Anneliese Isabelle, seorang aktris dan model muda yang tengah naik daun, terjebak dalam pernikahan kontrak dengan Aleon Caesar Asmaralaya, seorang CEO muda yang tampan namun dingin dan obsesif. Awalnya, ini hanya kesepakatan bisnis demi menyelamatkan reputasi masing-masing—namun perlahan, batas antara sandiwara dan kenyataan mulai kabur. Isabelle yang sudah punya kekasih rahasia, tak menyangka hidupnya akan berubah total saat Aleon mulai mengontrol hidupnya sepenuhnya. Di balik pesona dan kekayaan Aleon, tersembunyi rencana yang telah disusun sejak lama—dan Isa ada di pusat obsesi itu.
View More“Ternyata kamu mungil, Isa...” suara berat itu berbisik lembut di dekat telinga Anneliese Isabelle.
Isa membalikkan badan dengan terkejut. “Astaga!” Aleon Caesar Asmaralaya, pria muda berjas hitam yang auranya mendominasi, menundukkan kepala sedikit, memperkecil jarak mereka hingga napas hangatnya menyapu kulit Isa. “Are you lost, baby girl?” tanyanya, nadanya sensual, menggoda. (Apakah kamu tersesat, gadis kecil?) Bulu kuduk Isa berdiri. Ada getaran aneh di perutnya. Tapi dia berusaha tetap tenang, menahan ekspresi, dan menjawab datar, “I’m not a baby girl.” (Aku bukan gadis kecil) Posisi mereka amat dekat. Mata Aleon yang gelap menatap Isa dengan nakal, seolah membedah tiap detailnya. Dari jarak ini, kecantikan Isa lebih nyata: hidung mancung mungil, mata bening penuh misteri, dan bibir kecil yang bergetar pelan, seolah udara dingin mempermainkannya. Aleon menelan ludah. Tatapannya turun sekilas ke arah dada Isa yang sedikit menyembul karena gaun malam yang ia kenakan. “Oh iya,” gumam Aleon dengan senyum miring, “Kamu ini ‘ice princess.’ Putri es.” Isa segera melangkah mundur, menjauh, memeluk dirinya sendiri. Melihat itu, Aleon membuka jasnya dan dengan santai menyampirkannya di bahu Isa. “Ternyata putri es bisa kedinginan juga,” katanya geli. “Kupikir kamu itu Elsa.” Isa mengerutkan kening, bingung. “Siapa Elsa?” Aleon membelalakkan mata, seolah Isa baru saja mengatakan sesuatu yang mustahil. “Kamu serius? Tidak tahu Elsa dari Frozen?” Isa menggeleng polos. Tanpa berkata apa-apa, Aleon menarik Isa perlahan ke sisi dinding atap, menghadap kerlap-kerlip lampu kota malam. “Elsa itu karakter utama di salah satu film animasi Disney,” jelasnya, menatap Isa dalam-dalam. “Kamu tahu? Kamu mengingatkanku pada dia.” Isa merasa risih. Tatapan Aleon terlalu dalam, seperti mengenal dirinya. Seolah dia bisa membaca semua ketakutan dan rahasia Isa. “Anda menonton kartun?” tanya Isa, mencoba mengalihkan. Aleon mengangguk polos. “Ya. Frozen bukan kartun biasa. Aku suka Elsa. Dia kuat. Berjuang mengendalikan kekuatannya, menghadapi rasa takutnya, dan belajar menerima dirinya.” Lalu dengan nada santai tapi penuh makna, Aleon menambahkan, “Ngomong-ngomong, aku ini CEO Asmaralaya Production. Aku paham betul dunia hiburan... dan skandal-skandal di dalamnya.” Senyumnya miring. Membuat jantung Isa berdetak lebih cepat. ~~~ Malam itu adalah gala tahunan Asmaralaya Production, acara terbesar di industri. Isabelle melangkah masuk seperti dewi yang tersesat di tengah keramaian manusia. Semua mata tertuju padanya — bukan hanya karena kecantikan yang memukau, tetapi juga karena skandal yang membelit namanya. Satu pasang mata gelap mengamati Isa dari kejauhan. Dia, Aleon. Aleon Caesar Asmaralaya. Ia mendekat perlahan dan berbisik, “Aku yang membeberkan hubunganmu dengan Jared Lionel.” Isa membeku di tempat. Matanya membelalak, menatap Aleon dengan kemarahan bercampur ketakutan. Dengan santai, Aleon mengeluarkan ponselnya, menunjukkan serangkaian foto: Isa dan Jared — berpelukan di parkiran, berciuman di koridor hotel, tertawa berdua dalam mobil. Bukan foto vulgar, tapi cukup untuk menghancurkan imej 'Ice Princess' yang Isa bangun bertahun-tahun. “Apa yang Anda inginkan?” bisik Isa, suaranya pecah. Aleon menyeringai. Bukan senyuman ramah, melainkan seperti serigala yang baru mengunci mangsanya. “Sederhana saja. Aku ingin kita menikah.” Isa membuka mulut, hendak memprotes, tapi Aleon mendekat lebih lagi. Aroma parfum kayu dan scotch menyerang indranya. “Aku ingin kamu menjadi pendampingku. Menjadi istriku. Kita menikah kontrak,” katanya, serius. “Apa?” Isa berbisik, terkejut. Aleon menatapnya tajam. “Aku usulkan pernikahan kontrak ini untuk memperbaiki reputasimu. Dengan begitu, skandalmu dengan Jared akan menguap. Bersamaku, kariermu akan makin bersinar.” Isa mengepalkan tangannya. “Tapi skandal ini ANDA yang buat.” Aleon tersenyum samar. “Kadang, sesuatu yang buruk bisa jadi penyelamat,” katanya pelan. “Aku akan siapkan kontraknya. Malam ini, kita akan tampil sebagai pasangan di depan semua orang.” Isa menatap uluran tangan Aleon. Dalam pikirannya, gambaran kehancuran karier dirinya dan Jared berkelebat. Skandal ini — apalagi dengan foto-foto itu — bisa menghancurkan segalanya. Dengan napas tertahan dan tangan bergetar, Isa akhirnya membalas uluran itu. “Kamu punya lima menit untuk siap,” bisik Aleon di telinganya. “Sebelum hubungan kita resmi diumumkan.” Ia mengangkat dagu Isa dengan lembut. “Kamu pucat sekali, sayangku.” Dalam hati Isa, suara ibunya terdengar samar, “Don't play with fire, Isabelle.” (Jangan bermain api, Isabelle) ~~~ Pagi berikutnya, langit tampak kelabu. Awan-awan berat menutupi sinar matahari, seolah langit sendiri tahu bahwa sebuah takdir kelam telah dimulai. Anneliese Isabelle melangkah keluar dari mobil hitam menuju gedung Asmaralaya Production. Dengan rambut panjang diikat setengah, kacamata hitam menutupi ekspresi tegang di wajahnya. Seorang sekretaris membawanya ke lift eksekutif. “Masuklah, Nyonya Isabelle,” ucapnya hormat. Isa melangkah masuk. Degup jantungnya menggema di telinga. Tak pernah terbayang seumur hidupnya, ia akan memasuki ruang CEO bukan sebagai artis, tapi sebagai... calon istri. Kenangan berkelebat — 16 tahun lalu, saat usianya baru 10 tahun, ibunya mengajaknya ke mall. Hari yang sederhana itu mengubah hidupnya selamanya, saat seorang produser Asmaralaya Production menawarinya menjadi bintang iklan. Kini, di hadapannya, Aleon duduk dengan tenang, menyodorkan sebuah dokumen. PERJANJIAN PERNIKAHAN KONTRAK - KERAHASIAAN TINGGI Isa memandanginya, nyaris tak mampu bernapas. “Kamu tidak bisa mundur sekarang,” suara Aleon terdengar tegas. “Seluruh media sudah tahu. Tandatangani ini. Kita menikah minggu ini. Atau aku pastikan kariermu — dan Jared — tamat.” Aleon menyodorkan pena. Di luar, petir menyambar, mengguncang langit. Isa tahu, ini lebih dari sekadar skandal kecil. Ada sesuatu yang lebih dalam. Sesuatu yang belum ia ketahui. Sebuah rahasia yang bisa mengguncang segalanya. Tangannya bergetar saat meraih pena. Dengan satu goresan tinta, hidupnya berubah. “Bagus sekali,” Aleon berbisik, senyum predator mengembang di wajah tampannya. “Kita akan sangat bersenang-senang, sayangku.” Dan saat Anneliese Isabelle menandatangani kontrak itu, dia resmi menyerahkan dirinya pada Aleon Caesar Asmaralaya. Saat kau bermain api dengan CEO, siap-siap untuk terbakar. "Bermain api bukan tentang keberanian... tapi tentang siapa yang terbakar lebih dulu." Satu tanda tangan. Satu kehidupan baru. Dan satu cinta yang berbahaya. ~~~ “Selamat datang, Mrs. Asmaralaya,” bisik Aleon. Isa menahan napas. Kata itu—Mrs. Asmaralaya—menampar batinnya keras-keras. Ia bukan istrinya. Ini semua hanya tipu muslihat. Tiba-tiba, Aleon melangkah maju, memperkecil jarak di antara mereka. Isa kaku di tempat. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya. “Jangan terlalu tegang,” bisik Aleon lagi di telinga Isa. Napasnya hangat, membuat Isa menggigil. “Di mata dunia… kita hanya pasangan kekasih yang baru saja jatuh cinta.” Isa mengangkat wajah, menatap mata Aleon. mata itu.. bukan sekadar mata seorang CEO baru yang berusia 30 tahun. Ada sesuatu yang lebih dalam. Kegelapan. Ambisi. Dan sesuatu yang berbahaya. “Kamu merencanakannya sejak lama, ya?” tanya Isa dengan suara serak. Aleon hanya tersenyum samar, lalu menggamit tangan Isa. “Kita harus turun ke bawah. Para wartawan sudah menunggu.” Isa ingin menarik diri. Tapi genggaman Aleon terlalu kuat. Dia membimbing Isa keluar dari ruangannya menuju lift, diikuti seorang sekretaris dan asisten pribadi Aleon, menuju lobby Asmaralaya Production. Teriakan jurnalis memecah pagi. “Isabelle! Aleon! Apakah benar kalian berpacaran?” “Kapan kalian mulai dekat?” “Apa ini cinta lokasi? Seorang CEO muda bisa meluluhkan ice princess?” Aleon menarik Isa lebih dekat ke tubuhnya. Tanpa ragu, dia melingkarkan lengannya di pinggang Isa, membuat semua kamera menangkap momen itu dengan sempurna. “Berikan senyuman kecil, baby girl,” bisik Aleon di telinga Isa, begitu pelan, nyaris terdengar seperti rayuan. Isa memaksakan senyum tipis di bibirnya. Di dalam, jantungnya berdegup liar. “Kami baru mulai, dan aku berencana serius,” kata Aleon. Cukup keras untuk didengar wartawan. Jeritan histeris fans langsung bergema. Berita ‘hubungan baru’ mereka menyebar seperti api liar. ANNELIESE ISABELLE DAN ALEON CAESAR ASMARALAYA: PASANGAN BARU DUNIA HIBURAN! KABAR MENGEJUTKAN: CEO MUDA TAMPAN DAN AKTRIS ICE PRINCESS JATUH CINTA?Pagi hari datang tanpa kehangatan. Langit di luar jendela berwarna kelabu, dan angin berembus seperti membawa ancaman tak terlihat. Isabelle turun ke lantai bawah tanpa ekspresi. Rambutnya diikat rapi, wajahnya tanpa riasan. Bahkan dalam keadaan paling lelah sekalipun, ia tetap tampak sempurna—dingin, anggun, dan jauh dari jangkauan. Aleon sudah duduk di ruang makan. Kemeja hitamnya tergulung di lengan, dan satu tangan memegang cangkir kopi. Matanya langsung menatap Isa ketika wanita itu datang. Bukan tatapan hangat. Tapi tatapan milik seseorang yang ingin tahu—apakah ia masih memiliki kekuasaan. “Selamat pagi,” katanya datar. Isa duduk di seberang meja. Tidak membalas sapaan. Ia hanya mengangkat gelas air putih dan meminumnya dengan pelan. “Apakah kamu tidur nyenyak?” tanya Aleon. Isa menaruh gelas. “Tidak. Tapi aku terbiasa tidur di samping ancaman yang membungkus dirinya sebagai pelindung.” Aleon menyipitkan mata. Ia tersenyum kecil. “Jadi aku ancaman sekarang?” “Kam
Isabelle berdiri kaku. Dadanya naik-turun tak teratur, napasnya masih berat setelah konfrontasi Aleon. Kata-katanya menggema terus di kepalanya—tentang ponsel, akses, bahkan manajernya. Ia merasa seolah semua dunia luar telah diputus dengan sengaja. Lelaki itu tak hanya mengendalikan ruangnya, tapi juga pikirannya. Isa berjalan menuju balkon kamar tamu. Udara yang menusuk kulit menyambutnya, tapi itu tak cukup mendinginkan pikirannya yang terbakar amarah. Tangannya mencengkeram pagar balkon besi hingga buku-bukunya memutih. Ia ingin terjun saja, terbang menjauh dari rumah megah yang lebih menyerupai penjara itu. Tapi Isa tahu, bahkan jika ia melompat, Aleon akan tetap menemukannya. “Aku bukan milik siapa pun…” gumamnya. Tapi kata-kata itu bahkan tak terdengar meyakinkan untuk dirinya sendiri. Pintu kamar tamu terbuka tanpa suara. Aleon berdiri di sana, seolah bayangan yang muncul dari udara. “Pagi yang dingin untuk istri yang keras kepala,” ucapnya santai. Isa tidak menjawab.
Kamera terus berputar. Blitz menyala tanpa henti. Aleon dan Isa berdiri berdampingan di red carpet sebuah acara amal yang di sponsori Asmaralaya Industries. Tangannya menggenggam pinggang Isa, sementara senyum Isa nyaris sempurna—jika tak diperhatikan, orang mungkin takkan sadar betap dinginnya matanya. “Sedikit ke kiri, Tuan Aleon! tuan Aleon. satu ciuman lagi untuk kamera!” Isa nyaris menggertakkan giginya. Aleon menoleh pelan padanya, wajahnya menawan seperti biasa—tapi Isa tahu itu hanya topeng. Bibirnya mendekat. “Berikan senyuman manis, Nyonya Asmaralaya,” bisik Aleon lembut, tapi dengan ancaman halus di dalamnya. Isa menarik napas. Lalu ia tersenyum… dan memiringkan wajahnya, membiarkan Aleon mencium pipinya, bukan bibir. Blitz kembali meledak. Aleon tertawa kecil seolah hal itu lucu, padahal Isa tahu, ia sedang menghitung pembangkangannya. Saat pulang ke rumah, Aleon mengajak Isa bicara di ruang kerja. Tapi Isa menolak, bilang dia ingin tidur. Aleon mengikutinya masuk k
“Apa yang harus aku lakukan padamu, Isa?” kata-katanya nyaris tak terdengar saat Aleon memutus jarak di antara mereka, bibirnya mencium bibir Isa dengan penuh gairah. Satu tanagnnya melingkari pinggang Isa, menariknya lebih dekat, sementara tangan satunya, menekan kepala Isa dan segera memperdalam ciumannya. Aleon menarik dan menekan tubuh Isa lebih dekat, membawanya dalam pelukan erat. Aroma vanila dan stroberi yang manis dan memabukkan tercium dari tubuh Isa, merasuki indranya dan memicu hasratnya lebih tinggi. Aleon memperdalam ciumannya, bibirnya melahap bibir Isa saat tangannya yang berada di pinggang, naik ke atas, menangkup payudara Isa, membuat sang empu tersentak, bibirnya yang masih terkurung di bawah bibir Aleon, erangan lembut keluar dari mulutnya.“Aahhh…” Suaranya nyaris tidak terdengar, Aleon tersenyum ditengah-tengah ciuman mereka, membuatnya semakin bergairah dan tangannya yang mulai bermain di payudara Isa. “Aku… aku tidak mau.” Isa melepaskan diri. Pikirannya te
Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Anneliese Isabelle memeluk dirinya di bawah selimut tebal, berusaha mengusir rasa gelisah yang tak kunjung hilang. Ia terus membolak-balikkan badannya, matanya melirik ke arah sofa. Di sana, Aleon Caesar Asmaralaya, CEO arogan itu, tidur terlelap. Bahkan dalam tidur pun wajahnya tetap tampan menyebalkan. Rambut hitamnya berantakan sedikit, napasnya teratur, dada bidangnya naik turun dengan tenang. Isa mendengus tanpa sadar. “Kenapa aku malah memperhatikannya?” Tanya Isa pada diri sendiri.Menghela napas, Isa mencoba kembali tidur. Namun, suara gemuruh dari luar membuatnya tersentak kaget. Refleks, Isa bangkit dari tempat tidur dan sebelum bisa memproses pikirannya, ia sudah berdiri di samping sofa. Aleon masih tertidur.Isa menggigit bibir. “Aku hanya duduk sebentar,” bisiknya tenang. Perlahan-lahan, Isa duduk di ujung sofa, berusaha tidak membuat suara. Tapi entah karena kecapean atau rasa hangat aneh yang menyebar dari tubuh Aleon, Isa
Di penthouse mewah Aleon, Isa menatap pemandangan malam dari balik jendela kaca besar. Dia masih belum terbiasa dengan tempat ini, ruangan yang besar, desain minimalis maskulin, aroma kayu dan rempah-rempah yang samar. Isa kini tinggal di sini, sebagai istri kontrak Aleon. Walaupun, di depan media, mereka hanya sepasang kekasih biasa. “Kalau kamu mau tinggal di tempatmu sendiri, itu melanggar kesepakatan,” kata Aleon tiba-tiba dari balik punggungnya.Isa menoleh. Aleon berdiri di sana, hanya mengenakan kemeja putih santai dan celana panjang hitam. Tampak santai… tapi tatapannya mengunci Isa seperti belenggu. “Kita harus terlihat seperti pasangan sungguhan. Tinggal bersama bagian dari kesepakatan,” lanjutnya.Isa mengepalkan jemarinya. “Ya,” jawabnya datar.Aleon melangkah mendekat. Tangannya terulur, mengambil sehelai rambut Isa yang lepas dari ikatannya, lalu menyelipkannya ke belakang telinga perempuan itu. Gerakannya lembut, nyaris… mesra.“Aku tidak akan menyentuhmu,” kata Ale
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments