AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU

AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU

By:  Ariesa Yudistira  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
28Chapters
6.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Hampir setahun menikah, Aldi sama sekali tidak bisa menyentuh Vanya, istrinya. Vanya seperti mengalami trauma yang begitu dalam di masa lalunya. Apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya itu?

View More
AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Chunia Ahmad
cerita yang menarik
2023-01-15 14:28:34
0
user avatar
Ariesa Yudistira
Jangan lupa rate bintang lima ...
2022-09-19 16:55:59
1
28 Chapters
Istriku tak mau disentuh
"Jangan, Mas! Jangan! Kumohon, aku belum siap."Untuk ke sekian kalinya akhirnya aku hanya bisa menjauhkan diriku dari tubuh Vanya, wanita yang kunikahi hampir sebulan yang lalu itu dengan menahan kesal.Bagaimana tidak? Sudah hampir sebulan lamanya, aku sama sekali tak bisa menyentuhnya. Setiap aku mencoba mendekatinya, dia pasti langsung berteriak histeris sehingga membangunkan seisi rumah."Maafkan aku Mas, aku sungguh berdosa. Aku tidak pantas jadi istrimu!"Vanya meringkuk di sudut ranjang sambil memeluk lututnya. Tubuhnya gemetar hebat. Dia menangis.Aku yang tadi kesal luar biasa, sedikit luluh ketika melihat dia terlihat begitu ketakutan. Vanya gadis yang polos dan lugu, dan sebagai seorang santriwati yang hidup di pesantren dia pasti tak pernah bersentuhan dengan lawan jenis.Mama menjodohkan dia denganku karena ingin aku memiliki istri yang sholehah, bisa mengurus Mama dengan baik. Dan benar, Vanya wanita sholehah, taat agama, menutup aurat dengan sempurna, juga bisa merawat
Read more
Bekas luka
Netraku membulat sempurna mendengar ucapan Tasya. Hatiku gusar. Aku sungguh berharap Tasya hanya bercanda."Sya, aku tahu kamu pasti sakit hati atas pernikahan kami yang mendadak. Tapi aku gak terima kamu bicara seperti itu tentang istriku," ucapku sambil membalas tatapan Tasya dengan tak kalah serius.Aku memang mengenal Vanya lewat jalan ta'aruf, dan belum ada sebulan dia sah menjadi istriku. Tapi selain dia yang selalu ketakutan ketika aku ingin menyentuhnya, aku tahu dia wanita yang sangat baik. Vanya tidak pernah absen membagunkanku untuk sholat tahajud, dan selalu mengingatkan untuk sholat di tengah waktu kerja melalui chat.Dia juga mengurus semua keperluanku dengan baik tanpa diminta. Juga sikapnya dalam menjaga Mama yang tubuhnya lemah karena penyakit jantung, aku merasa akan sulit sekali mendapatkan wanita sesempurna itu. Diam-diam aku menyesal sudah bercerita pada Tasya."Jadi kamu pikir aku yang bohong?" tanya Tasya dengan nada suara tak terima."Tentu saja aku tidak bisa
Read more
Trauma
Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi pada istriku di masa lalu hingga memiliki bekas luka sebanyak itu? Apa ini salah satu alasan dia begitu ketakutan ketika kucoba menyentuhnya?Aku menelan saliva, lalu menoleh pada pintu kamar mandi yang tertutup. Tak ada suara. Vanya pasti sangat tertekan di dalam sana. Perlahan aku mengetuk pintunya pelan."Aku akan keluar, Dek. Pakailah bajumu dulu," ucapku, lalu melangkah menuju luar kamar.Aku menutup pintu kamar kembali, memberi kesempatan untuk Vanya memakai pakaiannya. Aku sendiri berjalan menuju dapur mengambil air putih, dan menghabiskan segelas penuh dalam beberapa tegukan.Bekas luka mirip cambukan di setiap sudut tubuh Vanya terus memenuhi pikiranku. Tidak, aku sama sekali tidak jijik ketika melihatnya. Justru ada nyeri di dalam dada ini, siapa yang tega menggoreskan begitu banyak luka di tubuh seorang wanita?Cukup lama aku termenung seorang diri di dapur. Setelah kurasa cukup lama, akhirnya aku berjalan kembali menuju dapur. Perlaha
Read more
Petunjuk
"Kamu mengusirku, Di?" wajah Tasya terlihat memerah karena marah. "Demi wanita murahan ini kamu mengusirku?""Cukup, Tasya!"Kami menoleh. Ternyata Mama yang bicara. Wajah Mama terlihat tidak terima menantu kesayangannya dimaki di depan umum."Siapa yang kamu sebut wanita murahan?" ucapnya lantang. "Vanya jauh lebih baik dibanding denganmu yang bahkan tidak tahu cara bersopan santun.""Tante gak tahu siapa wanita ini!" Tasya tidak mau kalah. "Kalau Tante tahu, aku jamin duduk di sampingnya saja pasti akan jijik!""Sudah jangan diteruskan lagi, Tasya!" aku menarik tangan Tasya, mencoba menjauhkannya dari meja kami, tapi Tasya menghempaskan tanganku dengan kasar.Inilah salah satu penyebab Mama sama sekali tidak menyukai Tasya saat masih bersamaku dulu. Selain menyukai pakaian terbuka, Tasya juga sama sekali tidak bisa bersikap dewasa. Mungkin karena orang tuanya begitu memanjakannya dengan harta sedari kecil."Ada apa ini ribut-ribut?"Seorang wanita seumuran Mama, namun dengan penampi
Read more
Kepercayaan
Aku seketika menggertakkan rahang. Ternyata Tasya pernah berbuat seperti itu pada Vanya, bahkan di usia mereka yang masih sangat muda. Apa alasan dia berbuat seperti itu?"Mas."Aku tersentak kaget ketika tiba-tiba Vanya berdiri di sampingku. Refleks aku langsung memutar laptop, tak ingin dia melihat apa yang sedang kulihat."Aku bawakan kopi untuk Mas Aldi," ucap Vanya sambil meletakkan secangkir kopi di depanku."Kerjaan Mas banyak sekali, ya? Wajah Mas teelihat begitu tegang." Vanya tersenyum simpul sambil menatapku."I-iya, Dek," jawabku gugup. Kalau Vanya tahu aku diam-diam mencari tahu tentang dirinya, dia pasti akan sangat sakit hati."Minum dulu, Mas," ucap Vanya lagi.Aku mengangguk, lalu menyeruput kopi yang dia buatkan untukku. Rasa hangat langsung mengalir ke tenggorokan yang sejak tadi kering."Kamu belum tidur, Dek?""Iya, Mas. Tadi menengok Mama sebentar. Biasanya Mama ingin pergi ke kamar mandi jam segini."Aku tertegun sejenak sambil melirik ke arah jam kecil di sampi
Read more
Pelecehan
Aku mempercepat langkahku, bergegas mendekati Vanya. Aku merangkul Vanya, menenangkannya."Dek, kamu gak apa-apa?" tanyaku sambil membantunya berdiri.Vanya langsung bersembunyi di balik punggungku tanpa berucap sesuatu apapun."Kamu kenal wanita ini, Aldi?" tanya Dion sambil menatapku bingung."Dia ... istri saya, Pak," jawabku.Netra Dion membulat sesaat, lalu tersenyum miring."Aneh sekali istrimu ini. Padahal aku cuma bertanya ada keperluan apa, karena pakaiannya terlihat sangat mencolok," ucap Dion sambil menatap aneh pada Vanya. "Eh, dia malah berlari seperti melihat setan."Aku kaget mendengar ucapannya. Vanya pasti mengenal Dion, tapi Dion tidak mengenali Vanya karena dia memakai cadar. Tapi kenapa Vanya begitu ketakutan?"Maaf, Pak. Istri saya memang suka takut pada orang asing," ucapku beralasan.Aku memang mengenal Dion sudah lama, tapi saat di kantor aku harus tetap bicara sopan padanya karena dia atasanku."Seleramu sudah berubah, Aldi," ucap Dion lagi sambil tertawa. "Ja
Read more
Firasat
"Gila, kamu, Aldi! Kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan?" Tasya membantu Kakaknya berdiri.Dion menatap tajam dan penuh amarah padaku."Kamu sadar sudah memukul siapa, Aldi?" tanyanya.Aku membalas tatapan Dion dengan tak kalah tajam."Aku memukul seseorang yang berpendidikan, memiliki jabatan tinggi, namun rendah dalam akhlak!" jawabku lantang."Baiklah, kalau begitu kuberi kamu dua pilihan. Dipecat dengan tidak hormat atau mengundurkan diri tanpa pesangon!" ucap Dion penuh emosi, mungkin tak menyangka aku begitu berani padanya.Aku tahu Dion akan mengatakan hal itu. Entah kenapa aku sudah siap dengan segala resikonya."Kakak!" Tasya terlihat terkejut mendengar ucapan kakaknya. Aku tahu Tasya pasti berusaha membelaku, tapi aku tak peduli."Aku akan mengundurkan diri hari ini juga," ucapku mantap tanpa keraguan sedikitpun."Baiklah, kalau begitu aku mau kamu mengumumkan pengunduran dirimu di depan semua pegawai besok."Aku tertegun mendengar ucapan Dion. Aku tahu Dion ingin aku mel
Read more
Siapa Vanya Sebenarnya?
"Aldi! Aldi!"Aku tersentak kaget dan terbangun ketika mendengar suara Mama memanggil sambil mengetuk pintu. Ah, rupanya aku tertidur di ruang kerja."Aldi!" panggil Mama lagi sambil mengetuk pintu lebih kencang.Aku segera bangkit, lalu membuka pintu dan langsung disambut oleh Mama yang terlihat panik."Apa yang terjadi, Ma?" tanyaku bingung."Vanya ... Vanya meninggalkan rumah pagi-pagi sekali, Di!"Aku langsung terkejut bukan main ketika mendengar ucapan Mama. Apa ini ada hubungannya dengan permintaan Vanya semalam?"Dia pergi ke mana, Ma?" tanyaku ikut panik."Mama juga gak tahu, Aldi. Padahal subuh tadi dia masih membangunkan Mama untuk sholat. Mama juga lihat dia masih beraktivitas seperti biasa tiap pagi. Tapi ....""Tapi apa, Ma?""Anehnya hari ini dia meminta Mama membangunkanmu untuk sholat subuh. Mama gak langsung menyadari kalau dia akan pergi.""Sudahlah, Mama, tenanglah." aku memegang kedua pundak Mama dengan kedua tangan. "Vanya pasti baik-baik saja. Mungkin dia hanya
Read more
Pengakuan
"Jangan lancang kamu, Vanya!"Semua orang menoleh. Nyonya Nia berjalan mendekat ke arah kami dengan wajah merah padam karena murka."Papamu sudah menyerahkan semua aset miliknya padaku!"Vanya masih terlihat tenang menghadapi tiga orang di depannya. Aku hanya bisa melongo menyaksikan itu semua. Apa sebenarnya hubungan mereka berempat?"Papa tidak pernah melakukan itu, Tante!" bantah Vanya. "Aku punya bukti surat wasiat asli yang ditinggalkan Papa pada notaris! Secuilpun kalian tidak punya hak atas semua aset milik Papa!"Nyonya Nia melotot, merampas map dari tangan Dion lalu membacanya. Dengan penuh emosi di merobek dan meremas map itu."Ini cuma, sampah!" Nyonya Nia melempar sobekan map itu ke arah Vanya."Sobek saja, Tante! Itu hanya salinannya. Yang asli masih aman di tangan notaris," ucap Vanya lagi."Berani sekali kamu!" Nyonya Nia melayangkan tangannya pada Vanya, tapi segera kutahan tangannya sebelum sempat menyentuh Vanya."Jangan sentuh istriku, Tante," ucapku sambil menghemp
Read more
Malam laknat
POV VANYA"Vanya, Papa mau menikah lagi."Aku yang sedang menikmati sarapan dengan Papa, urung menyuap ke mulutku. Aku menatap Papa penuh tanda tanya. Kenapa bisa Papa secepat itu mencari pengganti Mama, sedangkan makam Mama saja belum kering?Papa menatapku seraya tersenyum meyakinkan, seolah tahu apa yang kupikirkan."Kamu tenang saja, istri baru Papa itu sangat baik, dan kamu pasti sudah mengenalnya. Dia punya dua orang anak, dan salah satunya seumuran denganmu. Jadi kamu tidak akan kesepian lagi.""Tunggu dulu, Pa," ucapku selembut mungkin, agar Papa tidak tersinggung dengan ucapanku. "Mama baru saja meninggal dua bulan yang lalu, dan Papa sudah mencari pengganti?"Tiba-tiba raut wajah Papa berubah merah padam. Seperti itulah Papa. Dia tidak pernah sedikitpun bisa bersikap lembut, bahkan pada Mama saat masih ada. Sikap yang sampai membuat Mama sakit-sakitan, dan akhirnya meninggal dunia beberapa bulan yang lalu."Tau apa kamu tentang Papa, Vanya? Papa sudah kesepian! Apa kamu mau
Read more
DMCA.com Protection Status