Hanum, sosok alim dan lugu yang harus mengalami nasib yang sangat tragis. Ia mengira telah menikah dengan lelaki yang alim pula dan bisa dijadikan imam dalam hidup. Akan tetapi, sebuah pesan dari nomer misterius membuat dunianya runtuh. Dalam pesan itu tertulis ucapan terima kasih karena telah menjaga suami dari Si Pengirim pesan. Sejak saat itu, kecurigaan Hanum mulai muncul. Diangkat dari kisah nyata, Aku Hanyalah Selir ditulis dengan nama tokoh yang disamarkan.
View MorePart 1
Tahun 2011, menjadi sejarah yang membahagiakan dalam hidupku. Bagaimana tidak? Aku telah dipersunting oleh lelaki yang sangat kucintai dan juga mencintaiku. Dia yang kupilih sendiri untuk menjadi imam untuk menuju jannah-Nya. Dia yang kuharapkan akan menapaki mahligai rumah tangga yang indah hingga maut memisahkan kami.
Lelaki yang sangat baik dan perhatian. Aku beruntung memilikinya, meski ia hanya seorang guru di sebuah sekolah SMP swasta, sementara aku sudah diangkat menjadi PNS di sebuah rumah sakit. Pernikahan bukanlah tentang sebuah pekerjaan dan status sosial. Namun, lebih dari itu, kami memiliki komitmen untuk saling melengkapi satu sama lain.
Aku sangat mencintaimu, Mas Fahmi ….
Meski kamu memiliki masa lalu dengan banyak wanita, tapi itu hanyalah masa lalu. Nyatanya, akulah pemenangnya. Aku berhasil mendapatkanmu dan menjadi tulang rusukmu di atas hubungan yang sah dan insya Allah diridhoi Allah.
Dari sekian banyak perempuan di masa lalunya itu, aku tahu, ada satu nama yang kata Mas Fahmi, dia tidak bisa melupakan hubungan di masa lalu. Namun, dia hanyalah mantan. Dia yang selama ini menjaga suamiku untuk menjadi milikku. Meski menjalin hubungan yang cukup lama, tapi mereka tidak bisa sampai pada kata sah di hadapan penghulu dan saksi.
Bukankah akulah wanita yang lebih beruntung?
Ema Rosmala.
Nama yang sering diceritakan Mas Fahmi, dan dia mewanti-wanti agar aku tidak termakan segala bentuk omongannya. Dia memang begitu terobsesi dengan lelaki yang kini menjadi suamiku itu.
Meski dia selalu ada setiap harinya untukku, tapi ada sebuah hari yang ia memintanya secara khusus untuk tidak pulang. Sekalipun pulang, hanya dilakukannya saat sudah larut malam. Jum’at adalah hari yang dipilihnya untuk menjalani bisnis mengantar dagangan baju ke luar kota sekaligus digunakannya untuk berziarah.
Di suatu hari Jumat, Mas Fahmi sakit. Panas tinggi dan tidak bisa bangun dari tempat tidur. Saat itu, pernikahanku dengannya sudah menginjak bulan kedua.
“Kamu tidak antar dagangan ke luar kota ‘kan, Mas?” tanyaku cemas. “Badan kamu panas. Aku khawatir. Kamu istirahat saja di rumah, ya?” ucapku lagi.
Mas Fahmi hanya mengangguk.
Sehari semalam ia sering muntah dan aku siaga menemani dan merawatnya. Ia juga terpaksa izin tidak masuk sekolah.
Di hari Sabtu, keadaannya sudah membaik. Aku bernapas lega. Sempat berpikir yang tidak-tidak tentangnya.
Ketika Mas Fahmi baru saja tertidur kembali setelah minum obat, ponselku berbunyi pertanda ada pesan masuk. Saat itu belum ada w******p.
Aku membukanya dan membaca dalam hati.
[Terima kasih sudah merawat suamiku.]
Aku mencoba mengeja beberapa kali pesan itu. Tidak ada kalimat yang salah kubaca.
Bukankah aku istri Mas Fahmi? Kenapa ada yang mengirim pesan seperti itu padaku?
Tangis bayi membuatku membuka mata perlahan. Meski terasa berat, aku memaksakan diri untuk bangkit. “Aww,” pekikku saat menyadari perutku sakit. “Jangan bangun! Kamu habis dioperasi.” Sayup terdengar seseorang menjawab. Itu suara Bapak. Kepalaku pusing, bumi seakan berputar karena terkena gempa. Pikiran melayang seperti aku terbang di atas taman bunga. Aku berpikir apakah aku akan mati? Lalu aku kembali lupa. Saat terbangun lagi, keadaan sudah lebih baik. Ternyata apa yang kurasakan tadi hanyalah efek bius. “Mas Fahmi mana, Pak?” tanyaku saat melihat bapak duduk di samping ranjang. “Fahmi belum datang,” jawab bapak dengan mata berkaca-kaca. Aku hanya bisa menunduk sedih, ingat kalau sejak pertama kontraksi, Mas Fahmi tidak mendampingi. Selama menikah beberapa bulan dengannya, aku hanya didatangi ke rumah kontrakan berapa hari sekali saja. Sering menjalani kehamilan seorang diri tanpa ada suami yang mendampingi, membuatku merasa kalau pernikahan dengan Mas Fahmi tidak membuat ap
Part 45Pagi itu, Rahmi kembali sehabis membeli sayuran pada tukang sayur keliling. Wajahnya nampak kemarahan yang menyala-nyala.“Kamu kenapa?” tanya Herman saat istrinya sampai di rumah.“Orang-orang menggunjing Ema, Pak,” jawabnya.Herman yang berada di depan mesin jahit menghentikan aktivitas kerjanya. “Apa kita mengalah saja, menemui Fahmi ke rumahnya dan meminta pertanggungjawaban darinya?” ucapnya pelan. Ada rasa tidak ikhlas yang melanda hati saat mengucap kalimat demikian.Rahmi diam di tempat duduknya. “Tidak ada pilihan lain, Pak. Kita tidak bisa membiarkan Ema menanggung semuanya sendiri. Bagaimanapun, anak yang dikandungnya butuh seorang ayah,” katanya seolah setuju dengan apa yang diusulkan oleh Herman.Ema sudah berkali-keli menghubungi Fahmi. Akan tetapi, pria itu sama
Part 44Plak!Sebuah tamparan keras mengenai pipi Ema saat ia baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu. Tubuhnya terhuyung hampir jatuh. Untung saja satu tangannya dengan sigap memegang tembok sebagai tempat bertumpu. Satu tangan yang lain memegang pipi yang terasa panas.“Dari mana saja kamu, anak nakal?” tanya ayahnya dengan wajah yang merah padam penuh kemarahan.“Ema, apa yang kamu lakukan berhari-hari ini? Kemana kamu pergi?” tanya ibunya tidak sedikitpun berminat menolong anak perempuannya yang terlihat kesakitan menahan tangis.“Kalau aku pergi, apa kalian akan peduli?” Alih-alih menjawab pertanyaan dari orang tuanya, Ema malah balik bertanya dengan suara yang sedikit tinggi. Pertanyaan yang seolah menyudutkan orang tua yang sedari dulu tidak pernah menyetujui hubungannya dengan Fahmi.“Kalau beg
Part 43 (Ekstra Part 1)POV HANUMTidak mudah menjalani hari setelah bercerai dengan Mas Fahmi. Kenangan indah, kenangan buruk, datang silih berganti menorehkan sejuta luka. Aku selalu mengatakan pada saudara-saudaraku jika hati ini bahagia dan lega dengan keputusan yang telah kuambil.Namun, tentu saja aku berbohong.Hati wanita mana yang tidak sakit bila harus mengalami kenyataan pahit menjadi seorang selir? Ibarat sebuah sayatan pisau di tubuh yang menancap dalam, tentu saja tidak bisa sembuh dengan seketika. Butuh waktu yang lama, butuh obat yang banyak untuk bisa sembuh, meski setelahnya tetap saja menorehkan bekas.Bak sebuah sayatan tadi, ketika sembuh tetap ada bekas lukanya bukan?Cinta tidak akan hilang begitu saja dalam sekejap, meski orang yang kita cintai telah berbuat hal yang menyakitkan.Perceraian tentu juga
Part 42 (ENDING)Wahyu dan adik-adiknya pulang dengan tangan kosong. Sejak naik mobil dari rumah Hanum, mereka saling diam."Berarti, sudah tidak ada harapan kah bagi mereka untuk bersama? Rasanya aku sangat tidak rela jika Mbak Hanum keluar dari anggota keluarga kita," ujar Dewi memecah keheningan.Santi yang duduk di samping Wahyu, hanya menatap pepohonan di luar yang sekarang berjalan melewatinya."Ya mau bagaimana lagi, Hanum sudah tidak mau bersama kembali dengan Fahmi," sahut Wahyu pasrah."Padahal, Mas Fahmi sedikit terangkat harga dirinya karena menikah dengan Mbak Hanum. Aku seperti tidak rela jika posisi Mbak Hanum digantikan oleh Mbak Ema," kata Dewi lagi.Semua kembali terdiam karena larut dengan pikiran masing-masing. Tidak ada yang mau jika Hanum bercerai dengan Fahmi. Namun, bagaimanapun juga, lelaki
Part 41Wahyu dan adik-adiknya pulang dengan tangan kosong. Sejak naik mobil dari rumah Hanum, mereka saling diam."Berarti, sudah tidak ada harapan kah bagi mereka untuk bersama? Rasanya aku sangat tidak rela jika Mbak Hanum keluar dari anggota keluarga kita," ujar Dewi memecah keheningan.Santi yang duduk di samping Wahyu, hanya menatap pepohonan di luar yang sekarang berjalan melewatinya."Ya mau bagaimana lagi, Hanum sudah tidak mau bersama kembali dengan Fahmi," sahut Wahyu pasrah."Padahal, Mas Fahmi sedikit terangkat harga dirinya karena menikah dengan Mbak Hanum. Aku seperti tidak rela jika posisi Mbak Hanum digantikan oleh Mbak Ema," kata Dewi lagi.Semua kembali terdiam karena larut dengan pikiran masing-masing. Tidak ada yang mau jika Hanum bercerai dengan Fahmi. Namun, bagaimanapun juga, lelaki itu telah bersalah. Siapapun yang berad
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments