Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)

Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin)

Oleh:  Si Mendhut  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
126Bab
6.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Jadi Ibuk yang menjualku?" "Ibuk terpaksa, tapi ada ua—." Tubuh Arumi tak berdarah, tapi hatinya serasa remuk. Ia kembali berdiri dan bertanya, "Apa sekarang aku sudah bisa pergi dari sini?" "Bisa." ** Arumi melangkah pergi, pergi mencari celah cahaya untuknya. Siapa yang bisa membantunya? Bisakah dia bertahan hidup di atas kakinya sendiri? Selimut siapakah yang bisa membuatnya tetap hidup? Apakah itu Nizam? Abi? Atau justru orang laki-laki pertamanya? Baca dan rasakan semangat Arumi. Mampukah kalian hidup di atas luka sepertinya?

Lihat lebih banyak
Terperangkap Dekap Hangat CEO (Sok Dingin) Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
126 Bab
Aku Ditampar
PLAKK!Suara tamparan keras membuat semua orang yang ada di depan toko kue yang baru buka tersebut terkejut."Issh," desis gadis yang wajahnya memerah akibat tamparan tersebut."Kamu kan yang namanya Arumi?" tanya wanita yang baru saja melayangkan tamparan tersebut dengan nada tinggi.Plakk! Sebuah balasan pun langsung disuguhkan oleh Arumi."Enak?" "Kurang ajar!" teriak wanita tersebut sembari ingin kembali membalas.Namun Arumi dengan cepat mengelak, hingga membuat wanita tersebut hampir terjungkal karenanya. "Hahaha!" Tawa pun menggema di tempat itu.Kemudian dengan cepat langsung saja Arumi mencengkeram kerah baju wanita yang baru saja bermain tampar-tamparan dengannya itu. "Siapa kamu?" tanyanya sengit."Aku ...," ujar wanita tersebut sembari meneteskan air matanya.'Apa dia stres?' pikir Arumi karena merasa aneh dengan tingkah wanita yang tak dikenalnya sama sekali tersebut. 'Eh, tapi dia tahu namaku, jadi seharusnya bukan orang stres kan?' Sesaat kemudian ....Ssst! Sebuah
Baca selengkapnya
Bibir Tuan Satria yang Hamil
Namun bukannya menjawab, salah satu dari keempat orang yang kini ada di depan toko pun maju selangkah dan bertanya, "Apa Anda Nona yang semalam?" 'Jadi dia laki-laki semalam,' batin Arasy sembari terbengong melihat laki-laki paruh baya yang bertanya padanya itu. 'Astaga, sial sekali hidup ini,' pikirnya karena mengira kalau keperawanannya diambil oleh laki-laki tua yang mungkin lebih tepat menjadi ayahnya itu."Kenapa?" sergah Arumi."Tuan kami ingin memberikan uang ini untuk membayar kerugian Nona," ujar laki-laki tersebut sambil mengulurkan sebuah amplop tebal.'Jadi bukan dia,' pikir Arumi sembari mengamati keempat laki-laki berkemeja hitam tak jauh di depannya itu bergantian. "Di mana orangnya, bawa aku bertemu dia!" ujarnya sembari mengambil amplop tebal tersebut dengan kasar.Dua laki-laki di belakang laki-laki berumur itu pun langsung maju selangkah, tapi ditahan dengan cepat oleh laki-laki tersebut. "Mari ikut saya, Nona," ujarnya sopan.Arumi pun mengikuti langkah laki-laki
Baca selengkapnya
Seratus Juta
Arumi pun bergegas pergi ke arah sumber suara tersebut sambil berkata, "Aku tid—" Namun suarannya langsung tercekat ketika tahu siapa orang yang ada di dalam ruangan yang baru saja diinjaknya."Ar," panggil laki-laki yang ada di dalam ruangan tersebut ketika melihat Arumi. Sadar dengan laki-laki yang sedang menatapnya, kemudian Arumi pun menoleh ke arah wanita paruh baya yang sedang merokok dengan santai di ruangan itu. "Buk, apa yang Ibuk rundingkan tadi dengan Mas Nizam? Seratus juta apa?" tanyanya meminta kejelasan."Dia mau menikahimu," jawab wanita paruh baya tersebut. "Aku memberi dia syarat seratus juta kalau mau membawamu pergi, tapi sepertinya dia keberatan.""Dia sudah benar kalau tidak mau menikahiku," debat Arumi lalu kembali menoleh ke arah laki-laki yang sudah menjadi kekasihnya selama setahun ini."Tunggu Ar, aku bukan tidak mau menikahimu," sanggah Nizam sambil berdiri dari kursinya."Sudahlah Mas, ibumu sudah mengatakan semuanya," pungkas Arumi.Nizam tersentak mend
Baca selengkapnya
Benda Di dalam Uang
Setelah lebih dari lima menit meninggalkan tempat tadi dengan penuh ketegangan, akhirnya Satria yang saat ini sedang membonceng Arumi pun mulai bersuara."Ada apa ini sebenarnya?" tanya Satria sembari melirik kaca spion motor sportnya."Nanti aku ceritakan, yang penting sekarang kita ke warung kopi yang aku tunjukan dulu," jawab Arumi sembari berpegangan erat pada pinggang Satria karena Satria membawa motornya cukup kencang.Setelah itu Arumi pun menunjukkan jalan ke tempat yang ia katakan. Dan entah kenapa, tanpa protes Satria mendengarkan setiap perkataan Arumi tanpa tahu dengan pasti ke mana ia dan Arumi akan pergi."Di depan berhenti," ucap Arumi setelah lebih dari sepuluh menit berada di boncengan Satria.Satria pun mengikuti perkataan Arumi dan memarkirkan motornya di halaman sebuah warung kopi yang terlihat cukup ramai pelanggan itu."Ayo!" ajak Arumi sembari menarik tangan Satria seperti yang ia lakukan sebelumnya."Katakan dengan benar, apa yang sebenarnya terjad
Baca selengkapnya
Aku Harus Pergi
Shhht! Arumi menggunakan kemoceng andalannya untuk menepis tangan wanita yang saat ini hampir berhasil menamparnya."Akh!" pekik wanita tersebut sembari mengibas-ngibaskan tangannya yang tentu saja terasa ngilu akibat terkena kemoceng Arumi."Rasakan!" teriak Nita yang saat ini sedang duduk menikmati adegan tersebut dari teras tokonya. "Ayo Ar, pukul sampek gosong. Jangan kasih ampun!" teriaknya memberi semangat.Langsung saja Arumi tersenyum menyeringai mendengar kalimat penyemangat tersebut.Namun, berbeda dengan Arumi yang termotivasi, wanita di depan Arumi justru terlihat kebingungan. Ia pun mundur beberapa langkah ketika Arumi masih dengan senyum menyeringainya berjalan maju selangkah demi selangkah ke arahnya.'Cara ini emang paling ampuh,' batin Arumi yang memang selalu menggunakan cara seperti itu untuk menakuti teman-temannya yang sering membully dirinya sejak SMP, hingga akhirnya hal itu membuat anak sebayanya tak ada yang berani melawannya dan membuatnya terkenal sebagai mu
Baca selengkapnya
Ayahku
"Ayo Mbak naik apa tidak? "Tanya kernet bus yang sudah menatap Arumi dengan tajam karena sudah terlalu lama menunggu."Iya-iya Pak, sebentar," ucap Arumi sembari meletakkan satu kakinya di pintu bis."Nit, aku pergi dulu, kamu tolong urusin anak buahnya Ibuk," ucap Arumi sembari menatap ke arah wanita yang saat ini sedang melambaikan tangan pada Arumi dan berlari ke arah mereka."Ya," sahut Nita sembari menganggukkan kepalanya dengan cepat.Ahirnya Arumi pun masuk ke dalam bis. Dan sesaat kemudian, bis tersebut pun langsung berangkat meninggalkan terminal itu."Ck," decak wanita yang kini sudah berada di dekat Nita dengan ekspresi kesal. "Ke mana dia pergi?" tanya wanita bercelana hot pants dan jaket berbulu tersebut pada Nita yang saat ini masih memandangi pintu masuk terminal."Nggak tahu, ke Malaysia mungkin," jawab Nita dengan ketus. Setelah itu Nita pun melangkah meninggalkan wanita dengan pakaian memalukan karena mempertontonkan lemak-lemak di tubuhnya itu."Hei, jawab yang ben
Baca selengkapnya
Kos-kosan
"Kamu siapa?" tanya laki-laki yang diperkirakan Arumi berusia sekitar 40 tahunan itu."Saya Arumi anak dari Susmi—" Seketika kalimat Arumi terhenti ketika tiba-tiba saja laki-laki di hadapannya itu menarik lengannya dan berjalan menjauh dari depan rumah tadi."Kamu anaknya Susmiati?" tanya laki-laki tersebut."Benar, jadi sampean ini benar ayah saya?" tanya Arumi yang sebenarnya sendikit ragu dengan pertanyaannya ini."Ibumu yang menyuruhmu ke sini?" tanya Arifin dengan gusar.Arumi tercenung mendapati hal ini. Terlihat jelas kalau Ayahnya itu tak senang dengan kedatangannya.Sesaat kemudian Arifin pun langsung merogoh saku celananya dan mengambil dompet kulit imitasinya. "Ini, ambil uang ini dan ini nomer Ayah. Kamu cari makan atau tempat tinggal dan nanti hubungi Ayah, mengerti?" ujarnya dengan cepat sembari memberikan beberapa uang berwarna merah dan biru ke tangan Arumi.Belum sempat Arumi mengucap sepatah kata, tapi laki-laki yang berstatus sebagai ayahnya itu sudah pergi meningg
Baca selengkapnya
Aku Tak Diinginkan
"Dia katanya ayahnya," jawab orang yang ada di luar kamar tersebut."Kamu punya ayah, Ar?" tanya Cheri tiba-tiba. "Eh, maksudku, ayahmu di dekat sini tinggalnya?"Arumi pun langsung berdiri dan menjawab, "Nanti aku ceritakan, apa kamu mau ikut aku menemui dia?"Dengan sifat Cheri yang suka penasaran, ia pun langsung berdiri dan menunjukkan dua jempolnya pada Arumi sembari tersenyum lebar.Alhasil, mereka berdua pun melangkah bersama untuk bertemu dengan laki-laki yang hampir memasuki usia paruh baya tersebut. Beberapa menit berlalu, kini Arumi dan Cheri sampai di teras bangunan paling luar kos-kosan tersebut. "Ar, apa itu ayahmu?" bisik Cheri karena merasa aneh melihat laki-laki yang terlihat cukup muda untuk memiliki anak seusia Arumi."Tentu saja dia ayahku, siapa lagi," sahut Arumi dengan suara yang cukup keras. Ia memang sengaja melakukan hal itu agar Arifin, ayahnya, menoleh pada dirinya.Mata Cheri langsung terbelalak mendengar hal itu. Langkahnya sempat terhent
Baca selengkapnya
Masak Bersama
Setengah jam berlalu, Arumi yang baru saja bangun dari pingsannyaa pun langsung memijat-mijat keningnya karena pusing."Ar," panggil Cheri yang saat ini ada di sampingnya dengan lembut."Ini di kamar?" tanya Arumi sembari bangun sembari memijat-mijat pelipisnya."Iya, kita di kamar. Tadi kamu pingsan," terang Cheri sembari mengambilkan air minum untuk Arumi."Apa tadi dia menolongku?"Gerakan tangan Cheri terhenti sejenak ketika menyadari kalau Arumi sedang menanyakan tentang Arifin."Dia siapa? Kamu itu jang—""Ayahku. Apa dia tadi menolongku saat aku pingsan?" tanya Arumi sekali lagi.Masih teringat jelas saat Arumi baru saja pingsan, Arifin hanya menoleh dan berkata 'Dasar anak yang menyusahkan, memang harusnya dia itu mati sebelum lahir'. "Dia tidak menolongku 'kan?" desak Arumi karena Cheri tak segera menjawab pertanyaanya.'Dia pasti kecewa karena hal ini, tapi setidaknya dia tidak akan sakit hati karena tidak perlu mendengar mulut busuk ayahnya,' batin Cheri semb
Baca selengkapnya
Brosur Yang Aneh
Cheri dan Arumi sama-sama meringis ketika melihat pemuda yang memberika mereka brosur saat ini terjatuh dari motor yang baru saja menjemputnya."Mas, tidak apa-apa?" teriak Arumi sembari ingin melangkah ke arah pemuda yang saat ini sedang berusaha bangun dari tempat terjatuhnya tadi."Tidak apa-apa," jawab Pemuda tersebut sembari melambaikan tangannya, tanda menolak bantuan.Tak lama kemudian pemuda tersebut dengan cepat bangun dan terlihat tergesa-gesa naik ke motor yang menjemputnya tadi."Apa dia mabuk," komentar Cheri saat melihat tingkah aneh pemuda tersebut."Tidak mungkin," tukas Arumi. "Kamu lihat sendiri dia tadi baik-baik saja. Aku pikir dia itu takut pada kita," lanjutnya."Hah?" Cheri menoleh ke arah Arumi. "Kamu pikir kita ini setan?"Pertanyaan konyol tersebut langsung membuat Arumi mengerutkan dahinya."Tidak mirip sih," kelakar Arumi sembari menundukkan kepalanya sembari mengamati kakinya yang menapat tanah.Langsung saja Cheri terkekeh mendengar candaan Arum
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status