Dibuang Karena Tak Kunjung Melahirkan

Dibuang Karena Tak Kunjung Melahirkan

Oleh:  VEty SAry  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
9Bab
593Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Mendapatkan buah hati adalah impian bagi semua pasangan yang sudah halal. Namun, apa jadinya jika bertahun-tahun menikah, belum di beri kepercayaan? Pasti sangat sedih bukan? Apalagi berbagai cara sudah di lakukan. Kisah ini terjadi pada Lisa, seorang wanita yang sangat di cintai oleh suaminya yang bernama Riza. Dalam pernikahannya yang memasuki tahun ke delapan, Lisa dan Riza belum juga di karuniai seorang anak. Apalagi, saat ini Lisa tinggal di rumah mertuanya. Hampir setiap detik, yang di dengar oleh Lisa hanyalah ucapan yang tidak sedap di dengar olehnya meskipun suaminya selalu membelanya. Bahkan dia yang selalu di salahkan. Sampai suatu hari, kesabarannya mulai tergoyahkan karena ocehan dari Bu Karni, Ibu mertua yang selalu menghujaninya dengan ucapan yang pedas dan selalu ikut campur dalam urusan rumah tangganya yang membuatnya untuk berpisah dengan Riza.

Lihat lebih banyak
Dibuang Karena Tak Kunjung Melahirkan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
9 Bab
Bab 1 *Menjadi Bahan Gosip*
"Anak lagi, anak lagi, Riza! Ibu sampai malu selalu di tanyain sama tetangga kapan punya cucu! Kamu tau sendiri kan, pernikahanmu sudah delapan tahun dan sampai sekarang Lisa belum juga hamil!" ucap Bu Karni sambil meletakkan keranjang sayuran di meja.Riza yang baru saja pulang dari ladang pun segera duduk untuk menenangkan Ibunya dan kebetulan Lisa, istrinya sedang mencuci pakaian di belakang sehingga dia tidak mendengar apa yang telah di ucapkan oleh Ibunya dengan suara yang tidak terlalu lantang itu. Memang, pernikahannya yang kini telah delapan tahun bersama Lisa, dia belum juga di karuniai seorang anak. Menjadi bahan gosip tetangga pun sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya."Ibu, silahkan duduk dulu. Apa yang membuat Ibu tiba-tiba marah? Ibu kan tau sendiri jika aku dan Lisa sama-sama sehat!" balas Riza sambil menyeka peluh yang membasahi pipinya."Bagaimana Ibu tidak marah,Riza? Tadi, ketika Ibu jualan sayuran keliling, semua tetangga pada bertanya kapan punya cucu? Selal
Baca selengkapnya
Bab 2 *Sakitnya Di Bandingkan*
Mendengar perintah dari Ibu mertuanya, Lisa langsung bergegas ke dapur tanpa mengucapkan kata permisi dengan Riza yang dari tadi ada di hadapannya. Sedangkan Riza, jika dengan Ibunya sama sekali tidak bisa melawan ucapan. Karena dia tidak ingin menjadi anak yang durhaka meski di dalam hatinya ingin sekali marah jika ada yang merendahkan Lisa. "Riza! Ngapain kamu jongkok di situ, ayo keluar menemui Kakakmu!" ajak Bu Karni sambil melangkah menuju ruang tamu.Riza yang masih tadinya jongkok pun langsung berdiri mengikuti langkah Ibunya. Sementara Lisa, di dapur hanya menahan kesedihan dan mempersiapkan mental jika nanti sewaktu-waktu saat dia menyuguhkan makanan dan minuman di luar, mendapatkan ucapan yang tidak mengenakkan hati. Jantungnya sudah berdebar ketika dia telah selesai membuat teh dan menaruh kue lapis di piring. Baginya, ini adalah detik-detik akan mendapatkan perkataan yang kurang enak di dengar. "Biar bagaimanapun, aku harus sabar dan kuat menghadapi ucapan mereka nanti.
Baca selengkapnya
Bab 3 * Di Tuduh*
Lisa berusaha menenangkan Rendi yang terus saja berteriak kesakitan sambil menyebut namanya. Namun pada akhirnya, perjuangan menenangkan Rendi sia-sia karena Mita telah sampai di dapur bersama Ibu mertuanya sambil melotot ke arahnya."Lisa! Kamu apakan cucuku!" bentak Bu Karni dengan mata melototnya."I-itu Bu, dia terkena letupan ikan lele yang ku goreng. Maaf ya Mbak, aku tidak tau jika Rendi ada di belakangku," dengan gugup Lisa menjawab pertanyaan Ibu mertuanya."Aduh Lisa, kamu harus perhatikan di sekelilingmu dong! Masak, ada anak kecil saja tidak sadar. Apa kamu sengaja ya, ingin melukai anakku? Kamu iri kan, aku punya anak dan kamu belum? Iri ya iri Lis, tapi jangan gitu juga kali," sambung Mita sambil mendekap Rendi yang masih menangis.Mendengar perkataan Kakak iparnya, membuat hati Lisa bertambah sesak. Rasanya dia tidak mampu untuk berdiri lama-lama di hadapan ipar dan Ibu mertuanya. Membela diri pun sudah tak mampu, pasti dia yang akan kalah. Akhirnya dia lebih memilih d
Baca selengkapnya
Bab 4 *Kembali Ke Rumah Orang Tua*
Setelah beberapa saat mendekam di dalam kamar, akhirnya Lisa memutuskan untuk keluar dari kamar dan bertekad untuk pulang ke rumah orang tuanya untuk menenangkan diri. Dengan langkah yang malas, dia memberanikan diri untuk berbicara kepada Riza yang kebetulan sedang duduk bersama Ibu mertuanya dan juga Kakak iparnya.Kebetulan letak kamar Lisa berada di sebelah ruangan keluarga. Ketika melihat Lisa yang baru saja membuka pintu, Bu Karni kembali menyindir Lisa dengan ucapannya yang kasar."Sudah yang drama menangisnya? Sudah puas melihat Mita sakit hati gara-gara suaminya membela kamu? Ingat ya, awas saja kamu menjadi duri dalam rumah tangga Mita, tak segan-segan aku akan memecat kamu sebagai menantu. Biar saja kamu menjadi janda lapuk, siapa sih yang mau menerima wanita mandul sepertimu kecuali anakku! " sindir Bu Karni sambil melirik sinis ke arah Lisa yang baru saja menutup pintunya kembali setelah keluar kamar."Aku mengerti kok Bu, aku ke sini mau berbicara sama Mas Riza. Mas, aku
Baca selengkapnya
Bab 5 *Kabur Dari Rumah*
Lisa yang tadinya akan memulai cerita, akhirnya dia memutuskan untuk mengangkat telfon yang masuk pada ponselnya. Dia membaca nama yang memanggilnya dan ternyata bertuliskan Bu Karni. Itu tandanya Ibu mertuanya yang menelfonnya saat ini. Selama ini, Ibu mertuanya tidak pernah menelfonnya kecuali ada hal penting yang akan dia bicarakan. Lisa pun meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk mengangkat telfon. Dia pun langsung mengawali percakapan dengan Ibu mertuanya di sebrang telfon."Halo Lis, Riza kabur dari rumah. Apa dia ada di sana?" tanya Bu Karni yang menanyakan anaknya masih dengan suara yang lantang meski lewat ponsel."Tidak Bu, aku saja baru sampai di rumahku, memangnya ada apa dengan Mas Riza?" Lisa membalas dengan rasa penasarannya."Riza tidak ada di rumah. Ibu hanya menyuruh dia makan saja, Hadi yang mendobrak pintu kamar dan ternyata suamimu tidak ada di rumah. Ini semua gara-gara kamu yang pergi dari rumah, anakku sampai nekat kabur entah kemana. Awas saja jika terjad
Baca selengkapnya
Bab 6
Ketika mereka keluar rumah betapa terkejutnya mereka mendapati bayangan seseorang yang jatuh dari kursi panjang. Seketika Bu Leha langsung masuk ke dalam rumahnya untuk menyalakan lampu teras rumahnya yang memang kelupaan dan belum dia nyalakan dari tadi."Lisa, kamu tunggu dulu di sana! Sepertinya orang itu tampak diam saja karena kesakitan," ucapnya sambil berlalu dari hadapan Lisa.Sedangkan di dalam hati Lisa di penuhi rasa ketakutan yang menyergap karena yang dia takutkan jika orang yang ada di hadapannya tiba-tiba berbuat jahat kepadanya.Namun, ketika orang itu mengucapkan suaranya karena dirinya merasa kesakitan, Lisa kembali di buat tercengang karena suaranya mirip dengan suara suaminya.Ketika lampu sudah menyala, sepasang matanya langsung terbelalak. Bahkan dia langsung terkejut seperti firasat yang sudah dari tadi datang menghantui pikirannya."Mas Riza? Kenapa Mas tidak mengetuk pintu?" ucapnya sambil berjalan ke arah Riza yang masib terduduk di lantai teras.Sedangkan Bu
Baca selengkapnya
Bab 7
Bab 7Bu Leha langsung menarik tangan Lisa untuk berjalan cepat mengikuti suaminya yang memang berjalan dengan jarak berjauhan dengannya. Bahkan di sepanjang jalan, hati Lisa di liputi rasa khawatir yang berlebihan. Sampai-sampai, perutnya berkali- kali merasakan mulas."Ibu, sebenarnya Bapak mengikuti Mas Riza kemana ya bu? Sepertinya kok serius banget, mana perutku terasa keram dan mulas ini mungkin karena terlalu panik," ucapnya dengan lirih."Tidak tau juga Ibu Lis, yang jelas kamu yang sabar ya Lis, ikuti saja Bapakmu itu, semoga saja tidak ada hal- hal yang tidak di inginkan, soalnya sepertinya dari tadi Ibu merasakan sesuatu yang tidak enak setelah melihat ekspresi Bapakmu yang seperti itu!" sahutnya yang terus memperhatikan suaminya yang berjalan dengan cepat.Sementara itu, posisi Riza sudah tidak terlihat dari pandangan Pak Bambang. Namun dia yakin jika menantunya itu pasti akan mendatangi jembatan gantung yang terletak di ujung desa."Aduh Riz, setan apa yang menghantuimu s
Baca selengkapnya
Bab 8
Karena terlalu risau dengan sahutan Riza yang dia lontarkan terus menerus, membuat Lisa merasa tidak tenang. Dia pun langsung berjalan menuju arah suaminya itu lagi sambil memasang wajah yang sangat kesal."Mas Riza, cobalah kamu berpikir secara dewasa sedikit! Pastinya kamu mengerti apa yang aku maksud kan, kamu itu seharusnya berpikir jernih sebelum melakukan sesuatu. Apalagi ini menyangkut harga dirimu! Apa kamu tidak malu ya, bersikap konyol seperti tadi?" sahut Lisa sambil memperhatikan wajah suaminya yang memucat."Maafkan aku Lisa, aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi, aku janji Lis," ucapnya dengan nada memohon.Ketika mendengar anak dan menantunya yang sedang berbincang dengan nada yang seperti orang bertengkar, seketika Pak Bambang langsung menghampiri ke arah Lisa untuk melerainya."Lisa, kamu ini seorang istri dan seharusnya menuruti apa kata suami. Coba saja kamu buka kembali hatimu dan memaafkan segala kesalahan suamimu, aku akan mendukung semua keputusanmu, tapi s
Baca selengkapnya
Bab 9
Bab 9Baru saja Lisa sampai di rumah, dia harus mengalami tekanan batin lagi. Sampai- sampai dia merasakan kurang sehat. Bahkan saat ini kepalanya berdenyut pusing karena akhir- akhir banyak.Sampai akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Saat dia berjalan menuju dapur, dia melihat suaminya yang saat ini sedang berbincang dengan Ibu mertuanya dan juga Kakak iparnya. Meskipun begitu, dia sama sekali enggan mengucapkan sesuatu.Tapi, Bu Karni yang melihatnya melintas di depannya, dengan nada ketus dia langsung memberikan sindiran pedas."Udah tuh yang lagi ngambek? Cuma di katain begitu saja sudah langsung ngambek, bagaimana dengan rumah tanggamu jika istri saja tukang ngambek?" sindir Bu Karni dengan sedikit mencibir.Mendengar ucapan Ibu mertuanya dia hanya diam dan menahan rasa sakit hati. Namun, hari ini rasa sakit hagi itu terkalahkan oleh rasa sakit di kepalanya yang terasa berat. Bahkan kali ini di sertai dengan perutnya yang keram.Ketika dia sampai di dapur, tiba- t
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status