NAYARA terlahir dengan keistimewaan yang baru terungkap ketika umurnya sepuluh tahun. Keistimewaan tersebut terkait dengan orang tuanya yang menghilang secara misterius. Sejak bayi NAYARA dititipkan di sebuah panti asuhan oleh ibunya sendiri. Perempuan itu berpesan pada pengurus panti bahwa di usia tiga puluh tahun akan ada yang mencari anaknya. Mereka adalah orang-orang dari dunia bawah yang memiliki kepentingan untuk saling memperebutkan kekuasaan. Kemampuan supranatural NAYARA yang luar biasa serta didampingi dua penjaga astralnya, mereka bertualang di dunia bawah untuk menemukan kebenaran tentang orang tuanya dan sebuah pusaka yang konon diciptakan untuk mempersatukan beberapa kerajaan yang terpecah. Demi mengungkap semuanya, NAYARA nyaris kehilangan nyawa dan kekasihnya.
View MoreMotor hitam ala Brat Bobber berhenti di depan gedung berlantai dua berwarna biru muda. Di depan gedung itu terpasang baliho besar bertuliskan nama sebuah perusahaan. Gadis muda pengendara motor tersebut berkerja di sana.
Dia memarkirkan motornya di samping gedung. Mengenakan kaos putih lengan pendek, dipadukan dengan jaket denim berwarna hitam, serta celana jeans warna senada. Tak lupa sebuah kaca mata hitam tersemat di wajahnya.Tubuhnya proposional dengan tinggi semampai. Rambut hitam sebahu dia biarkan tergerai. Nay, begitu dia biasa disapa.Bekerja pada bagian survey untuk perusahaan jasa renovasi rumah-rumah tua. Usianya mendekati kepala tiga. Cukup matang memang, tetapi dia belum memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya. Menikah bukan prioritas utama. Baginya, bekerja dirasa jauh lebih penting dan menyenangkan. Bisa bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman. Terkadang penuh kejutan dan seru.Pagi ini Nay diminta untuk menemui salah satu klien. Perusahaan tempatnya bekerja mendapat proyek pengerjaan renovasi rumah tua. Kemarin Pak Oey, atasannya, memberikan foto sebuah rumah tua besar dengan halaman yang sangat luas. Konon rumah tersebut peninggalan tuan tanah jaman Belanda."Nay, temui Pak Hans jam 09.00. Alamat dan nomor HP-nya sudah saya kirim kemarin ke WA kamu. Cek apakah rumah itu aman untuk dikerjakan. Ini bawa mobil saya saja." Sebuah kunci dia angsurkan ke depan Nay."Oke, Boss!" Tangan Nay mengambil kunci di meja atasannya itu lalu dia masukkan ke dalam saku jaket "Saya berangkat, Pak." Pak Oey tersenyum seraya mengacungkan jempolnyaMenggunakan mobil hitam jenis sedan milik Pak Oey, Nay meluncur menyopiri mobilnya sendiri. Seperti biasa, pemandangan hampir di setiap ruas jalan raya di jam-jam sibuk, selalu rapat dengan kendaraan. Tidak bisa memacu dengan cepat, paling hanya saling mengumpat dalam hati bila kendaraan di depan tak kunjung bergerak.Hampir dua jam perjalanan dari kantor sampai ke rumah yang dimaksud. Setibanya di sana, Pak Hans sudah menunggu. Dia tersenyum hangat menyambut kedatangan Nayara."Selamat pagi, Pak. Maaf saya terlambat." Nay santun mengucap salam."Pagi. Tidak apa, saya juga baru datang. Kamu, Nayara?" tanya Pak Hans."Iya, Pak, saya.""Mari silahkan masuk. Kata Pak Oey, kamu akan melihat bagian dalam dan sekeliling halaman rumah ini.""Iya, Pak.""Mari saya antar." Pak Hans berjalan masuk ke dalam rumah, diikuti Nay di belakangnya.Begitu langkahnya menapaki lantai ruang depan, aroma kotoran kelelawar tercium samar. Beberapa lubang terlihat di langit-langit rumah.Sekelebat bayangan hitam mondar-mandir di dalam ruangan. Sepertinya mereka mulai merasa terganggu dengan kehadiran Nay. Terlebih ketika Pak Hans mengajak Nay menapaki tangga menuju lantai dua."Mau apa kau di sini?" Suara parau seorang wanita tua bertanya kepada Nay. Dia duduk di dekat tangga."Hanya ingin melihat-lihat saja." Nay menjawab dengan batinnya."Mau mengusir kami dari sini?" tanya perempuan itu lagi."Bisa jadi." Nay menyeringai tipis."Awas kau!" Perempuan itu mengancam lalu pergi melayang ke arah taman.Energi wanita itu biasa saja. Makhluk sejenis itu sudah sering dia temui saat sedang melakukan tugas. Tidak perlu dicemaskan, dia hanya mengganggu saja."Ini kamar utama," bisik Pak Hans seraya membuka pintu kamar di depan mereka. "Kamar pribadi Opa Buyut dan Opa saya," sambung Pak Hans."Sudah berapa lama ruangan ini tidak dibuka, Pak? Udaranya sangat lembab dan bau.""Terakhir saya berkunjung ke sini sekitar dua puluh tahun yang lalu. Ketika Opa saya meninggal dunia. Setelah itu saya tidak pernah berkunjung lagi. Ada tukang kebun yang sesekali datang membersihkan lingkungan di sekitar sini.""Oh, begitu. Berarti sudah cukup lama tidak ditinggali. Pantas saja keadaannya seperti ini."Nay menggeser kursi di depan cermin meja rias. Dia duduk di sana lalu membuka laci yang ternyata hanya berisi sisir yang sudah usang. Tiba-tiba muncul seseorang berdiri di belakangnya."Pagi, Opa," sapa Nay sopan lalu kembali melihat sudut lain ruangan tersebut.Laki-laki tadi tidak menjawab. Matanya penuh selidik melihat Nay berdiri lalu berkeliling di dalam kamar."Mari, kita lihat ruangan lainnya," ajak Pak Hans pada Nay."Oh, iya, Pak. Mari."Mereka menuju ruangan di sebelahnya. Nay mendongak melihat plafon yang berlubang di beberapa bagian. Berpasang mata terlihat dari lubang gelap itu. Merah dan menyala. Nay tersenyum tipis. Mereka sedang mengawasi dan ingin tahu apa yang sedang Nay dan Pak Hans lakukan."Sepertinya ruangan ini yang paling banyak kerusakannya ya, Pak.""Iya. Kata Ibu saya di sini tempat berkumpul keluarga. Setelah direnovasi nanti fungsinya akan tetap sama.""Oh, begitu."Nay mengambil kamera dari dalam tasnya. Memfoto beberapa bagian yang mengalami kerusakan cukup parah di ruangan itu.Ketika Nay mengambil gambar di sudut ruangan, sesosok wanita berparas cantik dengan rambut terikat pita berwarna biru mendekatinya. Dia tersenyum. Energinya terasa lembut. Tidak jahat seperti beberapa yang ada di atap sana."Selamat datang." Perempuan itu menyapa dengan dialek Belandanya."Terima kasih." Nay tersenyum ramah membalas sapaannya.Perempuan itu hanya mematung dekat jendela. Matanya mengikuti kemana Nay dan Pak Hans bergerak. Sepertinya dia senang rumah itu akhirnya akan direnovasi.Ponsel Nay bergetar. Ada pesan masuk di WA-nya. Sigap Nay memeriksanya. Ternyata pesan dari Pak Oey.[Nay, kembali ke kantor][Oke, Bos]"Maaf, Pak. Saya harus kembali ke kantor. Pak Oey mengirimkan pesan ke WA saya. Kemungkinan besok saya akan kembali lagi. Nanti saya konfirmasi lagi ke Bapak.""Baiklah, saya akan titipkan saja kuncinya pada Pak Manto penjaga kebun. Rumahnya di belakang rumah ini.""Iya, Pak. Saya pamit dulu. Permisi."Nay meninggalkan rumah Pak Hans dengan terburu-buru. Ada sesuatu yang tidak beres terjadi. Dia bisa merasakan itu. Butuh konsentrasi lebih untuk bisa melihatnya.Nay memacu mobilnya. Suasana jalanan tidak sepadat saat dia pergi tadi. Di perjalanan Nay berusaha berkonsentrasi menghubungkan energinya ke kantor.Damn! beberapa pekerja kerasukan. Nampaknya ada yang sengaja mengirim mereka untuk mengacau.Setibanya di kantor Nay bergegas menuju ruangan Pak Oey. Beberapa pekerja terlihat berteriak-teriak, melotot dan bergerak tanpa aturan.Nay mengangguk. "Aku yakin orang-orang seperti kita sudah merasakan energi gelap yang semakin menyebar. Kalau dibiarkan dunia kita akan dikuasai kegelapan.""Kita tidak bisa hanya diam saja. Jujur, aku sangat kecewa dengan pilihan kakakku. Memalukan dan pasti merugikan dunia bawah.""Mungkin dengan bekerja sama dengan mereka, kakakmu bisa mewujudkan mimpinya menjadi satu-satunya penguasa dunia bawah.""Aku sekarang mengerti kenapa bejana itu diberikan padaku. Ayah dan ibu sepertinya sudah tahu tabiat anak laki-lakinya." Wajah Suri berubah muram. "Aku berharap kakakku bisa kembali pada tanggung jawabnya pada Banyuputih sebelum terlambat."Perlahan Nay menepuk pundak Suri. "Aku lapar. Kau mau mi instan?"Suri tersenyum kecil. "Seandainya makanan yang kau sebut mi instan itu bisa kumakan pasti tidak kutolak. Boleh aku di sini saja?""Mau menginap di sini pun boleh, Suri."Nay berjalan ke dapur mengambil mi instan cup yang cukup diseduh dengan air panas dari dispenser. Sambil menunggu mi
"Ada apa Nona ingin bicara dengan saya?" tanya istri Tuan Hansen. "Sebelumnya terima kasih Nyonya sudah bersedia menemui saya. Benar saya bicara dengan Nyonya Adhisti?""Iya, betul. Saya Adhisti.""Ini soal Bastian, Nyonya.""Bastian malang. Dia masih menunggu di rumah itu, bukan?"Kening Nay sedikit berkerut. Ia tidak menduga Nyonya Adhisti tahu tentang keberadaan putranya. "Iya, Nyonya. Saya bertemu dengan Bastian dan saya berjanji untuk mempertemukan Nyonya dengan dia.""Hansen membawa saya ke sini karena menganggap jiwa saya terganggu. Berhalusinasi tentang Bastian secara berlebihan. Hansen mengira saya gila. Dia sama sekali tidak percaya. Tapi saya punya cara lain. Memintanya merenovasi rumah itu.""Semesta merangkum doa. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Bastian akan bertemu Nyonya. Selama ini dia mengira, Nyonya marah dan membencinya. "Saya tahu Bastian masih ada di rumah itu. Saya ingin dia pergi dengan tenang. Saya juga sudah belajar ikhlas melepasnya." Manik mata Nyo
Nay tidak tahu mengapa pikiran tentang dark force membuatnya merasa panas dan tidak nyaman. Cukup lama ia berdiri di depan jendela apartemennya dengan mata memperhatikan langit yang terlihat suram. Seharusnya ia lebih peka bukan malah abai seperti yang dilakukannya belakangan ini. Berhenti menjadi seorang Nayara rasanya memang tidak mungkin. Ia dibutuhkan untuk berkontribusi pada bumi tempatnya berdiri. Dark force tidak main-main. Sebarannya cepat tetapi tidak terlihat. Mempengaruhi atmosfer kehidupan manusia sampai ke hal-hal yang paling kecil. Semakin banyak di media sosial jari-jari manusia menuliskan kata-kata kasar, makian dan hinaan yang ditujukan kepada manusia lain hanya karena ketidaksukaan. Kasus perundungan yang berujung kematian pun semakin banyak terjadi. Korupsi, perampasan hak, intoleransi dan masih seabrek persoalan lain yang semakin memprihatinkan. Disadari atau tidak semua itu bisa mengakibatkan ketidakseimbangan berskala besar. "Selama masih ada doa manusia yang
Setelah menyelesaikan tugasnya, Nay berpamitan pulang. Ekspresi wajah Tuan Hansen berubah muram. Sangat berbeda dengan raut wajahnya saat Nay datang. Hampir bisa dipastikan penyebabnya adalah pertanyaan Nay tentang anak lelakinya. "Pak Bos sudah kenal lama dengan Tuan Hansen?" tanya Nay begitu ia sampai di ruangan Pak Oey. "Lumayan lama. Kenapa, Nay?""Istrinya apa masih ada, Pak?""Setahu saya masih. Sejak kematian anak laki-lakinya, dia mengalami guncangan mental. Menurut desas-desus sampai sekarang masih seperti itu.""Jiwa anak lelaki Tuan Hansen masih menunggu mamanya di rumah itu. Saya tidak mungkin mengabaikannya, Pak.""Mungkin beberapa kenalan bisa membantu memberikan informasi. Nanti saya infokan ke kamu, Nay. Saya ada urusan di luar. Kau periksa berkas ini, kalau sudah selesai kau bebas." Pak Oey mengambil tumpukan berkas dari atas meja kemudian memberikannya pada Nay. "Baik, Bos." Nay menerima berkas tersebut lalu masuk ke ruangannya. Nay memeriksa berkas yang diberika
"Maaf kalau pertanyaan saya membuat Tuan Hansen teringat tentang masa lalu," ujar Nay. Matanya bergerak ke arah jendela. Ia melihat bocah lelaki yang belum ia ketahui namanya itu sedang berdiri memandangi papanya dari balik kaca jendela. "Silakan Nona mengecek area ini. Saya kedalam dulu." Tuan Hansen berbicara tanpa menoleh ke arah Nay. Ia kemudian melangkah masuk dari pintu yang sama. Nay melambaikan tangan dan membuka komunikasi dengan putra Tuan Hansen. Ia meminta bocah itu keluar. Ia ingin mendengar langsung apa yang sebenarnya terjadi sebelum mencari tahu sendiri. "Kita belum kenalan. Siapa namamu?" tanya Nay mengusap bangku besi yang menempel di dinding pagar beton sekadar untuk menyingkirkan debu dan kotoran. "Bastian. Mama biasa memanggilku Tian," jawab bocah itu sambil melongok ke dalam kolam renang. Ia berhenti beberapa saat lalu berjalan menghampiri Nay yang sudah duduk di bangku sambil memeriksa ponselnya. "Duduklah di samping Kakak. Kita ngobrol-ngobrol sebentar." N
Nay dan Rey memutuskan untuk menunda pernikahan sampai hati satu sama lain sudah merasa benar-benar yakin. Setidaknya dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk saling melihat ke diri masing-masing. Mereka menyibukkan diri dengan aktivitas keseharian seperti biasa. Nay tetap dengan profesinya begitu pula Rey. Mereka sengaja membuat intensitas pertemuan menjadi sedikit. Cukup satu minggu sekali. "Apa kau yakin cara ini ampuh, Nay? Bukankah semakin jarang bertemu akan semakin jauh," tanya Sri yang sedang bersandar di lemari memperhatikan Nay. "Antara yakin dan tidak," jawab Nay sambil mengundurkan rambutnya di depan kaca wastafel. "Menurutku terlalu beresiko kalau kalian saling menjauh seperti sekarang. Yang ada ikatan batin kalian jadi longgar.""Kalau akhirnya semakin longgar artinya kami tidak berjodoh.""Enteng bener ngomong begitu. Kau harus ingat Nay, perjuangan kalian itu berat. Sudah sampai sejauh ini malah pisah.""Kalau memang itu takdirnya, kami bisa apa, Sri."Sri mendesah pe
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments