Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang

Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang

Oleh:  Narubi  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
17Bab
845Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sukma selalu memimpikan seorang pria, tampan dan mapan sesuai kriteria yang diinginkannya. Beberapa hari kemudian, ia ternyata bertemu dengan pria itu di kehidupan nyata. Betapa bahagianya Sukma, ia mengira pria itu adalah jodohnya. Tapi.... Betapa terkejutnya, saat melihat pria yang terus muncul di mimpinya telah beristri. Terlebih, saat pria itu datang ke hadapan Sukma dan memintanya untuk menjadi istrinya. Cover by Pixabay _ edit by Robiah_art

Lihat lebih banyak
Pria Tampan di Mimpiku Ternyata Suami Orang Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Narubi
welcome di novel pertamaku di Goodnovel
2022-09-23 12:49:34
3
17 Bab
Mimpi Indah - Prolog
Seorang gadis dengan pakaian sederhana, begitu terkejut saat merasakan sebuah tangan menggenggamnya dari belakang. Begitu menoleh, ia mendapati seorang pria tinggi dengan perawakan yang diidamkannya, kulit mulus, senyum senantiasa terpancar di wajahnya.Pria itu menatap Sukma dengan penuh kasih, membelai pipinya lembut, kemudian mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang. Sukma hanya diam, ia bingung dengan adegan yang sedang dilakukannya. Ia tidak kenal pria itu, namun sudah beberapa hari ia bertemu dengannya dan melakukan adegan sama... dalam mimpinya.Ada rasa nyaman saat tangannya digenggam pria itu, Sukma tersenyum. Keduanya berjalan beriringan menuju sebuah tempat yang tidak terlihat, dipenuhi cahaya menyilaukan membuat Sukma memejamkan mata.Lalu saat matanya terbuka, cahaya lampu kamar temaram menyambutnya. Sukma mengerang, mengedarkan pandangan ke sekitar.Ia menghela nafas, merasa kecewa. "Mimpi itu lagi," gumamnya sambil memegang dadanya yang terasa sakit.
Baca selengkapnya
001- Patah Hati
“Haa~aaah.” 'Mulai lagi,' batin Sukma saat mendengar ibunya mengeluh panjang. “Punya anak perawan, kerjaannya cuma tiduuur seharian. Gimana mau dapet jodoh, kalo kerjaannya cuma rebahan.” Seperti biasa, omelan sang ibu membuat Sukma mendelik. “Jodoh itu udah ada yang ngatur, Bu. Lagian kan hari ini memang libur, jadi wajar dong kalo aku nggak kerja dan cuma rebahan.” Sang ibu yang tengah sibuk di dapur membuat kue, mendelik ke arah anaknya yang berada di ruang tengah. “Tetep harus diusahain, kalo kamu nggak gerak, ya nggak bakal dateng tuh jodoh.” Mata Sukma berputar jengah. “Anak Bu Lia dapet jodoh tuh, walau nggak gerak.” “Karena dijodohin,” balas ibunya cepat membuat Sukma langsung menghela nafas lelah. “Kalo gitu kamu harusnya mau Ibu jodohin sama anaknya temen Ibu.” “Kenapa tiba-tiba bahas soal jodoh jodohan,” kesal Sukma yang langsung merubah posisinya menjadi duduk. Tidak bisa dipungkiri, saat membahas soal jodoh, darah Sukma jadi naik hingga ke ubun-ubun. “Memangnya
Baca selengkapnya
002 - Bertemu Calon Jodoh
Sukma mengusap wajahnya beberapa kali, matanya menatap lurus ke depan memandangi dedaunan yang jatuh dan terinjak oleh pejalan. Meski taman sore itu terlihat cukup ramai, namun ia tidak bisa mendengar suara apapun selain ucapan Hanan saat di cafe tadi. Gue mau tunangan sama Sisil, doain ya biar lancar sampai hari pernikahan. 'Oh, shit!' Jerit Sukma yang hanya bisa dituangkan dalam hatinya. Ia mengerang kesal, membuat beberapa pasang mata menatapnya dengan bingung. "Padahal gue udah berharap banget, kenapa tiba-tiba Hanan tunangan sama Sisil?" gerutunya sambil memeluk lutut, Sukma tengah duduk di salah satu kursi taman itu. "Sisil? Dia itu siapa sih, gue aja nggak kenal. Padahal selama di kantor, kayaknya dia udah kelihatan suka banget sama gue, tapi kenapa tiba-tiba udah mau tunangan aja. What the hell!" cerocosnya, ia sudah tidak peduli lagi jika ada orang lain yang mendengar ocehannya itu. Sukma mendengus kesal, mengacak rambutnya asal. Para pejalan yang kebetulan tengah melewat
Baca selengkapnya
003 - Lamaran di Pertemuan Pertama
“Bu, aku keluar ya!” seru Sukma sambil menuruni tangga, ia sudah mengenakan jaket dan kaos oblong serta celana olahraga. “Mau kemana? Udah malem,” balas sang ibu yang langsung beranjak ke luar rumah dan menghampiri Sukma yang tengah mengenakan sandal. “Mau jajan, Ibu mau nitip?” Sejenak ibunya terdiam, kemudian tersenyum. “Boleh deh, minyak, tepung, sama gula ya. Udah pada abis.” Dahi Sukma mengerut. “Kan aku bilang mau jajan, bukan ke warung. Nitip yang bisa dimakan kek,” kesalnya. “Itu juga bisa dimakan, udah ah.” Sang ibu kembali masuk ke dalam, membuat Sukma mendengus dan beranjak begitu saja dengan raut tidak mengenakan. 'Udah dibilang mau jajan, malah nitip begituan. Jadi harus ke warung juga,' batinnya kesal. Untuk meredakan kekesalan di hati, makan memang solusi terbaik. Ada banyak pedagang di daerah tempat tinggal Sukma, sehingga ia tidak perlu repot pergi jauh jika hanya untuk membeli jajanan. Mulai dari pedagang cemilan populer hingga jadul, berjejer rapi di sekita
Baca selengkapnya
004 - Pengkhianatan
“HAH?!” Fikri mengelap wajahnya membuat Sukma sadar jika air yang ada di mulutnya telah keluar dan menyembur tepat ke wajah pria itu. “Ah, maaf, maaf!” paniknya seraya mengambil tisu, mencoba membersihkan sisa air yang masih menempel di wajah Fikri. Namun sebelum tangannya menyentuh wajah Fikri, pria itu mengisyaratkan agar Sukma kembali duduk. Ia mengelap sendiri wajahnya dengan tisu, kemudian kembali menatap Sukma dengan tenang. Wajah Sukma terlihat sangat bersalah, namun ia duduk kembali sesuai dengan apa yang diminta oleh Fikri. “Jadi apa jawaban kamu?” Tidak ada jawaban, Sukma terlihat begitu bingung dengan pertanyaan itu. Otaknya masih melayang pada semburan air dari mulutnya yang mengenai wajah pria tampan di hadapannya, Sukma benar-benar merasa bersalah. Karena tidak mendapat jawaban apapun, Fikri menjentikan jarinya beberapa kali di hadapan Sukma. “Hah? A-ah, apa?” Sukma bereaksi agak lama. “Jadi,” Fikri menghela nafas. “Apa jawaban kamu?” tanya pria itu sekali lagi,
Baca selengkapnya
005 Undangan
Meski awalnya tidak percaya dengan lamaran dadakan yang dilayangkan pria yang baru saja dikenalnya, namun Sukma tetap memikirkan lamaran itu dengan serius. Ia bahkan mulai membayangkan membangun rumah tangga dengan Fikri, sebelum tersadar dan memukul kepalanya keras. “Apa-apaan sih gue, belum juga nikah udah mikir ke yang lain.” Sukma menghela nafas kasar, memeluk gulingnya erat. “Tapi… apa salahnya sih dicoba.” “Tapi masa nerima lamaran gitu aja, gengsi dong. Tapi…” Dan masih banyak kalimat tapi lainnya yang membuat Sukma hanya uring-uringan malam itu. Beberapa hari berlalu, tidak ada kabar dari Fikri membuat Sukma terus saja menghela nafas. Ia merasa lega, namun juga kecewa. Chintya yang duduk di sebelahnya terus saja melirik Sukma, ia merasa ada yang aneh dengan tingkah temannya itu. “Jangan bilang loe nggak terima gara-gara Hanan tunangan, ya?” Sukma begidik, saat mendengar bisikan Chintya tepat di telinganya. “Apaan sih, pake bisik-bisik segala.” “Gue tanya loe nggak terima
Baca selengkapnya
006 Pernikahan
“Kenapa Anda seenaknya, merencanakan pernikahan tanpa memberitahu saya!” Suara Sukma membahana memenuhi seluruh ruangan, emosinya naik sampai ubun-ubun kala protesnya hanya ditanggapi wajah datar oleh Fikri. “Ibu kamu setuju, saya juga tidak dengar penolakan dari kamu.” “Tidak menolak bukan berarti setuju!” pekiknya. “Batalkan!” kesalnya. “Tidak bisa,” jawab Fikri enteng. “BATALKAN!” paksanya dengan wajah merah padam, tidak bisa dipungkiri lagi jika Sukma sangat ingin mencakar wajah tampan Fikri kali ini. “Mana mungkin saya batalkan, akadnya akan dimulai beberapa jam lagi.” Sukma membuka mulutnya, oksigen yang masuk ke paru-parunya seakan berkurang drastis. Gadis itu memejamkan mata dan mengepalkan tangan kuat, mencoba meredakan emosi yang benar-benar sudah tidak bisa ditahannya lagi. ‘Ini gara-gara Ibu,’ batinnya kesal. ‘Dia maksa banget pake lemparin banyak dalil anak durhaka segala,’ rutuknya. “Ini gara-gara Ibu, saya cuma ikutin apa keinginan dia.” “Kalau begitu, lanjutka
Baca selengkapnya
007 Kegagalan Malam Pertama
“Mau kemana?” tanya Sukma dengan wajah bingung, melihat Fikri yang sesaat setelah selesai mandi malah hendak pergi. “Saya masih ada urusan di luar, kamu tidur duluan saja.” ‘Hah?’ Sukma terbengong, menatap kepergian Fikri dengan dahi mengernyit. ‘Bukannya harusnya kita malam pertama-an? Bukan berarti gue ngebet, tapi normalnya kan gitu? Apa dia nggak normal?’ “Astagfirullah,” gumam Sukma sambil memukul kepalanya pelan. “Mikir apa sih gue, bagus kalau misalkan tuh cowok kagak ngebet gituan. Lagian gue juga cape, belum nyiapin mental juga.” Sukma menghela nafas seraya membaringkan tubuhnya di kasur. “Tapi, aneh banget nggak sih?” tanyanya pada diri sendiri. “Biasanya cowok bakal ngebet banget kalau udah sah walaupun nggak suka? Gitu kata temen kantor gue.” Ekor mata Sukma beralih pada jam di dinding yang menunjukkan pukul 11 malam. ‘Urusan apa tengah malem gini?’ Batin Sukma yang membuat dahinya mengerut semakin dalam. ‘Bodo ah,’ kesalnya. ‘Bukan urusan gue.’ Dengan pikiran yang di
Baca selengkapnya
008 Saya Istrinya
Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Fikri, membuatnya meringis namun terkekeh pada akhirnya. Ia menatap Sukma dengan tajam. “Apa yang Anda lakukan!” pekik Sukma seraya mengusap kasar bibirnya yang masih basah, matanya melotot sempurna karena begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Fikri barusan. “Saya hanya mengabulkan permintaan kamu, salah lagi?” “Bukan itu,” Sukma tercekat. “Bukan begini, kita sedang bicara. Saya hanya ingin mendengar jawaban, bukan hal seperti itu.” “Saya malas menjawab dengan kalimat panjang lebar,” Fikri melangkah semakin dekat membuat Sukma mundur beberapa langkah. “Jadi saya gunakan tindakan untuk menjawab pertanyaan kamu, itu lebih cepat.” Gigi Sukma bergemeletuk, wajahnya terlihat amat marah. Bukan hanya pada apa yang dilakukan suaminya barusan, namun pada sikap kurang ajar pria yang dulu sempat dianggapnya sebagai pangeran. “Kenapa saya mau menikah dengan pria brengsek seperti Anda!” geram Sukma yang membuat Fikri menatapnya lebih tajam. ‘
Baca selengkapnya
009 Jadi Saya Ini Apa?
Sukma tergesa turun ke lobi, memesan taksi offline agar lebih cepat pergi meninggalkan tempat itu dengan segera. Tidak ada hal yang ingin dilakukannya selain segera sampai rumah, menenangkan tubuhnya yang bergetar hebat setelah mendengar fakta yang sama sekali tidak disangkanya. Makanan mahal yang terlanjur dipesannya, dibiarkan begitu saja. Ia terlalu syok jika harus melanjutkan makan siangnya di kondisi seperti itu. Saat sampai rumah, beberapa kali Sukma hampir saja oleng. Tangannya bergetar hebat kala hendak mengambil air minum di gelas, membuatnya mengurungkan niatnya dan duduk di sofa ruang tengah dengan nafas terengah. “Sial!” umpatnya sambil memegang kepalanya kuat, menjambak rambutnya sendiri namun tidak membuat perasaan Sukma semakin lebih baik. “Harusnya gue tau dari gelagatnya, Fikri nggak mungkin belum nikah.” Sebelumnya, wanita cantik yang wajahnya sangat dikagumi Sukma mengenalkan diri. Bukan perkenalan biasa, sebuah perkenalan yang membuat Sukma melongo. Wanita canti
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status