Balasan Untuk Suami Pelit

Balasan Untuk Suami Pelit

By:  Jingga Rinjani  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
58Chapters
51.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Menjalani pernikahan karena perjodohan, nyatanya membuat Rania benar-benar menyesal telah menerima usul dari sang ayah. Menjalani hidup dengan mertua pelit dan juga suami yang penuh dengan kepalsuan, sungguh membuatnya muak. Lihat lah, bagaimana Rania membalas keluarga pelit itu!

View More
Balasan Untuk Suami Pelit Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Beben Katro
jos dan menghibur
2023-11-25 13:12:30
0
user avatar
Ahmad Muhmmad
lanjut bab berikut nya thor
2022-11-21 07:14:04
0
user avatar
Rio Nandhitama
lanjutt thor
2022-11-12 01:29:03
0
58 Chapters
Bab 1
"Mas hari ini kayaknya bakal pulang telat, Dek. Ada meeting. Kamu tidur aja duluan.""Iya, Mas.""Ini uang lembur Mas bulan ini. Dapat sejuta, kita bagi dua, ya?" ucapnya sambil menyodorkan lima lembar berwarna merah."Alhamdulillah, makasih, Mas," ucapku."Sama-sama. Jangan boros-boros, ya."Aku mengangguk, kata-kata itu memang sudah menjadi andalannya setiap kali memberi uang yang tak seberapa ini. Namun, aku tetap bersyukur.Aku mengantar Mas Arga, setelah mobilnya tak kelihatan lagi, aku berbalik masuk ke dalam rumah."Raina!" teriak Ibu mertuaku."Huh, ini masih pagi, Bu. Kenapa harus teriak, sih?" gumamku sambil berjalan menghampirinya."Kenapa, Bu?" tanyaku."Raina, kamu mau bikin ibu diabetes? Ini manis sekali!" "Maaf, Bu. Raina lupa memasukkan gula kebanyakan," jawabku."Berapa sendok yang kamu masukkan?" tanyanya."Dua sendok, Bu," jawabku lagi."Apa? Pantas saja teh ini terasa begitu manis!"Aku memutar bola mata. Malas rasanya. Sudah dua tahun menjadi menantu di keluarga
Read more
Bab 2
Kusunggingkan senyum, atau lebih tepatnya, aku memaksakan senyum palsu pada Ibu meskipun hatiku perih. "Kan mau masak, Bu. Ibu ga mau makan emang?" Ibu melengos lalu pergi tanpa menjawab pertanyaanku.Kulanjutkan masak sambil menikmati perih di hati. Tidak! Jangan sampai ada air mata yang mengalir untuk keluarga licik ini! "Mbak! Bikinkan aku jus jambu, ya!" pinta Megan, adik iparku saat memasuki rumah."Assalamu'alaikum dulu, Gan. Baru ngomong," ucapku sambil menumis bumbu. "Alah, gausah sok ceramahin deh. Urusin aja tuh, kenapa Mbak nggak hamil-hamil padahal udah dua tahun nikah sama kakakku!" Ya Allah!Dia masih SMA, usianya bahkan belum genap tujuh belas tahun, tapi ucapannya sungguh menusuk hati. Kutekan dada yang terasa perih. belum usai sakitku karena kenyataan Ibu yang tak menyetujui pernikahan kami dari awal, ditambah dengan perkataan Megan yang begtu menyinggungku.Meski aku sakit hati pada Megan, tetap kubikinkan juga, Biasanya, Ibu akan marah kalau aku bikin jus jambu
Read more
Bab 3
Aku langsung terduduk saat Ibu masuk ke dalam kamarku. "Enak banget sore-sore tiduran. Itu halaman belum disapu!" "Tapi, Bu, Raina juga habis beberes. Baru juga selesai. Ini lagi ngelurusin pinggang." "Pinggangmu dah lurus! Badan kerempeng gitu. Makan yang bener, makanya!" ketusnya. Aku terdiam, lalu membatin, 'Katamu aku kurus? Iya kurus, kalau dibandingkan dengan badan Ibu yang lemaknya di mana-mana itu!' "Astaghfirullah!" Aku beristighfar, supaya hati adem dan gak lagi menggerutu dalam hati. "Apa kamu sampe nyebut gitu?" "Nggak, Bu. Iya, Raina lupa kalau halaman belum disapu. Nanti Raina sapuin, ya, Bu." Ibu melengos pergi tanpa menjawab apapun. Baguslah! Setidaknya itu lebih baik daripada harus nyerocos terus. Sebenarnya, kalau mereka bisa menghargai dan menganggapku ada di sini, aku juga tak mau bersikap seperti ini. Aku juga masih takut dosa. Tapi, jika aku tetap mengalah seperti yang lalu-lalu, bukankah mereka akan semakin senang menindasku? Malam hari. Aku
Read more
Bab 4
"Mas Ikbal?" "Lho, Raina?" Aku tersenyum. Dia adalah kakak iparku. Suaminya Mbak Dania, kakak Mas Arga. Selama ini, hanya dialah orang yang mengetahui wajahku yang mengenakan make up.Itu semua berawal dari aku yang keluar rumah, lalu duduk sebentar di bangku depan warung sebelah rumah. Kala itu Mas Ikbal mau beli rokok, tak sengaja melihatku memakai make up. Ibu warung juga sudah kusogok untuk tak membocorkan rahasia ini. Kalau Mas Ikbal, Alhamdulillah dia mau membantuku merahasiakannya. "Kamu ngapain ke sini, Rain?" "Ada perlu, Mas. Iya, ada perlu," jawabku terbata. Ia memang mengetahui wajahku, tapi tak mengetahui jika aku memiliki usaha dan bisa dibilang sukses. "Oh, gitu. Mas habis beli anting untuk Mbakmu." Aku mengangguk, namun termenung seketika saat kulihat Mas Arga keluar dari tokoku sambil menggandeng seseorang. "Ya sudah, Rain, Mas pulang dulu, ya." "Oh, iya, Mas. Hati-hati di jalan, ya." Kini, jarakku dengan Mas Arga sudah dekat. Apakah dia akan mengenali
Read more
Bab 5
Aku menatap tak percaya pada pemandangan di hadapanku. Lina, yang katanya tadi memasak, justru memporak-porandakan dapur. Sedangkan ia tengah bergelayut mesra pada Mas Arga, suamiku. "Eh." Ia buru-buru melepaskan tangannya, kemudian menarik diri dari Mas Arga. "Rain, ini bawakan!" perintah Mas Arga tepat setelah Shelina menjauh darinya. Kuambil tas itu, lalu kucium takzim tangan Mas Arga. Hal yang biasa kulakukan, namun sekarang Mas Arga terlihat canggung. Biasanya, suamiku itu akan langsung mencium keningku, namun sekarang tidak. Tentu, karena di sini sedang ada calon istri keduanya. Nyess! Mengingat Mas Arga yang akan menikah lagi, hatiku kembali patah. Tak dapat kupungkiri jika di hatiku ini ada nama MAs Arga. Namun, aku tak boleh lemah. Jika lemah, mereka kan menindasku. Hatiku boleh sakit, tapi ragaku harus tetap sehat. "Dia siapa, Ma?" tanya Mas Arga. Mama terlihat terkejut, begitupun dengan Megan. Ah, aku tahu. Jadi mereka belum membicarakan tentang Shelina ini akan men
Read more
Bab 6
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya, Hendranto ingin memberikan sebuah wasiat bagi anak saya. Jika dia tak bisa menikah dengan anak sahabatku yaitu Raina, maka semua harta ini akan jatuh ke pihak yayasan yang selama ini saya urus. Begitupun dengan anggota keluarga yang lain. Tak ada harta warisan, selama Arga tak menikah dengan Raina.Apabila diketahui sebelum memiliki anak dan keduanya bercerai, maka harta itu mutlak menjadi milik Raina kecuali rumah.Jika diketahui Arga berselingkuh di belakang Raina, dan Raina membawa bukti ke pengacara keluarga saya, maka semua harta itu mutlak menjadi milik Raina, tanpa terkecuali.Demikian, surat wasiat ini saya buat dalam keadaan sadar. Hendranto.-Mataku membulat membaca isi wasiat itu. Jadi, Mas Arga menikahiku hanya karena harta warisan? Jadi, selama ini, aku hanyalah wanita yang terlalu mereka bodohi."Lagi apa kamu?"Suara Mas Arga mengagetkanku yang tengah berjongkok. Buru-buru kutaruh kembali map itu, kemudian berdiri. Untung baju
Read more
Bab 7
Pagi hari. Aku bangun dengan semangat empat lima. Sudah lama, aku tak merasakan bangun di atas jam 5 pagi. Biasanya, sebelum jam 4, nenek lampir itu akan membuat seisi rumah heboh dengan menjatuhkan panci dan kawan-kawannya. "Pagi, Ma," ucapku kala melihat malaikatku itu tengah berada di dapur. "Pagi," jawab Mama. Aku membantu Mama mengiris kol dan wortel. Rencananya akan membuat bakwan, makanan kesukaanku. "Ma, kalau misalkan Papa menikah lagi, apa Mama bakal marah?" tanyaku. Mama seketika berbalik menatapku. Keningnya berkerut. "Tentu. Kenapa? Apa si Arga mengkhianatimu dan akan menikah lagi?" Pertanyaan Mama membuatku terdiam, kemudian menggeleng. "Nggak, Ma. Cuma nanya aja. Temen Rain ada yang mengalami nasib kaya gitu. Dia sama kayak Rain. Menikah karena dijodohkan. Tapi, nasibnya tak sebaik aku." Aku menunduk. Ada rasa perih yang menjalar dalam dada. Ya Allah, jika tahu akan begini, aku tak ingin menikah dengannya. "Lho, sejak kapan Raina di sini?" tanya Papa yang bar
Read more
Bab 8
"Assalamu'alaikum," ucapku dan Bapak secara bersamaan masuk ke dalam rumah. "Wa'alaikum salam. Lho, sudah pulang?" tanya Mama ramah. Wajah datarnya tadi hilang seketika. Ibu kenapa?"Iya, Bu. Lho, Mas, Shelina, kenapa kalian ke sini?" tanyaku datar. "Dek, ayo pulang." Dek? Jarang sekali dia memanggilku dengan sebutan itu. Kebanyakan ia memanggil nama panggilanku. Rain. "Ngapain? Aku masih betah di sini.""Dek, jangan begitu. Ibu nanyain kamu terus." 'Apa mereka sudah kelaparan, Mas? Sehingga kamu mencariku?' tanyaku dalam hati. "Apa Ibu merindukanku?" tanyaku padanya. "Iya, tentu. Bukankah kamu menantu yang paling mengertinya?" 'Maksudmu, karena aku mengerti keadaan rumah yang kotor harus selalu dibersihkan dan dibereskan?' tanya batinku."Memangnya, Ibu nanya apa, Mas?" tanyaku lagi. "Iya, katanya sepi nggak ada kamu, Dek," jawabnya dengan wajah menunduk. Khas seperti orang yang bersalah.'Apa karena tak ada yang bisa diteriakinya, Mas?' "Oh, begitu. Ya sudah, nanti aku pul
Read more
Bab 9
Aku sudah kembali ke rumah ini, dua hari yang lalu. Seperti biasa, aku melakukan semua pekerjaan rumah ini sendirian, tanpa bantuan siapapun. Semua orang, mungkin kini tengah bersiap untuk menghadiri pernikahan kedua Mas Arga. Aku tersenyum, membayangkan apa yang akan terjadi nanti. "Mbak, mana sarapan!" Gadis itu, ingin kutoyor saja kepalanya! "Kamu gak lihat, Mbak lagi ngapain? Ambil sendiri. Sudah Mbak bikinkan nasi goreng," ucapku sambil mencuci piring bekas semalam mereka berpesta. Ya, mungkin untuk merayakan malam pernikahan Mas Arga dan Shelina, mereka semalam begadang sampai tak tahu waktu. Aku mengurung diri di kamar, tak berminat ikut. Toh seandainya ikutpun, yang ada aku hanya akan dijadikan babu gratisan. Sudah cukup selama ini! Megan menghentakkan kakinya berjalan ke dapur, lalu mengambil piring dengan wajah cemberut dan bibir monyong. Aku terkikik geli. "Ada yang lucu, hah?" tanyanya nyolot. Kusudahi mencuci piring karena memang semuanya sudah beres, lalu mengel
Read more
Bab 10
Pagi ini, aku dengan ditemani Mama akan berangkat menuju kantor notaris. Di sana, juga sudah ada pengacara keluarga Mas Arga. "Kamu sudah siap? Yakin akan melakukan ini?" tanya Mama."Tentu, Ma. Aku tak ingin terus menerus dijadikan babu di sana," ucapku sambil menyetir mobil Mama. "Babu?" Aku terdiam. Duh, keceplosan. Dasar mulut tak bisa direm! "Yaa kan, kalau Raina jadi istri Mas Arga, di sana harus menyiapkan segela kebutuhan-""Seluruh keluarganya?" potong Mama dengan cepat. Aku diam lagi. Memang Mamaku ini instingnya begitu hebat. "Nggak lah, Ma. Hanya Mas Arga saja." "Rain.""Ma, percaya sama Raina." "Apa kamu baik-baik saja? Selama menikah pun, kamu tak pernah bercerita apapun pada Mama. Sampai Mama mengira bahwa rumah tanggamu baik-baik saja." "Maaf, Ma.""Nah, kan, bener? Kamu selama ini dimanfaatin sama keluarga itu?" Bodoh! Seharusnya aku tak terpancing dengan jebakan Mama. Aku hanya menggeleng lemah."Stop di sini.""Kenapa?""Mama punya rencana. Batalkan janj
Read more
DMCA.com Protection Status