Cinta di Bawah Langit Cordoba

Cinta di Bawah Langit Cordoba

By:  Syiffanis Amaar  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
20Chapters
445views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Mustafa Afsheen tak pernah menyangka bahwa dirinya akan mengalami perjalanan waktu. Ia tumbuh dan besar di Cordoba pada zaman kekhalifahan umayyah saat kekuasaan islam masih berjaya di Andalusia / Spanyol. Melalui kristal yang ia dapat dari seorang teman, ia tersedot masuk ke zaman modern dimana kekuasaan islam sudah sepenuhnya berganti dan islam menjadi agama minoritas di negara itu. Selama berada di Zaman yang baru, Afsheen bertemu dengan seorang gadis bernama Elisa, gadis asli Indonesia yang studi biola di negara tersebut. Seiring berjalannya waktu, Diam-diam Elisa menaruh hati pada Afsheen, sayangnya hati Afsheen masih terbelenggu atas cintanya kepada Aeyza, gadis di masa lalunya, dan ia berharap bisa kembali ke Zamannya. Lalu bagaimana dengan hati Elisa kepada Afsheen? Akankah Elisa merelakan perasaanya, dan Ikhlas jika Afsheen kembali ke masa lalu bersama gadis yang dicintainya? Ataukah Afsheen lebih memilih tinggal dan membalas perasaan Elisa? Simak kisah lengkap mereka.

View More
Cinta di Bawah Langit Cordoba Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Aksara Dee
karya author satu ini emang paling the best dehh ...
2023-03-30 11:32:30
2
user avatar
Syiffanis Amaar
recomended ceritanya
2023-03-15 15:02:54
2
20 Chapters
Prolog
Musim Panas, Cordoba 1009 Masehi."Ayo kita pergi dari tempat ini nak, keadaan sangat buruk!" cetus seorang ayah kepada anak laki-laki disebelahnya.Anak laki-laki itu hanya mematung, kedua sorot matanya menatap pada segerombolan pasukan militer yang menghancurkan tiang-tiang kokoh bangunan Istana Madinah Al Zahra.Keringat dingin bercucuran, jantungnya terus berdegup dengan keras, usianya tujuh tahun, ia tak mengerti mengapa para pasukan militer itu begitu beringas menghancurkan istana yang sudah susah payang dibangun sang khalifah.Angin bertalu, menghembuskan hawa panas ke permukaan bumi, menyapu debu, meniup pohon – pohon palem, lalu pergi ke utara, menghilang tanpa jejak.Matahari menyala diatas petala langit, menyambarkan sinarnya bak lidah api berkilat-kilat membuat gedung di sepanjang jalan itu seolah meleleh,Segerombolan pasukan militer berpakaian tempur membawa senjata, menaiki kuda-kuda bertubuh gagah, lewat di hadapannya. Tujuan mereka satu, menangkap sang Khalifah boneka
Read more
Chapter 1
"Hey, Detener!"Teriak gerombolan pria berjaket kulit hitam dalam bahasa Spanyol sambil mengejar seorang gadis bermantel merah di depannya. Langkah kaki mereka serempak diayunkan, membuat langkah kaki gadis itu semakin kencang berlari. Elisa Noura tak pernah menyangka dirinya akan terlibat dalam situasi ini, ia pun tak mengenal para pria yang mengejarnya di belakang. "Ya Tuhan, kali ini apa salahku!" gumamnya sambil terus berlari. Cordoba tengah memasuki puncak musim dingin, buntalan tipis seputih kapas itu turun dari langit, jatuh ke atap gedung, rumah, pepohonan hingga menyepuh Cordoba bagai berselimut putih nan menawan. Pohon maple di tepi jalan bergoyang saat harmoni dari musisi jalanan di sepanjang sungai Guadalquivir mengalun, membentuk simponi yang indah.Elisa terus berlari,deru nafasnya terengah dan wajahnya memerah lantaran suhu udara mencapai minus lima belas derajat celcius, kepul asap putih keluar dari hidungnya seiring dengan semakin kencang ia berlari. "Ayo cepat, s
Read more
Chapter 2
"Ini Apartemenku! Kau salah masuk Apartemen!" tegas Afsheen lagi dengan menurunkan sedikit nada bicaranya.Elisa terdiam, ia nyaris tak berkedip saat melihat mata biru Afsheen seakan bersinar, indah sekali, berpadu dengan bentuk wajah oval yang memesona, sudah barang tentu Elisa yakin pria didepannya ini adalah keturunan asli warga Eropa bercampur darah Timur Tengah. Merasa diacuhkan, Afsheen mengibaskan tangan didepan wajah Elisa, "Hei, kau dengar aku?" lanjutnya lagi. Elisa terksesiap, ia berkedip dan tersadar bahwa dia memang salah masuk apartemen. Di garuk kepalanya yang tidak gatal seraya berkata,"Maafkan aku, tapi bolehkah aku menumpang disini sebentar? Aku janji tidak akan merepotkan." pinta Elisa setengah memohon. Afsheen langsung mengerutkan dahinya, "Menumpang? Kau? Oh tidak, tidak! Aku tidak akan membiarkan orang asing menumpang di kediaman ku." balas Afsheen sambil menggeleng. Elisa berpaling lagi dari sisi Afsheen menuju interkom di samping pintu masuk. Tiga orang
Read more
Chapter 3
'Kau tidak boleh menyentuh apapun di apartemen ini!' kira-kira begitulah kalimat yang diucapkan Afsheen sesaat sebelum pergi dari hadapannya. Elisa hanya menggerutu kesal sambil berlalu dari depan intercom. Kedua matanya memandang seisi apartemen Afsheen yang indah, tak ada barang-barang mewah yang mengisi apartemen seindah ini, hanya ada guci kuno, keramik, piring porselen yang tersusun di atas lemari samping tempatnya berjalan. Elisa mengamati satu persatu benda-benda itu, menyentuhnya dan seketika tersenyum. Guci kuno di depannya ternyata jauh lebih indah saat dilihat dari dekat. "Hoam… " Elisa menguap. Ia mulai merasa bosan. Dihampirinya lemari buku yang terletak di ruang tengah. Sudah hampir satu jam ia menunggu, Afsheen tak kunjung kekuar dari kamar. Ia menaruh biola kecil di punggungnya ke atas meja, lalu beralih ke depan rak buku, mencari beberapa buku yang mungkin bisa di bacanya. Elisa membaca satu persatu buku yang tersusun di rak itu, sayangnya, tidak hanya ada dereta
Read more
Chapter 4
“Apa kau baik-baik saja?” tanya Elisa saat menyadari Afsheen tiba-tiba diam.“Tidak,aku tidak apa-apa,” Jawab Afsheen pelan sambil menggeleng pelan kepalanya. Ia juga merasa heran mengapa bayangan buram itu tiba-tiba mengganggu pikirannya. "Alku mengizinkanmu tinggal, namun peraturanku masih berlaku, kau tidak boleh menyentuh apapun, entender? ”“Etender, sir” Jawab Elisa sumringah. Tanpa menghiraukan, Afsheen berbalik, melanjutkan langkahnya keluar dari Apartemen.Saat tiba di luar Apartemen dan melihat langsung ketiga orang yang sebelumnya hanya terlihat dari layar Intercom, ia kemudian berlalu. Bisa saja ia menyuruh mereka pergi dan mengancam akan melaporkan kepihak berwenang dengan dalih mengganggu kenyamanan penghuni Apartemen jika ketiganya menolak. Namun lagi-lagi itu bukan urusannya. Ia tidak ingin terlibat satu masalah apapun dengan orang asing. Sekitar dua puluh menit lalu ketika Ia masih berdiam di kamar, seorang editor dari kantor penerbitan Espiel Press menghubungi, memi
Read more
Chapter 5
"Whoa… lengkap sekali… " gumam Elisa ketika membuka kulkas di dalam apartemen Afsheen. Beberapa saat lalu, begitu Afsheen pergi, tenggorokan Elisa terasa kering, ia harus meminun beberapa teguk air untuk membasahi tenggorokannya. Jadilah, ia berjalan menuju dapur, membuka kulkas yang ada disana, Lagi-lagi kedua matanya melebar saat melihat begitu banyak sayuran, buah, lauk pauk yang disimpan didalam lemari es oleh pria itu. "Ada jamur champion, wortel, sawi, dan bakso." gumamnya sambil mengambil semua sayuran itu satu persatu. Elisa tersenyum, ia rasa, jika ia masakkan sesuatu untuk Afsheen, pria itu akan memaafkan atas kesalahannya hari ini. "Aku akan buatkan masakan yang lezat untukmu." gumam Elisa lagi. Bergegas ia mengambil semua bahan yang diperlukan untuk memasak, bumbu dan berbagai lauk pauknya, hingga semua bahan itu ludes dari dalam kulkas. Alunan musik Pop dari ponselnya berbunyi nyaring, tanpa sadar Elisa sudah memasak begitu banyak menu makanan. Didalam fikirannya,
Read more
Chapter 6
Sekitar jam 14.30, Afsheen tiba di Apartemennya, sepanjang perjalanan tadi, tak henti otaknya berpikir tentang alur cerita yang diminta Erick. Kisah yang tak ada sad ending di dalamnya. Ia menghela nafas, hingga kepul asap putih keluar dari bibir dan hidungnya yang kedinginan. "Aku penasaran, mengapa mereka masih berada di tempat ini." gumam Afsheen ketika melihat tiga orang yang sebelumnya hanya ia lihat dari intercom Apartemen berdiri di lorong tidak jauh dari apartemennya. Tanpa ragu, ia pun mendekat, “Disculpe ada yang bisa saya bantu?, saya lihat kalian terus di sini sejak beberapa jam lalu,” ucap Afsheen pada seorang pria berkepala botak. Pria berkepala botak itu merespon keberadaan Afsheen. “Kami mencari seorang wanita, terakhir kami lihat dia masuk ke gedung ini dan kami yakin dia ada di salah satu Apartemen,” jawabnya.“Wanita?, Apa kalian yakin dia masuk ke gedung Apartemen ini?” tanya Afsheen lagi. Sebenarnya ia juga penasaran alasan ketiga pria ini mengejar gadis itu
Read more
Chapter 7
Elisa menarik nafas saat kakinya menginjak masuk Apartemen. "Kenapa mesti teriak-teriak, dia kan bisa bilang baik-baik!" gerutunya begitu menutup pintu apartemennya sendiri. Ia beruntung, sebab tiga orang yang berjaga di Koridor depan sudah tidak ada, hingga dirinya bisa kembali dengan selamat. Elisa mendesau kesal sambil menyandarkan tubuhnya ke balik pintu yang tertutup, ia teringat tatapan pria tadi dan beberapa perkataannya sungguh berbekas di hati. Elisa baru tinggal di Apartemen ini sekitar satu minggu sejak pindah dari perkampungan kecil di pelosok kota Cordoba. Ia sempat tinggal selama setengah tahun disana namun belakangan kedua orang tuanya meminta ia pindah ke Apartemen ini demi kenyamanan, transportasi umum dari tempat tinggal Elisa sebelumnya terbilang sulit. Elisa beranjak dari depan pintu menuju kamar. Kring... Kring.. Belum sempat ia merebahkan diri, ponsel yang ia diletakkan diatas meja berdering. Panggilan dari sang ibu, buru-buru Elisa menjawab.“Halo mam,
Read more
Chapter 8
Pagi masih buta, awan kusam bergelayutan dilangit. Namun penduduk kota itu berhamburan kesana kemari, wajah mereka panik, berlari memasuki rumah satu persatu, berteriak teriak histeris...“Prajurit datang.....!” teriakan itu memperingatkan penduduk lain agar segera bersembunyi. Hentakan kaki kuda di atas tanah semakin riuh terdengar, dari arah barat, pasukan berkuda prajurit lain datang menyerbu pasukan prajurit yang berdiam di kota itu. Dalam beberapa menit saja keduanya bertemu, peperangan tidak bisa dihindarkan. Pedang pedang laras panjang mereka menyerang musuh-musuh yang ingin merebut daerah kekuasaan, darah segar muncrat dari tubuh-tubuh lunglai yang terhunus pedang, bau darah langsung tercium dan pedang-pedang mereka terlapisi cairan merah berbau anyir.Seorang anak laki-laki mengintip dari balik tirai rumah, melihat peperangan yang sering terjadi akhir-akhir ini, tubuhnya gemetar hebat, air matanya tak kuasa mengalir, bibirnya mengatup kuat-kuat. “Athif, cauteloso” Ucap Seor
Read more
Chapter 9
Elisa masuk ke apartemen 10 menit kemudian setelah Rheina dan Andrian. Mereka tidak bingung lagi dengan kode apartemen Elisa, tanpa di tanya pun jawabannya tetap sama, tanggal lahir gadis itu. "Kenapa lama sekali, kami menunggu sejak tadi," ucap Andrian agak kesal. Dengan wajah penuh peluh Elisa menjawab, "Ada urusan sebentar tadi," "Urusan dengan pria di depan tangga itu? Apa dia pacarmu?" kali ini Rheina menyambung. Elisa hanya tersenyum, ia tidak ingin membayangkan hal itu. "Bukan, dia bukan pacarku," jawab Elisa sambil meletakan tas ke lantai. "Baguslah, kurasa dia terlalu tampan untuk menjadi pacarmu." ucap Rheina lagi sambil berjalan menelusuri ruangan. Elisa hanya mencibir, seharusnya mereka bersyukur ia masih mau menjemput di Bandara, jika saja ia tidak punya hati untuk kedua kakaknya, ia tidak akan menjemput mereka, apalagi ia malah harus membawa sendiri tas besar milik mereka. “Aku mau kau mengenalkan aku dengan pria itu,” pinta Rheina dengan kedua tangan berse
Read more
DMCA.com Protection Status