Sasha Blanc mencintai tunangannya selama 5 tahun. Namun, ketulusan Sasha justru dibalas dengan perselingkuhan Val Demian dengan Kakak iparnya sendiri. Meskipun sudah putus, Val menyadari pamannya yang paling berkuasa menunjukkan ketertarikan pada Sasha. Val pun mulai membujuknya. Val Demian: Shasha, berhentilah berulah! Ayo balikan! Val Demian: Nggak akan ada pria yang mau sama kamu. Karena kamu bukan siapa-siapa tanpa aku! Val Demian tidak berhenti mengirimkan Shasha pesan. Sasha: Val, kamu tahu nggak? Pamanmu yang tampan selalu manjain aku. Shasha membalas pesan Val sambil tersenyum pada pria yang sedang memijit kakinya.
view more"Ahhh ...."
Sasha mendesah halus. Bibirnya yang mungil mengatup seiring dengan desahan napas yang terengah-engah. Bagi Jade, suara seksi Sasha terdengar samar bagai magnet. Ia bergegas melangkah mendekati ranjang asal muasal suara Sasha. "Sasha Blanc? Kenapa dia ada di kamarku?" Jade tercengang. Ternyata, Jade mengenalnya. Di bawah pencahayaan temaram kamar presidential suite, wajah Sasha merona merah. Tubuh seksinya terbalut gaun merah bertali satu yang panjangnya di atas lutut. Pemandangan ini benar-benar mendorong hasrat Jade naik! Ketika mendengar suara pria, Sasha menoleh. Matanya bertemu dengan mata hijau Jade yang berkilat tajam. Tanpa pikir panjang, Sasha turun dari ranjang. "Ahhh, Tuan. Aku benar-benar ... tidak tahan lagi." Sasha melingkarkan kedua tangan di leher Jade. Lalu, berjinjit hendak menciumi lehernya. Aroma maskulin sabun mandi pria menyeruak memenuhi hidung Sasha. Jade memang baru saja selesai mandi. Ia bahkan masih mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. "Ternyata, kamu sangat ... tampan." Tangan lembut Sasha menyentuh wajah Jade yang sempurna. Rahang yang tegas, bibir tebal dan dagu yang sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus. Jakun Jade mulai bergerak naik turun. "Kamu tahu, siapa aku?!" Tubuh Sasha semakin bertambah panas. Ia menempelkan bibirnya di bibir Jade. Lalu, mengecupnya singkat. "Aku tahu. Kamu gigolo yang mereka kirim untukku." Jade mengerutkan dahi. "Mereka?! Siapa mereka?" Pandangan mata Jade menelisik dalam, seolah tahu apa yang dialami Sasha sebelum sampai di kamarnya. Sasha menyandarkan kepalanya di dada Jade. Tangannya tidak berhenti mengusap otot-otot perut Jade yang menggoda. "Mereka yang membawaku ke siniーnggak tahu, siapa!" Kamar Jade terletak di lantai tertinggi Le Grand Cielo Hotel. Kamar ini memberikan pemandangan panorama malam kota Crépusculaire yang indah. Namun bagi Sasha, keindahannya semu. Dengan kehadiran Jade di sini, Sasha berharap bisa melenyapkan rasa sakit hati karena pengkhianatan tunangannya. "Hei sadarlah, Nona! Jangan melewati batas!" seru Jade. Sasha menurunkan tali gaunnya. "Tuan, tolong bantu aku hilangkan rasa nggak nyaman ini!" Logika Jade ingin mendorong Sasha agar menjauh darinya. Namun, sikapnya justru bertolak belakang. "Kamu yang memulainya. Jadi, jangan salahkan aku jika kamu menyesal!" Sontak, Jade segera menggendong Lila dan membawanya kembali ke ranjang. Lalu, menindihnya. Jade tersenyum saat Sasha menatapnya. Lalu, bibirnya mendekati leher Sasha dan mulai meninggalkan jejak ciuman. Sasha mulai merasakan sensasi luar biasa di kulit lehernya juga di bagian tubuhnya yang lain. "Ahh ... teruskan, Tuan!" Jade tersenyum tipis. "Bagaimana? Enak, kan?" Jade mulai melepaskan gaun Sasha hingga hanya meninggalkan pakaian dalamnya saja yang berwarna hitam dan berenda. Perasaan Sasha campur aduk. Ia merasa aneh berbagi ranjang dengan pria asing. Tapi, sesuatu dari dalam diri Sasha memintanya untuk segera dituntaskan. Waktu bergulir cepat bagaikan roda yang terus berputar. Pagi harinya, Sasha terbangun. Ia merasakan sentuhan tangan seseorang memeluk perutnya yang datar. ‘Tangan siapa ini?’ Sasha terkesiap saat menoleh ke belakang. Sesosok pria asing sedang tertidur tenang. Wajah tampannya membuat Sasha menahan napasnya. Pikiran Sasha semakin kacau saat melihat noda merah di dekatnya. ‘Astaga! A–aku sudah tidak perawan?’ Cemas dan takut. Tubuh Sasha gemetar karena mendapatkan fakta telah kehilangan keperawanannya. Sasha dan Val Demian telah bertunangan selama lima tahun. Jadi, bagaimana Sasha akan mempertanggungjawabkan perbuatannya pada Val di malam pertama pernikahan mereka nanti? Saat masih memikirkannya, Sasha merasakan pegal pada seluruh tubuhnya, juga rasa sakit pada bagian vitalnya. Sasha berseru pelan, "Oh, bodohnya aku!" Sasha terkejut saat merasakan pergerakan ranjang. Ia melirik ke belakang dan melihat Jade bergerak. Kemudian, Jade mengerang pelan sambil melepaskan tangannya dari perut Sasha. Peluang ini digunakan Sasha untuk segera turun dari ranjang. Lalu, memakai gaunnya kembali. Kaki Sasha terasa lemas. Hatinya bergejolak marah sekaligus kecewa. Ia baru saja mengetahui perselingkuhan Val dan Paula. Namun sekarang, Sasha pun berselingkuh dengan pria asing. Bahkan, mereka menghabiskan satu malam panas bersama tanpa pengaman. Bukankah Sasha sama bejatnya seperti Val? Sasha melihat jam dinding. "Jam 05:00 pagi." Setelah menenangkan diri, Sasha buru-buru keluar dari kamar presidential suite milik Jade. Ia tidak melihat siapapun di luar. Sasha yakin, tidak ada seorang pun yang memergoki keberadaannya di lantai presidential suite dan melaporkannya pada Val. Setelah mendapatkan taksi, kecemasan Sasha semakin meningkat. Jarak dari Le Grand Cielo Hotel ke rumah Val membutuhkan waktu 20 menit. Selama itu pula, jantung Sasha tidak berhenti berdegup kencang. Sesampainya di kawasan elit Hibiscus Residence, Sasha turun dari taksi. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu utama rumah Val. Selama lima tahun, di sinilah Sasha tinggal bersama Val. Sasha bersyukur tidak ada pelayan yang melihatnya pulang. Ia bergegas menaiki anak tangga dengan perasaan was-was. "Sasha, kamu baru pulang?" Suara Rega menghentikan langkah Sasha. Ia mendongakkan wajah, melihat Val sudah rapi dengan setelan jas mahal hitam edisi khusus. "I–iya," jawab Sasha, gugup. "Aku ...." Val menatapnya intens. “Memangnya kamu dari mana?!" “A–aku …” Belum sempat menjawab, Val menghampiri Sasha. Lalu, menarik rambut panjangnya ke belakang. Val mencium aroma Sasha sejenak. “Kamu habis minum-minum rupanya. Sudah mulai liar, ya!" Val semakin mempererat jambakannya, membuat Sasha meringis kesakitan. “Stop, Val! Aku ini tunangan kamu!” pinta Sasha, memohon. Val tidak memedulikannya. Ia justru mencekik leher Sasha tanpa ampun. Kemudian, menatapnya tajam. “Tunangan?!" Val tertawa, melepaskan tangannya dari leher Sasha. Val mendekatkan mulutnya ke daun telinga Sasha. "Ingat Sasha, kamu berutang banyak padaku! Jadi, jangan bertingkah!"“Aku mohon jangan lakukan itu.”Sasha memegang kedua tangan Jade. Dengan wajah memelas. Bahkan hampir menangis.“Aku tahu aku tidak lebih baik dari Val yang jelas-jelas selingkuh dengan Paula. Tapi aku tidak siap jika Val tahu yang sebenarnya tentang kita,” tutur Sasha. Tangannya yang kecil tampak mungil sekali dibanding tangan Jade.Jade melemah. Ia tidak mau melihat Sasha, gadis yang selalu ia tunggu semenjak Sasha masih kuliah, menangis karenanya.“Baiklah, aku tidak akan mengungkit lagi tentang malam pertama. Tapi boleh kan aku bertanya?” tanya Jade lembut. Sasha melepaskan pegangannya. “Paman mau tanya apa?”Jade membetulkan posisi duduknya. “Kenapa kamu tidak tinggalkan saja Val? Apa kamu masih mencintainya?”Sasha menunduk. Ia sendiri pun bingung apakah perasaannya kepada Val masih disebut cinta atau malah ia hanya takut tidak bisa membayar semua hutangnya. “Aku tidak tahu, Paman,” jawab Sasha sambil menggelengkan kepala. Mata Sasha menatap lurus ke depan. “Mungkin lebih tep
Ding! Bel tanda bus tiba di halte berbunyi. Beberapa penumpang turun di halte tersebut. Suasana bus mulai lengang. Hanya tinggal beberapa orang lagi yang masih duduk. Termasuk Sasha. Sasha baru saja terbangun dari tidurnya. Ia celingukan melihat jalan sekitar, memastikan apakah halte terakhir sudah dekat atau masih jauh. “Lima menitan lagi,” kata Sasha sambil ia melepaskan earbuds-nya dan memasukkannya ke dalam kotak.Kemudian, ia bersiap untuk turun setelah bus berhenti. Setelah turun, Sasha berjalan sekitar 500 meter ke arah barat. Melewati pertokoan dan gang kecil. Serta menaiki tangga, karena pemakaman berada di atas bukit Daffodils–begitulah warga lokal menyebutnya. Disebut bukit Daffodils karena di sana, sebelum memasuki area pemakaman, terdapat taman daffodil dengan berbagai warna yang indah. Sayangnya, Sasha datang saat musim gugur. Taman Daffodils baru berupa benih, agar bunga dapat bermekaran di musim semi. Cuaca hari itu sedang berangin. Sasha mengambil syal dari da
“Tidak bisa, tidak mungkin.”Sasha memalingkan wajahnya dan membuat Jade tersentak. “Kenapa?” tanya Jade. Tangan Sasha mengepal. “Paman tidak tahu bagaimana tersiksanya aku selama ini. Paman tidak tahu dan tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana posisi aku sekarang.”Mata Sasha mulai berkaca-kaca. Tubuhnya berguncang. Jade menekuk lututnya di depan Sasha. Menatapnya dengan penuh kelembutan dan kehangatan. “Maka dari itu, raihlah tanganku, Sha. Aku bisa lakukan apapun yang bahkan Val tidak bisa lakukan untukmu.”“Tapi beban di pundakku tidak bisa hilang begitu saja, Paman. Aku bisa pergi dari Val, bukan berarti aku benar-benar terbebas darinya.” Air mata Sasha akhirnya tumpah. Jade memegang tangan Sasha yang mengepal. “Aku tidak bisa mengingkari janji. Aku tidak mungkin mengkhianati Val,” lanjut Sasha, terisak. Jade kemudian memegang kedua bahu Sasha. “Tapi Val sudah lebih dulu mengkhianati kamu, Sha!”“Aku tahu, Paman. Aku tahu, tapi aku tidak bisa melakukan apapun. Yang a
“Val sudah pulang, Bu?”Kepala Sasha masih berpendar. Keringatnya juga masih mengucur. Bu Bertha segera mengambilkan baju ganti dan handuk untuk Sasha. “Sudah dari tadi, Nona. Tuan Val langsung masuk ke kamarnya begitu pulang. Sebaiknya Nona ganti pakaian dulu.”Sasha mengambil baju dan handuknya dan bergegas ke kamar mandi. Air hangat mulai membasuh tubuh Sasha. Sasha berusaha mengingat mimpinya barusan. Begitu jelas. “Apa maksud dari mimpi tadi?”Sasha menekan botol sabun dan mulai mengusapkannya ke seluruh tubuhnya. Aroma daun mint dan teh hijau menguar ke udara. Memberikan relaksasi pada otot dan saraf. “Kenapa akhir-akhir ini stress-ku meningkat? Apa aku minta izin aja ke Val untuk berkunjung ke makam Papa dan Mama?”Sasha sudah selesai mandi sekarang. Ia melihat jam. Baru jam 02:35. Rasa kantuknya sudah terlanjur hilang. Sasha mengecek ponselnya. Tidak ada notifikasi. Ia lalu mengambil ponsel khususnya dari dalam laci yang terkunci. “Ada balasan dari Paman Jade!” seru Sash
“Malam ini mau makan apa, Nona?”Bu Bertha menyadarkan Sasha dari lamunan. Sejak pulang tadi, Sasha terus melamun di meja makan. “Aku sedang tidak nafsu makan, Bu. Sepertinya aku ingin ke kamar saja,” jawab Sasha, tidak bersemangat. Bu Bertha langsung melipat tangan di dadanya. Matanya melotot. “Nona harus makan. Marah dan kecewa pun menguras banyak tenaga. Kalau begitu, saya akan membuatkan Anda camilan yang mengenyangkan.”Sasha merasa terintimidasi dengan sikap tegas Bu Bertha. “Baiklah, Bu. Bu Bertha tampak menyeramkan kalau sudah begini.”Bu Bertha kembali tersenyum. “Anda tunggu di kamar saja sambil beristirahat, ya!”Sasha mengganggu. Ia beranjak ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Sasha duduk di balik meja kerjanya. Ia mulai mencoba membuat desain untuk Fairy Goldmother. “Aku harus bisa secepatnya dapat uang dari Fairy, supaya hutangku cepat lunas,” ucap Sasha bertekad. “Jadi aku bisa segera terbebas dari Val.”Sasha menggambar sebuah sangkar burung yang indah, bertabur per
“Maafkan aku, Paman.”Sasha merasa inferior saat Jade dalam mode bekerja. Aura dan kharismanya sebagai CEO terpancar jelas. Jade membungkukkan badannya ke arah Sasha. “Panggil aku Pak Gregory saat bekerja, Nona.”“B-baik, Pak Gregory,” sahut Sasha. Jade tersenyum dan berbalik menuju meja kerjanya. Ia kemudian menunjuk meja kerja lain yang sudah disiapkan untuk Sasha. “Kamu bisa duduk dan bekerja di sana.”Letaknya tepat satu meter di hadapan meja Jade. Sasha merasa aneh dan heran dengan posisi meja kerjanya. Padahal ruangan itu masih cukup besar untuk meletakkan meja di tempat lain. “Agar aku bisa selalu melihatmu saat bekerja, umm, maksudku mengawasimu,” ujar Jade seolah mengerti pikiran Sasha. Sasha hanya tersenyum dan menggeleng pelan. ‘Terlalu jelas niat Paman karena Paman mengoreksi kata-kata Paman sendiri.’Jade dan Sasha mulai bekerja. Jade menjelaskan ciri khas yang biasa dimiliki produk Fairy Goldmother dan juga rentang usia peminat perhiasan mereka. Sasha mulai mempela
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments