Boneka Tawanan Sang Penguasa

Boneka Tawanan Sang Penguasa

last updateLast Updated : 2025-04-25
By:  AeStar's RubyOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
103Chapters
676views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Dengan tanpa kasihan, Camila dipaksa menikah dengan Victor sebagai peredam kebencian oleh keluarganya. Victor membenci keluarga Camila karena mereka telah membunuh calon istrinya. Bisakah Camila meredakan kemarahan dan memenangkan hati Victor? Ataukah Camila akan merasakan api neraka dalam rumah tangganya bersama Victor? "Meski kau sujud memohon aku tidak akan pernah mengampuni keluargamu!" Mari kita saksikan kisah menarik ini di Goodnovel

View More

Chapter 1

1. Jaga Tubuhmu

"Akh ...!"

Satu tamparan melayang di pipi Camila dengan kuat. Darah mengalir dari sudut bibir Camila yang meringis kesakitan, tapi tidak begitu dengan pelaku. Pria itu malah tersenyum senang melihat Camila kesakitan.

Victor Aryasena menjambak rambut Camila dan membuat wanita itu terus mengerang kesakitan, memperhatikan luka merah yang dia lukis di wajah Camila, seketika Victor langsung merasa kelegaan yang teramat setelah menyakiti calon mempelainya.

"Astaga, maafkan aku. Harusnya aku tidak melukai wajahmu karena besok hari pernikahan kita," ledeknya.

"Tuan, aku mohon jangan lakukan ini. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa tentang apa yang Anda bicarakan itu ...," ringis Camila memegangi tangan Victor yang menjambak rambutnya di belakang.

Bukannya iba, Victor malah terkekeh melihat pembelaan dari Camila yang dia yakini hanya sebuah alasan kosong. Bagi Victor, Camila terlihat seperti gadis yang sedang berpura-pura lugu.

"Bahkan mereka membiarkan aku menyicipimu sebelum pernikahan denganku." Victor mendongak ke atas, menatap langit-langit kamar dan tangannya masih setia menggenggam kuat rambut Camila.

"Bagaimana? Bukankah kita bisa memulai ini, Camila? Tanggalkan seluruh pakaianmu, agar aku bisa melihat apakah kau cocok untuk bersanding denganku!" pinta Victor yang terdengar seperti perintah paksaan tanpa penolakan.

Camila gemetar memegangi gaun bagian dadanya. Takut jika tiba-tiba Victor membuka pakaiannya dengan paksa dengan tangan satunya memegangi tangan Victor yang menjambak rambutnya.

"Tuan ... aku mohon jangan lakukan ini. Jika hanya karena itu, aku bisa menjadi istri yang baik untuk Anda, tapi tidak sekarang dan lagi, aku tidak pernah tahu soal Selena, akh ...!"

Victor menguatkan juga menarik rambut Camila semakin ke belakang membuatnya berkali-kali meringis kesakitan. Camila tidak kuat lagi, pertahannya pecah dengan air mata yang mulai mengalir. Berharap semua cepat berlalu dan dia tidak menerima rasa sakit lebih dari yang dia rasakan sekarang.

"Jangan berani-beraninya kau menyebut nama Selena dengan mulut kotormu itu, aku akan membuatmu menyesal jika melakukannya lagi." Victor menatap tajam Camila membuat nyali wanita itu semakin menciut.

Camila menundukkan kepalanya, dia berharap bisa pingsan saat itu juga. Namun sayangnya adrenalin terus memacu jantungnya untuk berdetak dikelilingi rasa takut yang membuatnya selalu merasa orang yang disalahkan.

"Aku bilang tanggalkan pakaianmu!" teriak Victor menggelegar.

Camila bergetar, takut, juga cemas hingga membuatnya membeku tanpa bisa mencerna dengan baik perintah dari Victor. Melihat Camila yang tidak kunjung melakukan perintahnya, dengan inisiatif, Victor menarik pakaian Camila hingga tubuh ringkih di hadapannya ikut tersungkur ke arah tarikan.

Camila jatuh di ranjang dengan gaun yang sudah terobek setengah, barulah Camila sadar dan berusaha untuk mencegah Victor menelanjanginya lebih. Tangan Camila meraih tangan Victor yang bergerak lancar merusak semua penghalang.

"Aku mohon hentikan, aku bersalah! Maafkan aku, maafkan keluargaku. Maafkan semua yang terjadi jika menyakitimu!" Akhirnya kata itu muncul sebagai bentuk perlindungan diri Camila.

Victor terkekeh meledek. "Kau bilang tidak tahu, tapi sekarang kau meminta maaf seakan sudah tahu apa yang telah keluargamu lakukan pada calon pengantinku sebelumnya," katanya sambil menyeringai.

Sungguh bukan itu maksud Camila. Dia hanya tidak memiliki jalan lain selain meminta maaf dan menerima semua yang Victor tuduhkan padanya, walau dia tidak tahu apa-apa, sekarang perkataan itu justru memakan dirinya.

"Bu-bukan begitu. Aku hanya mencoba untuk membuatmu tidak marah karena aku tidak tahu harus berkata apa lagi," kilah Camila.

Victor menggeleng disertai senyuman meledek. "Tidak, Camila. Kau, keluargamu, semua orang yang ada di dekatmu, aku sama sekali tidak mempercayai kalian. Kau hanya beralasan saat aku bertanya dan kau akhirnya memberikan pengakuan saat aku menyakitimu," ucap Victor penuh penekanan.

Sekarang Camila benar-benar tanpa sehelai benangpun membuat Victor bisa melihat semuanya dengan jelas. Tubuhnya, luka di sudut bibirnya dan air mata yang membasahi pipi, serta ketakutan yang terlancar jelas di mata Camila, membuat Victor ... bergairah.

"Layani aku, puaskan aku. Aku akan memberi keluargamu bonus jika kau berhasil melakukan itu." Victor menatap kedua bola mata yang sendu juga bergetar.

"Tuan ... kita belum menikah, jadi aku mohon—"

"Simpan semua alasan untuk penolakanmu itu, Camila! Bukankah aku pantas mendapatnya setelah semua yang terjadi?! Aku pantas sedangkan setelah kalian melakukan hal itu padaku! Bahkan keluargamu sendiri yang menyajikanmu padaku, jadi kenapa aku tidak boleh memakan hidangan milikku?!"

Setiap kata dari Victor membuat Camila tidak hanya takut, tapi juga sakit hati. Camila tidak merasa diperlakukan seperti manusia yang seharusnya dan Camila juga membenci keluarganya yang telah mendorongnya melakukan pernikahan dengan Victor.

Camila bukanlah seorang manusia di mata Victor, apalagi seorang istri. Camila hanya alat untuk memuaskan dendamnya karena kehilangan kekasihnya, sebagai alat penebus dendam Victor terhadap keluarga Wibisana.

Perlahan pertahanan Camila melemah karena setiap kata manipulatif dari Victor mampu menanamkan trauma, juga memanipulasi otak Camila kalau dia adalah seorang yang harus tunduk terhadap kekuasaan yang sedang Camila hadapi. Victor juga tanpa seperti Camila yang tidak mengenakan apa-apa.

"Tapi, bisakah aku diperlakukan dengan lebih baik ...?" lirih Camila dengan sedih.

Melihat penderitaan yang Camila alami membuat Victor merasa lega setiap kali air mata Camila tumpah. Victor merasa kalau dendamnya sedikit demi sedikit terbalaskan.

"Bisa, setelah ini aku akan memperlakukanmu dengan baik, tapi di dalam mimpimu."

Camila memejamkan matanya, tidak ingin melihat dirinya sendiri yang menyedihkan disentuh oleh Victor. Setiap sentuhan Victor melewati sekujur tubuhnya membuat Camila berharap ingin mati saja saat itu jika tidak bisa melarikan diri.

Sudah terenggut ciuman manis dari bibir ranum Camila, sudah terenggut. Dan Victor tidak membiarkan sekecil apa pun wilayah tubuh Camila belum dia jajah, dia memastikan semuanya sudah terjamak dan puncaknya adalah merobek selaput dara. Camila terkejut, refleks membuka mata dan berteriak. Tapi justru siksaan itu membuat Victor tertawa.

"Ini tidak seberapa, Camila. Tidak seberapa dengan apa yang keluargamu lakukan pada Selena. Kalian membunuhnya hanya karena ingin menjadi bagian dari Aryasena, dengan licik kalian tidak meninggalkan jejak sedikitpun dan itu tidak bisa membuatku menjatuhkan kalian.

Tapi aku berbaik hati pada kalian dengan menikahimu, mewujudkan impian keluargamu yang ingin kau jadi istriku, Camila. Betapa baiknya aku membalas air tuba kalian dengan air susu. Sayangnya, dengan cepat air susu itu akan menjadi darah."

Napas Camila tercekat. Dia sama sekali tidak diberitahu kalau keluarga membunuh kekasih Victor. Camila hanya diberitahu dia harus menikah dan menjadi bagian dari Aryasena.

Victor merasakan sensasi aneh dan melihat ke bawah, dia melihat noda kemerahan di area miliknya. Suatu hal yang tidak pernah dia sangka sebelumnya karena Camila masih seorang perawan.

"Kau masih perawan rupanya? Setidaknya ini harga yang sepadan untukku. Aku jadi mempunyai alasan untuk tetap menikahimu dengan alibi bertanggung jawab karena merengut mahkotamu," bisik Victor membuat Camila merinding.

Sekali lagi Victor mencium Camila, merasa sebuah ciuman itu bukanlah cinta melainkan penghinaan terhadapnya dengan dalih akan menikah dan bertanggung jawab. Camila membuang tatapannya ke arah lain karena tidak sanggung beradu pandang dengan Victor, apalagi melihat pria itu menyentuhnya.

"Sakit ...," rintih Camila.

"Wajar saja, kau terasa sangat sempit."

Victor memainkan temponya. Bukan kenikmatan yang Camila rasakan, melainkan sebuah siksaan menyakitkan yang dilakukan calon suaminya sendiri. Tanpa ampun, tanpa belas kasih.

"Tuan, aku mohon berhenti! Ini sakit ... lepaskan aku. Tolong!" jerit Camila meronta-ronta.

"Tidak. Jikapun kau bersujud setelah ini, atau mati. Aku tidak akan berhenti hanya karena kau memintanya. Aku akan berhenti sesuai kemauanku dan itu tidak berdasar atas keinginanmu. Ingat, Camila. Kau hanya alat agar aku bisa menyiksamu, aku harus membalas apa yang dirasakan Selena dan Selena akan tenang setelah aku puas membalas dendam."

Camila sudah tidak bisa merasa apa-apa selain rasa sakit juga panas. Suara penyatuan antara mereka terdengar hingga memenuhi ruangan. Camila bisa mendengar Victor sesekali menggeram dan mendesah, tapi juga sesekali mengejeknya dengan seringai licik.

"Berhenti ... akan aku lakukan apa pun agar aku bisa diperlakukan dengan baik. Anda salah paham, Tuan Victor. Semua tidak seperti yang Anda kira. Beri waktu aku menjelaskan semuanya." Napas Camila sudah terengah, tapi dia berusaha mengatakannya.

"Tuan ...," lirih Camila lagi.

"Jangan mengaturku, Camila! Kau tidak punya hak apa pun untuk meminta waktuku agar mendengarkanmu! Tidak ada hak dan tak ada kapasitasmu memintaku untuk menuruti kemauanmu, jadi terima saja takdirmu. Tidak, bukan takdir, tapi permintaan keluargamu yang sukarela menyerahkanmu padaku dan aku hanya memungutmu!" ucap Victor dengan nada tegas dan tatapan tajam.

"Tuan, aku mohon. Sakit ...." Air mata sudah menderai, bahkan rasa sakit, perih, bercampur malu sudah menjadi satu.

Victor mencium kembali, mencoba memberikan tanda kepemilikan dengan brutal di leher Camila. Victor menatap reaksi Camila setelah memberi tanda, ekspresi terluka Camila membuat Victor menjadi lega.

"Beritahu perias pengantin nanti untuk menutupi bekas tamparan itu dan jangan perlihatkan wajah buruk seperti itu dihari pernikahan kita," kata Victor sambil menyambar pakaiannya di bawah dan memakai di depan Camila.

Camila masih diam membeku seakan masih tidak bisa menerima apa yang terjadi barusan. Victor beringsut untuk mendekat ke Camila lagi, masih tidak ada reaksi dari Camila yang tatapannya kosong.

Victor menangkup kasar wajah Camila dengan satu tangannya dan membisikan sesuatu. "Besok harusnya pernikahanku dengan Selena, tapi dengan lancang keluargamu mengusahakan pernikahan denganmu, jadi jangan bersikap selayaknya korban, Camila."

Victor menghempas wajah Camila, kemudian. Beranjak dari ranjang dan melangkahkan kakinya menuju ke arah luar kamar. Victor membuka pintu perlahan, kemudian berbalik lagi menatap Camila.

"Jaga tubuhmu baik-baik sampai besok, sebelum aku menyakitinya lagi."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Siti Adira
novelnya menarik .. tp harap tidak terlalu panjang ... jalan ceritanya best
2025-05-08 04:31:32
0
103 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status