari Sean ditautkan pada milik Jihan, lalu mengajak Jihan menghampiri kakeknya."Kakek lagi kedatangan tamu?" tanya Sean.Kakeknya terkekeh, terlihat keriput muncul diwajahnya saat lelaki berumur 3/4 abad itu tersenyum."Bukan tamu kakek. Tapi tamu kamu, Sean. Ayo masuk."Sean menjadi bingung. Kalau tamu Sean, mengapa tidak datang ke kantor saja atau ke rumah? Alih-alih malah datang kerumah ka
Baca selengkapnya
10. Belum Siap
Sean masih terjaga di atas ranjangnya, matanya menerawang kembali mengingat ajakan Jihan yang ditawarkan padanya tadi.Pengecut? Iya, Sean memang pengecut. Ia belum berani datang ke makam Ara. Penolakan yang secara spontan Sean ucapkan, bukan tanpa alasan.Hati Sean belum siap berhadapan dengan nisan bertuliskan nama Ara disana. Ia takut, takut tidak mampu berdiri lagi saat melihat itu.Sean menghembuskan napasnya sesekali saat matanya mulai berkaca-kaca. Meraih ponselnya lalu melihat wallpaper yang tidak pernah ia ganti sejak bertemu dengan Ara, foto gadis itu dengan senyuman lebarnya.Sesekali jemari Sean bergerak mengelus potret itu. Masih tidak percaya karena rasanya terlalu cepat.Hidup hanya berputar pada dua hal.Meninggalkan atau ditinggalkan.Hidup yang dijalani Sean seolah terjun bebas kembali ke titik nol setelah Ara tidak ada. Semangat Sean ikut menghilang, separuh jiwanya ikut terkubur bersama jasad Ara.Sean memejamkan matanya dengan ponsel yang diletakan diatas dadanya.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status