Shanara, Gadis cantik, lembut dan baik hati,, tapi lika liku kehidupan nya tak semulus harapan seorang gadis kecil. Untuk menyelamatkan perusahaan peninggalan papa, dia harus rela di jual ibu tiri kepada Om Franky duda kaya beranak 2 yang hampir seusia dengannya, namun keberuntungan sedikit berpihak padanya, melarikan diri dari cengkraman Franky, Shanara memulai hidup baru di kota Adelite, Berkali-kali hampir kehilangan nyawa dan harga diri dia tidak pernah menyerah. Keras nya hidup membuatnya menjadi kebal akan cobaan, Pertemuan kembali dengan kekasih yang telah menyakitinya, Shanara di hadapi dengan dua pilihan. Apakah dia harus tetap di kota ini menjalankan kehidupannya yang mulai membaik, atau memulai kembali dari awal di tempat yang baru?"
view moreShanara terbangun di sebuah ruangan yang asing baginya, tercium aroma disinfectant di udara. Tenggorokannya terasa kering dan seluruh tubuhnya terasa nyeri, Shanara mencoba bangun.
"Jangan..! Anda masih lemah sebaiknya berbaring dulu." Seorang wanita berpakaian serba putih dan topi putih kecil bertengger di kepalanya. "Suster." Apa yang terjadi padaku,,?! Shanara bertanya pada perawat dengan suara parau. "Anda mengalami kecelakaan dan koma selama 4 hari." Ucap suster sembari mengecek selang infus. "Air,,! Suster memberinya segelas air, Shanara lalu meminum beberapa teguk. Dengan bantuan perawat dia bisa duduk bersandar di kepala ranjang rumah sakit itu. Suster,,! Bagaimana saya bisa mengalami kecelakaan,,? " Shanara mencoba mengingat apa yang terjadi. ''Nona tidak mengingat apa yang terjadi?''Shanara mencoba berfikir sejenak, dia benar-benar tidak mengingat apa yang terjadi pada nya, kepalanya terasa sakit. ''Kalau nona tidak bisa mengingat apa-apa, jangan di paksa.'' Saya akan memanggilkan dokter untuk memeriksa keadaan nona. Ucap Suster itu sembari tersenyum lalu meninggalkan Shanara. Sesaat kemudian pintu kembali di buka seorang laki-laki bertubuh tegap dan memakai jas putih masuk di ikuti perawat yang tadi. ''Selamat pagi Nona.'' Apa yang anda rasakan? Dokter itu bertanya sambil mengecek keadaan shanara. ''Um.'' Saya merasakan sakit di bagian kepala dan pinggang dok.'' Ucapnya menjelaskan, memang saat ini bagian pinggang dan kepala terasa nyeri. ''Oh ya! Itu dapat di mengerti karena kecelakaan yang nona alami cukup serius. Tapi Nona tidak perlu kawatir, tidak ada luka dalam. Ucap dokter itu sambil mencatat sesuatu ke dalam note book nya. ''Tapi,, kenapa saya tidak dapat mengingat apapun tentang kecelakaan itu ya dok,,?' ''Apakah nona mengingat siapa nona? Kami tidak dapat menemukan Identitas pada diri nona. ''Iya dok, Nama saya Shanara dan saya mengingat saat itu saya pergi ke sebuah toko di dekat tempat tinggal saya, kemudian ... dia berusaha mengingat-ingat kembali. ''Sudah ! jangan di pakasakan Nona, beri sedikit waktu untuk ingatan nona untuk pulih. bisa mengingat diri nona saja itu lebih dari cukup, Karena itu membuktikan nona tidak ada cidera serius di otak. Ucap Dokter itu sambil tersenyum kemudian melanjutkan.''Saya dokter Edward dan ini Suster Elise, Sekarang nona beristirahat lah dulu, nanti jika butuh apa-apa bisa memanggil Suster Elise. ''Apa nona memiliki keluarga yang bisa kami hubungi? Tanya dokter Edward
''Keluarga..! Shanara termenung,, Dia tidak memiliki siapa-siapa, Ibunya meninggal saat dia masih kecil kemudian ayahnya menikahi janda beranak satu yang hampir seusia dengan nya, saat itu dia berusia 16 tahun, Tante Winnie dan putrinya Maggie sangat baik padanya, Tapi pada saat usianya menginjak 19 tahun Papanya juga menyusul ibunya, dia meniggal karena serangan jantung. Sejak saat itu tante Winnie dan Maggie tidak lagi baik padanya, mereka memperlakukannya mirip kisah Cinderella, sampai Tante Winnie tega menjualnya pada Om-om. Tapi tuhan masih berpihak padanya saat itu dia berhasil kabur dari cekraman Om Freddie yang hendak melecehkannya. Dia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kota tempat kelahirannya itu dan memilih kota Adelite. Dia sudah hidup di kota ini selama 4 tahun, bukanlah perjalanan yang mudah baginya, memulai sendiri dari nol untuk bertahan hidup. Dokter Edward menatap gadis di hadapanya itu dengan penuh tanda tanya, Sebenarnya dia tidak ingin mengganggu tapi sepertinya Shanara tenggelam dalam lamunannya. "Erm,,! Nona Shanara,,? Nona!? Dokter Edward menyentuh bahu Shanara, sentuhan di bahunya itu menyadarkannya dari lamunan. ''Aah..Erm,, Maaf Dokter.'' Saya tidak memiliki keluarga. Ucapnya sambil menunduk, Wajahnya menyiratkan kesedihan. ''Tidak apa-apa, kalau begitu bagaimana dengan nama keluarga dan usia anda,,?'' Tanya Dokter Edward lagi, Walau dia sedikit enggan tapi biar bagaimanapun mereka membutuhkan data gadis ini untuk proses registrasi. Karena untuk sementara waktu gadis ini adalah pasien Zero. ''Oh iya dok, Clerk.. Shanara Clerk.'' Umur 23 tahun Jawabnya ''Baik ! Kalau begitu nona silahkan beristirahat.'' Dokter Edward melangkah menuju pintu keluar namun ketika pintu terbuka seorang wanita paruh baya bersama dengan seorang wanita berusia lanjut baru hendak mengetuk pintu. ''Dokter Edward ! Bagaimana keadaan gadis itu?'' Tanya si Wanita yang lebih tua dengan nada sedikit kawatir. ''Oh nyonya Anderson, Anda datang mengunjungi pasion Zero lagi? Tanya Dokter Edward ketika mengenali si wanita di hadapan nya itu, Nyonya Anderson lah yang telah mengantar nona Shanara ke rumah sakit 4 hari lalu, dan si Nenek selalu datang berkunjung. ''Gadis itu sudah siuman, tapi saya pikir lebih baik membiarkan nya beristirahat dulu. Tegas dokter Edward mengutamakan kesehatan pasiennya. ''Lalu apakah sudah di ketahui identitas gadis itu,,? Tanya nyonya Anderson ''Mari keruangan saya dulu nyonya. Ajak dokter Edward tidak ingin mengganggu pasien dia kemudian menutup pintu ruangan Shanara lalu mempersilahkan kedua wanita itu mengikutinya. Ketika sudah berada di ruang kerja Dokter Edward, Dia mempersilahkan kedua wanita itu duduk di kursi depan meja kerja nya. ''Menurut penjelasan gadis itu dia tidak memiliki keluarga.'' Dia bernama Shanara Clerk dan berusia 23 tahun. Ucap dokter Edward menjelaskan. ''Shanara Clerk, Clerk..! Nyonya Anderson tampak sedang mengingat- ingat sesuatu lalu dia menggeleng karena tidak mengenali nama itu. Sebenarnya dia masih ingin bertanya banyak tentang gadis itu tapi menurut penilaiannya dokter Edward tidak memiliki informasi lebih lanjut untuk nya maka dia urungkan niatnya itu. ''Ma..'' kalau begitu kita pulang saja dulu, besok kita bisa kembali lagi ketika gadis itu sudah lebih baik. Ajak wanita paruh baya di samping nya, Walau usianya sepertinya sudah tidak muda tapi kecantikan nya masih mampu membuat leher para laki-laki terpaksa menoleh. ''Kamu benar Cecille.'' Angguk si nenek lalu berkata pada dokter Edward. ''Dokter Edward.'' Saya serahkan gadis itu dalam perawatan mu, Berapa pun biaya nya tidak perlu di khawatirkan. Ucap nyonya Anderson tegas seraya berdiri. Tentu nyonya..! Jawab Dokter Edward ikut berdiri dan mengantar kedua wanita itu sampai di pintu keluar, setelah mereka menghilang dari hadapannya dia kembali ke meja kerjanya. Dari hari pertama gadis itu di bawa kerumah sakit ini dia tidak merasa khawatir mengenai biaya perawatan gadis itu karena Nyonya Anderson bukan lah orang sembarangan di kota Adelite.Dia merupakan nyonya besar keluarga Anderson, keluarga yang menguasai seluruh dunia bisnis di kota ini. Kekayaaan yang mereka miliki tidak ada yang berani membayangkan dan tidak ada satupun yang berani menyinggung keluarga itu.
Bagi dokter Edward berada di sisi baik keluarga itu akan sangat menguntungkan baginya. Jadi ketika dia melihat Nyonya Anderson mengantar seorang pasien korban kecelakaan dan menyuruhnya menyelamatkan nyawa gadis itu bagaimanapun caranya dia tidak banyak bertanya. Saat Itu Nyonya Anderson yang baru keluar dari rumah sakit menoleh ke gedung putih itu dengan raut masih terlihat kawatir. ''Sudahlah,,,, ma.. ! Aku yakin gadis itu akan baik-baik saja." Bukan kah tadi dokter mengatakan dia sudah siuman dan tidak ada yang benar-benar serius. Ucap Cecille sambil merangkul dan mengelus pundak Nyonya Anderson dengan sikap penuh kasih sayang. ''Aku tau.'' Tapi biar bagaimana pun juga gadis itu telah menyelamatkan nyawa tua ku ini.'' ''Cecille mengerti Ma.." Tapi mama juga harus menjaga kesehatan.'' Bolak-balik ke rumah sakit begini juga tidak baik buat mama.'' Ucap Cecille kawatir ''Maaf telah membuat mu mengkhawatirkan mama.'' Ayo kita pulang ! Ajak nyonya Anderson merangkul lengan Cecille menuju mobil yang lansung di buka oleh seorang pria paruh baya, mereka berdua pun masuk dan mobil mewah berwarna putih itu pun melaju perlahan ke jalan raya.Shanara dapat merasakan nafas mint laki-laki itu yang membuat jantung nya berdegup tak beraturan. Memang benar yang dia ucap kan, ini yang kedua kalinya mereka bertemu dan selalu saja saat dia akan terjatuh dan berakhir dalam pelukan pria itu. "Eeh maaf.'' Ucap Shanara gugup sembari kembali berdiri. Kamu tidak apa-apakan? Tanya laki-laki itu dengan sikap yang amat lembut sambil memperhatikan Shanara dari atas ke bawah untuk memastikan kulit gadis itu tidak terkena kuah panas tadi. " Tidak aku tidak apa-apa.'' Terimakasih! Ucap Shanara sedikit bergetar karena gugup. Untung saja dia tadi bergerak cepat melempar mangkuk itu kesamping karena kalau tidak, tubuh dan wajahnya pasti terkena kuah panas itu. "Sha..'' Kamu tidak apa-apa?" Tanya Oma menghampiri seraya memandang Shanara dari atas ke bawah memeriksa keadaan gadis itu dengan raut panik masih melekat di wajahnya yang mulai keriput. "Ahh..eeh Oma.. Iya.. Maaf telah membuat mu kawatir, tadi Saya terpel
"Sha.." Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Elizabeth ketika dia melihat wajah murung Shanara setelah menatap lekat pada lukisan di ruang tamunya itu. "Aah Oma." Iya Saya tidak apa-apa." Jawab Shanara sedikit gugup. Elizabeth menatap lekat wajah Shanara yang tiba-tiba berubah murung itu. "Apa kamu yakin Sha.?" Tanya Elizabeth untuk memastikan. "Iya oma, maaf sudah membuat oma kawatir, tadi saya hanya teringat masa lalu. Ucapnya menjelaskan. "Oh baiklah kalau begitu kita duduk dan minum dulu.'' Ajak Elizabeth sembari menuntun Shanara menuju Sofa. Sepertinya lukisan itu telah mengingatkan Shanara pada masa lalunya yang sepertinya bukanlah hal yang menyenangkan pikir Elizabeth. Dan dia pun tidak ingin memperpanjang masalah itu. Apa sebenarnya yang di alami gadis ini sehingga dia jadi tampak begitu sedih. Mungkin sebaiknya aku menyelidiki latar belakang Shanara. Pikir Elizabeth, walau status dan latar belakang keluarga tidak begitu penting baginya dan keluarga Ander
Sementara itu di kediaman nyonya Anderson suasana terlihat kembali tenang para pelayan telah selesai mengerjakan tugas-tugas yang di berikan oleh kepala pelayan. "Apa kamu tidak kangen sama Oma?! Sudah hampir dua minggu kamu tidak menjenguk Oma loh! Suara berat Elizabeth terdengar memelas sambil menempelkan handphone ke telinganya. "Pokoknya Oma tidak mau tau, hari ini kamu harus datang menjenguk Oma! Titik!! Elizabeth menggunakan nada sedikit tinggi. Di seberang telepon Gillian tampak kehabisan alasan dia memijit keningnya, dia tau betul jika Oma sudah ngotot maka tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali menuruti kehendak beliau, walau saat ini pekerjaan nya menumpuk. Gillian menghela nafas menyerah, dia lalu berkata " Baiklah oma." Nanti Gillian akan mengunjungi Oma. Mendengar cucu semata wayang nya itu telah se
"Tuan Ryan maaf aku permisi dulu." Jika ada kesempatan kita mengobrol lagi lain kali ucap Danniel memohon diri. Walau dalam hati Ray masih ingin bersama gadis cantik itu tapi dia tau Danniel adalah atasan Shanara dan urusan mereka pasti bersangkutan dengan pekerjaan. "Oh ya, silahkan, aku akan sering berkunjung nanti. Ray mengangguk Shanara menarik lengan Clara yang masih bengong memandang wajah Ray. Ketiga orang itu berjalan menuju area dalam restoran. Pandangan Ray terus tertuju pada punggung Shanara, pikiran dan hatinya di penuhi oleh bayangan gadis itu. Dia pikir baru kali ini ada gadis yang tidak terpana oleh ketampan yang dimiliki Seorang Ryan. Di dalam restoran Danniel mengajak Shanara dan Clara masuk dalam restoran di lantai utama, ruangan itu berukuran sangat luas. "Sha." Sekarang Seaview telah resmi di buk
Teressa tampak mencoba mengingat-ingat ucapan Ray tadi malam, memang benar laki-laki itu tidak memaksa nya, tidak menjanjikan apa-apa padanya dan dia juga berterus-terang dari awal padanya. Tapi dia tidak dapat menerima kenyataan itu, dia ingin dapat menaklukan hati Ray tapi melihat sifat laki-laki playboy itu, apakah dia mampu bersabar dan terus menerus menelan sakit hati. Tapi demi perubahan status dia pikir dia harus berusaha menaklukan sang playboy itu. Saat ini di kota Adelite pria-pria luar biasa yang termasuk golongan top 10 tidak banyak lagi yang tersisa, selain Ray ada dua lagi pria lainnya, dia adalah Jimmy Lewis dan Zander Smith. Keluarga Smith termasuk keluarga kaya top sepuluh, sedang kan keluarga Lewis tidak ada yang tau jelas karena Jimmy Lewis tidak lagi memiliki keluarga. Kabar mengatakan kedua orang tua Jimmy meninggal dalam sebuah kecelakaan dan dia di paksa mengambil
Clara sangat mengagumi kegigihan Shanara dalam bekerja, dia sama sekali tidak tertarik mengunakan penampilan nya untuk menggaet pria kaya demi status dan harta. "Ra! Bagaimana menurutmu?" Tanya Shanara pada Clara yang tampak sedang melamun. Clara sedikit gugup, lalu memperhatikan Shanara dari atas kebawah, Shanara yang kini mengenakan dress motif bunga tanpa lengan sebatas lutut itu tampak jauh lebih muda dari usianya. "Kamu benar-benar cantik Sha." Aku jadi makin iri! Puji Clara yang tampak sangat kagum. "Kamu bisa aja! Sahut Shanara malu-malu. Dia memang jarang mengenakan pakaian-pakaian seperti saat ini, dia lebih senang bercelana pendek dan kaos sedikit longgar. "Bener Sha, kamu terlihat sangat anggun dengan dress itu. Ucap Clara tulus. Shanara memandang dirinya di dalam cermin dia terlihat sep
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments