Tujuh Perkara Sang Ibu Sambung

Tujuh Perkara Sang Ibu Sambung

Oleh:  Lefkilavanta  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 Peringkat
154Bab
2.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Menerima lamaran pernikahan dari Julian Liandra, sang duda tampan terkaya di Jakarta, mungkin adalah awal dari segala macam bentuk tragedi dalam masa muda Jenar. Penyesalan tidak akan mengembalikan semua kebebasan dan kebahagaiaan masa muda yang dia miliki dulunya. Jenar harus menjadi ibu sambung dan menghadapi tiga macam karakter anak dari pernikahan Julian. Ditambah lagi, sang suami yang masih saja terlihat baik pada mantannya. Bagaimana kehidupan Jenar? Belum lagi, anak tertua Julian sangat sulit ditebak dan terlihat membencinya .... Inilah tujuh perkara Jenar, sang Ibu Sambung. Sanggupkah dia?

Lihat lebih banyak
Tujuh Perkara Sang Ibu Sambung Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Gadis Cantik
Babnya udh banyak aja, hehehe. Terus lanjut thor. btw, Luce agak ngeselin yaaaaaaaa
2023-01-05 14:37:13
0
user avatar
YeonU
seru tp banyakin dialognya ya kak. semangat
2023-01-05 13:51:53
1
user avatar
YeonU
Sejauh ini suka sama novelnya, tetep update terus ya, thorr...️ jangan mancet di tengah jalan wkwkwk
2023-01-03 01:06:28
1
user avatar
Lefkilavanta
Hai, Ini penulis Lefkilavanta. Berharap kalian bisa menyukai karya terbaru dari Lefkilavanta ini... Ulasan menarik dan membangun, kritik dan saran adalah hal berharga untuk penulis. Tolong dukung karya ini, Xoxo...
2022-12-05 20:15:18
1
user avatar
Humairah Samudera
Semangat selalu, Dek
2022-12-04 02:45:15
2
user avatar
littletitleally
Keren! Lanjut thor!
2022-11-09 13:12:58
3
154 Bab
1. Skandal di Los Angeles
"Aku janji aku akan bertanggung jawab setibanya kita di Jakarta," ucap Julian Liandra. Pria itu berusaha untuk menerapkan apa yang diajarkan oleh mendiang ayahnya bahwa apa pun yang dilakukan olehnya, dia harus berani untuk bertanggung jawab. Termasuk, tindakan meniduri karyawannya yang ternyata masih perawan ini. "Aku serius," imbuhnya lagi. Pria itu mengusap wajahnya frustrasi sambil menatap jendela dengan tirai yang terbuka separuhnya. "Aku akan menemui orang tuamu," katanya lagi pada si gadis. Sayangnya, yang diajak berbicara hanya diam sembari meremas ujung selimut dan mencoba menariknya setinggi mungkin, berharap tubuhnya tenggelam di dalam sana. "Jenar." Pria itu menyebut nama sang perempuan, berharap mendapat jawaban. "Aku serius dengan kalimat bahwa aku meminta maaf atas apa yang terjadi. Aku tidak sengaja ... melakukan semua itu. Kamu tahu kalau aku berada di bawah pengaruh alkohol semalam. Aku .... Ah, itu tidak perlu dibicarakan." "Aku juga," sahutnya. Dari balik s
Baca selengkapnya
2. Pasca Skandal
Jakarta, Indonesia. "Menikah dengan Pak Julian?" Dia tertawa meledek Jenar. "Jenar!" Dia menatapnya kemudian berjalan mendekat membawa dua mangkuk mie kuah dengan potongan cabai di atasnya. "Hal yang paling lebih mengejutkan untukku bukan fakta bahwa kamu dan Pak Julian tidur dalam satu ranjang dan bermalam bersama dalam keadaan mabuk," ucapnya sembari tertawa. Dia duduk tepat di depan Jenar. "Fakta bahwa kamu berangan-angan untuk menikah dengannya dan menjadi bagian dari Lian DeFood adalah hal yang paling mengejutkan dan paling gila, Jenar." Jenar manggut-manggut. "Kamu benar ... aku sudah gila rupanya," sahut Jenar. Nada bicaranya mengisyaratkan kalau dia putus asa. Tak pernah menyangka kalau dirinya akan terjebak dalam situasi seperti ini. Jenar adalah pemimpi. Di dalam kepalanya hanya berisi tentang mimpi dan ambisi untuk menaklukan kota besar ini. Kalau ditanya pasal fisik, Jenar itu 'kembang desa' yang tinggal di tengah metropolitan. Kulitnya kuning langsat dengan tubuh jen
Baca selengkapnya
3. Kantor Pasangan Satu Malam
"Jenar!" Seseorang memanggilnya saat dirinya baru saja masuk ke bangunan Lian DeFood yang cukup ramai oleh para pekerja. Hal itu membuat Jenar menoleh pada sumber suara. "Ah ... dia lagi!" Jenar bergumam pada dirinya sendiri. "Akhirnya kamu masuk juga!" Dia menepuk pundak Jenar. Baginya, mereka adalah rekan kerja yang akrab, tetapi tidak untuk Jenar. Jenar tidak suka bergaul dengan orang yang suka nyablak kalau berbicara seperti Wulan. Wulan berjalan mengekori Jenar kemudian. Dia adalah biangnya gosip di tengah anak-anak magang dan karyawan baru. Jenar selalu saja terseret arus yang dia gosipkan. "Memangnya kenapa kalau aku nggak masuk?" Jenar melanjutkan langkah kakinya. "Pak Julian bilang kalau kamu demam karena udara dingin di Los Angeles. Katanya juga kamu flu berat dan alergi. Jadi mengambil cuti sampai hari Kamis kemarin." Dia mendesah panjang. Menatap Jenar yang diam. Jenar adalah tipe pendiam, jauh berbeda darinya. Wulan adalah tipikal yang akan mengatakan apapun yang a
Baca selengkapnya
4. Mantan Istri vs Mantan Satu Malam
Jenar masih memikirkan ucapan Wulan dan merasa ingin menjauh dari bosnya itu. Namun, di sinilah dia-- berada di ruangan yang sama dengan Julian karena ide proposal yang dia ajukan. "Ada ide tambahan untuk proposal kamu?" tanya Julian, "Idenya perlu disempurnakan." Jenar tidak memberi jawaban. Dia memilih menundukkan pandangan untuk menghindari kontak mata dengan Julian. Julian mengerti kesalahan di Los Angeles membuat Jenar begitu canggung padanya. Gadis itu sudah menghindari dirinya selama satu minggu. Dia mengabaikan panggilan suara dan pesan dari Julian. Ditambah lagi, keberadaan mantan istrinya--Luce Wileen di sudut ruangan. "Kalau tidak ada, aku kembalikan proposalmu." Julian mendorong tumpukan kertas ke arah Jenar. "Temui aku lagi jika sudah menyempurnakan isi proposalmu." Dia menambahkan lagi. "Di dalam sana aku sudah memberikan beberapa catatan penting untuk membantu," pungkasnya.Jenar mengangguk sekali. "Baik, Pak." Suaranya sangat lirih. "Terima kasih." "Kirimkan pro
Baca selengkapnya
5. Calon Anak Tiri
Di sela langkah kakinya saat perjalanan pulang, entah mengapa Jenar masih memikirkan tentang hubungan Luce dan Julian. Tanpa sadar, gadis itu bergumam, "Kenapa dia menceraikan Nyonya Luce?" Jenar masih memiliki pendapat yang sama: Luce adalah wanita sempurna! Dia tidak mengerti mengapa Julian menceraikan Luce."Dia cantik. Berwibawa, pintar dan kaya raya. Dia adalah wanita karier yang mapan. Dia pasti jadi istri yang sempurna dan ibu yang pantas untuk ketiga anak-anaknya. Lalu kenapa dia malah menceraikannya?" Jenar mencoba untuk mendalami peran Julian sebagai seorang suami dan ayah. "Mungkinkan karena Pak Julian punya wanita simpanan?" Jenar tak sengaja menunjuk dirinya sendiri. "Seperti diriku sekarang?" Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Apa yang aku pikirkan!" Faktanya, hubungan singkat satu malam tidak cukup untuk bisa mengenal Julian. Byur! Tiba-tiba saja genangan air yang ada di sisi trotoar—sisa hujan kemarin malam— menyembur mengenai baju dan wajahnya. "Sialan!" umpa
Baca selengkapnya
6. Alif : Remaja puber
"Ya ampun, Mbak Jenar!" Seseorang berteriak menyambut Jenar kembali. Dia bahkan melemparkan sekop yang ada di tangannya, melepas sarung tangan, dan meninggalkan aktivitas berkebunnya sore ini."Mbak ini kenapa?" Dia melihat Jenar dari atas ke bawah. Penampilan Jenar kotor dan basah penuh bercak lumpur. Padahal pagi tadi dia berpamitan hanya untuk pergi bekerja."Ada pemuda rese," katanya. Menyahut seadanya. Berjalan masuk ke dalam rumah. Di sinilah Jenar tinggal selama di Jakarta.Tentang kedua orang tuanyar. Ayah Jenar meninggal karena sebuah penyakit lima tahun lalu. Ibunya merantau ke luar negeri untuk menghasilkan uang lebih. Dia tinggal bersama teman lamanya yang kadang-kadang datang. Di samping kanan, seorang remaja yang baru saja masuk bangku perkuliahan tinggal bersama ayahnya seorang kuli bangunan serabutan yang kadang pulang kadang tidak."Terus gimana?" tanyanya pada Jenar. Mengikuti langkah Jenar masuk ke dalam rumah setelah membuka pintu yang terkunci.Jenar menghela nafa
Baca selengkapnya
7. Rumah Teman Satu Malam
"Siapa dia?" Alif berbisik-bisik sembari mengintip ke dalam. "Teman atau pacar Mbak Jenar?" Pertanyaannya sedikit memaksa. "Bosnya Mbak Jenar?" Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin kalau bos dari perusahaan besar datang berkunjung tanpa alasan begini." Pandangan Alif tertuju pada Jenar. "Ada masalah di kantor, Mbak?" "Udah, pulang aja." Jenar kokoh untuk mengusir Alif. "Urusi kebun kamu itu dulu, nanti malam aku jelaskan." Dia mendorong tubuh Alif menjauh dari rumahnya. "Sekarang aku harus menemui tamuku." Dia menoleh ke belakang. "Kamu lihat sendiri, dia orang berada. Aku gak mau kalau terkesan mengabaikan dan tidak menghormati kedatangannya." Alif menyerah. "Oke!" Dia meraih kedua tangan Jenar. "Janji jelaskan, oke?" Jenar menghela nafas. "Hm, sekarang pulang dulu. Jangan merepotkan diriku." Jenar menggerutu. Kembali mendorong tubuh pemuda itu agar menjauh darinya. Alif pasrah dan pergi. Rasa penasaran disimpan dalam hatinya. Sesuai janji Jenar, dia akan datang malam na
Baca selengkapnya
8. Sarah : Teman Persetanan
"Pokoknya aku gak bisa menikah sama dia!" Jenar berbicara tanpa celah dan jeda. "Apapun alasannya aku nggak bisa menikah sama dia!" Sekarang Jenar memutar tubuhnya, menatap Sarah.Sarah sedang salah fokus sekarang. "Wah! Lihatlah barang-barang mewah ini," gumamnya melirik Jenar. "Ini luar biasa, Jenar! Mana bisa kamu membeli semua ini dengan sisa uang gaji yang tidak seberapa!" Dia meremehkan Jenar. Tertawa kecil lalu. Semuanya berasal dari satu pria yang sama. Julian."Sarah aku serius!" Jenar merengek layaknya bayi. "Apa pentingnya semua itu?" Dia berjalan mendekati Sarah. "Yang paling penting adalah perasaan aku!" Jenar menepuk-nepuk dadanya."Kamu nggak mau nikah sama dia, kenapa?" Sarah mengerutkan keningnya."Tentu saja banyak pertimbangan untuk menikah dengan seorang duda yang punya tiga anak dari pernikahan sebelumnya. Ditambah lagi itu adalah bosmu sendiri," imbuh Sarah. "Namun, pertimbangkan juga kekayaannya." "Haruskah aku menjelaskannya padahal kamu selalu dapat cerita te
Baca selengkapnya
9. Rumah Calon Suami
Malam ini Jenar memutuskan untuk datang ke kediaman mewah Julian Liandra. Dia ingin mengembalikan semuanya agar tidak ada kesalahpahaman di antara mereka. "Jadi kenapa kamu membawa semuanya datang ke sini?" Julian menatap semua hadiah yang awalnya dia tinggalkan di rumah Jenar. "Aku sudah bilang kalau itu semua untuk kamu," katanya. Mendorong salah satu hadiah pada Jenar. Jenar menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa menerima itu semua." "Aku tidak tahu alasan mengapa aku harus menerima semua ini, Pak?" Dia tersenyum dengan rasa canggung di dalam hatinya. "Jika ini semua hanya untuk mengapresiasi ide dari proposal yang aku berikan, aku rasa cukup satu hadiah saja. Tidak perlu ...." "Sudah kukatakan juga kalau aku melamar kamu," sambung Julian. Dia mengatakan itu dengan keseriusan. "Kamu bilang kamu butuh waktu untuk memikirkan semua ini. Jadi seharusnya kamu tidak perlu datang hari ini," cetus Julian sembari memandangi wajah Jenar. "Aku akan menunggu." Jenar menarik nafasnya.
Baca selengkapnya
10. Kucing dan tikus
"Kamu mendekati papaku hanya karena uang?" Julio sarkas. Pertemuan buruk dengan Jenar lah yang membuat dia begini sekarang. "Kalau memang kamu berhubungan dengan ayahku karena uang, aku akan memberikan apa yang kamu minta. Berapa pun!" Dia menatap dengan kemarahan. "Berapa yang kamu inginkan?" Julio memberi penekanan. "Sepuluh juta? Seratus juta?" Pemuda itu mulai menghitung ngawur. "Atau satu miliar?" Jenar diam dan menatap Julio. "Katakan berapa yang kamu mau?" Dia sedikit meninggikan nada bicaranya. Pada awalnya, Julio berkata pada ayahnya bahwa dia yang akan menghantarkan Jenar ke depan pintu gerbang sebagai bentuk permintaan maaf Julio atas ketidaksopanannya. Namun, ternyata inilah tujuan yang sebenarnya. "Jenar!" Dia membentaknya. "Jangan membisu! itu membuatku semakin marah saja." Dia menghela nafas kasar. Membuang pandangan mata. "Memangnya kamu bisa memberikan aku berapa?" Jenar malah menantangnya. "Kamu mau beri pakai uang dari mana?" Dia menyeringai. "Kamu saja b
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status