TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN

TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN

last updateLast Updated : 2025-01-10
By:  FirsyakaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
79Chapters
723views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ratna terpaksa menikah dengan Mas Febi, lelaki yang menabrak ibunya hingga tewas .Namun, perlakuan suami dan keluarganya tidak baik malah cenderung kasar. Seiring berjalannya waktu, ternyata Very, sahabat dari suaminya, diam-diam mencintainya. Lantas, bagaimana nasib Ratna selanjutnya?

View More

Chapter 1

Part 1

"Ratna! Dengarkan aku baik-baik! Aku terpaksa nikahi kamu ya! Jadi, kamu jangan kepedean merasa aku bakal mencintaimu dan memperlakukanmu seperti seorang istri pada umumnya. Pernikahan kita hanya sebatas di atas kertas, tidak lebih!" Wajah lelaki yang dua pekan lalu telah menghalalkanku begitu sinis dengan tatapan mata elang yang siap menerkam mangsanya.

Dengan buru-buru ia melepas jas hitam berikut kemeja putih yang telah dipakainya saat kerja tadi. Lalu melemparkannya sembarang di atas kasur. Dan segera berganti baju dengan baju santai.

Aku terdiam, tertunduk pilu menatap kebaya putih yang hari itu aku kenakan usai acara paling sakral di dalam hidup. Aku terpaku di sisi ranjang dengan dada yang bergetar, mengabaikan ucapannya yang tidak enak didengar.

Pantas saja selama dua pekan kami menikah, sikapnya selalu dingin dan cenderung kasar. Ya, ternyata dia menikahiku karena terpaksa. Harusnya aku menolak saja dulu.

Bukan pernikahan seperti ini yang kuharapkan. Bahkan, bermimpi pun aku tidak pernah. Aku menginginkan pernikahan dengan kehadiran ibu di sampingku, mendapat pasangan atas dasar cinta dan restu. Kini hanya penyesalan yang ada dalam hatiku.

Semestinya hari itu adalah momen bahagia yang diimpikan setiap kaum Hawa, dinikahi resmi oleh lelaki pilihannya. Namun, sayangnya itu tidak terjadi padaku. Lelaki yang bernama Febi Ariando adalah lelaki yang sudah menikahiku karena tekanan dari keadaan. Demi ingin terbebas dari jeratan hukum karena sudah menabrak ibuku hingga kritis dan sampai akhirnya tiada.

"Tidak perlu kau tangisi pernikahan ini, memangnya kamu saja yang sedih? Aku yang lebih sedih karena harus meninggalkan wanita yang aku sayang!" Langkahnya mendekat ke arahku sambil berkacak pinggang dengan sorot mata yang dalam menembus retinaku.

"Lalu kenapa kamu mau menyetujuinya? Harusnya kamu tolak saja saat papimu meminta untuk menikahiku." Aku menatap balik wajahnya yang penuh amarah.

"Pandai kamu bicara! Aku tidak bisa membantah perintah Papi, karena pasti Papi bakal marah dan tidak terima. Bisa-bisa aku dicoret dari daftar Kartu Keluarga!" Kali ini suaranya dinaikkan beberapa oktaf hingga terdengar memekakkan gendang telingaku.

Setelah itu dia keluar dari kamar dengan langkah panjang sambil membanting pintu.

*

Hari ini, genap dua bulan kami menikah. Seperti yang aku duga, tidak ada perkembangan berarti dalam hubungan kami. Bukan hanya sikap suamiku yang membuatku tersiksa. Namun, begitu juga dengan sikap ibunya.

"Ratna ... ! Ratna ... !"

Sayup-sayup terdengar suara teriakan beliau yang memanggil namaku. Aku bergegas menghampirinya, sebab tidak mau membuatnya bertambah murka. Meskipun sebenarnya tubuhku lelah, ingin istirahat barang sejenak setelah beberes rumah sejak subuh hari tadi.

Ceklek!

Tanganku membuka handel pintu kamar. Seketika saja aku terlonjak saat menatap sosok yang sudah berdiri tegak di ambang pintu dengan berkacak pinggang.

"Ratna! Kamu jangan enak-enakan di dalam ya?! Itu kerjaan di dapur masih banyak, cepat bantuin!" teriaknya dengan netra yang membola.

"I_iya, Bu," jawabku tergagap.

Lekas aku berganti baju dengan gamis biasa, setelah itu keluar menuju dapur. Dan di situ sudah ada  dua  ART yang tengah sibuk memasak dan juga Mami mertuaku yang ikut bantuin.

"Ratna, cepetan sini, lelet banget sih! Kamu kupasin bawang  merah dan bawang putih,  terus itu udang juga kupasin!" titahnya geram.

"I_iya, Bu," jawabku cepat dan segera aku mengikuti perintahnya.

"Kamu jangan harap bisa enak-enakan jadi menantuku, karena aku sebenarnya tidak sudi punya menantu miskin macam kamu. Entah dosa apa hingga aku bisa punya menantu sepertimu!" cebiknya dengan tatapan sinis ke arahku sambil mengacungkan telunjuknya tepat di depan mukaku.

Aku hanya bisa diam, menerima semua cacian dan mengikuti perintahnya tanpa ada niat sedikit pun untuk membantahnya. Bukan karena aku takut atau ia orang berada, tapi karena sekarang ia sudah menjadi mertuaku. Orang yang harus aku hormati layaknya orang tua sendiri.

"Oh iya, kamu buatkan minuman dulu untuk tamu-tamunya Febi dan sekalian cemilannya!" titahnya lagi.

"Iya Bu," sahutku lagi.

Aku lekas ke depan mengantarkan kopi dan cemilan untuk tamunya Mas Febi. Satu persatu aku menurunkan gelas ke atas meja.

Tanpa sengaja aku menatap sosok lelaki yang duduk di sebelah suamiku. Wajahnya mengingatkanku pada seseorang, tapi siapa ya?

Dan tanpa kuduga dia tersenyum ke arahku, membuatku membalas senyumnya sambil menganggukkan kepala. Sejenak aku tertegun sambil mengingat-ingat wajah lelaki itu yang tidak asing. Namun, tetap saja aku tidak mengingatnya.

"Woi, ngapain bengong di situ? Sudah sana pergi!" teriak suamiku membuatku tersadar dari lamunan dan bergegas kembali ke belakang.

"Feb, jangan kasar-kasar sama istrimu, kasihan dia," tegurnya mengingatkan dengan suara yang lembut. Aku masih bisa mendengarnya karena langkahku belum begitu jauh.

"Biarin sajalah, Ver! Orang istri cuma di atas kertas. Lagian salah sendiri kenapa menyetujui pernikahan ini," cebiknya kesal.

Ya, Allah. Kenapa mesti bicarakan hal itu kepada temannya? Aku jadi seperti tidak ada muka rasanya.

Aku gegas kembali ke dapur untuk membantu masak-masak. Ada beberapa jenis masakan yang akan dihidangkan, membuat orang yang ada di rumah ini agak sibuk. Dan setelah cukup lama berkutat di dapur, akhirnya semua masakan selesai.

"Ratna, kamu bawa masakan ini di atas meja makan lalu tata yang rapi! Sekalian sama piring dan juga gelasnya!" titah Ibu mertua mendikte.

"Iya, Mam," sahutku cepat.

Aku menata jamuan makan untuk tamunya Mas Febi juga beberapa teman dekatnya saja dan itu juga tidak banyak, paling lima orang. Dan juga ada tante dan omahnya Mas Febi.

Setelah semua rapi dan siap, Ibu mertua memanggil mereka dan juga Papi mertua untuk makan bersama. Dan kini mereka sudah menempati meja masing-masing. Termasuk Aleksa—adik dari suamiku.

"Ratna, kamu duduk di sebelah Febi! Sekarang kalian sudah resmi menikah, jadi tidak usah malu," atur ayah dari suamiku dengan suara yang meneduhkan. Hanya beliau yang menghargai dan sayang padaku di sini.

"Tidak perlu, Pap," jawabku sungkan. Aku masih berdiri mematung sambil menyisir pandangan ke arah mereka yang sudah pada duduk.

"Kamu jangan menolak, sekarang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga di sini. Jadi, jangan malu lagi," sanggah Ayah mertua sedikit memaksa.

Aku mengangguk ragu sambil tersenyum kaku. Melangkah mendekat ke arah kursi kosong diantara kursi Mas Febi dan cowok itu. Semua nampak cuek terhadapku, terlebih suamiku. Tapi tidak dengan Ayah mertuaku yang begitu ramah dan baik.

Aku mulai menyendokkan nasi ke piringku dan mengambil sedikit udang balado dan rendang. Saat mau minum, tiba-tiba gelasku jatuh ke lantai hingga menimbulkan bunyi yang nyaring karena beradu dengan granit. Entah karena tidak fokus atau grogi hingga gelas itu terlepas begitu saja dari tanganku, pecah berantakan di lantai.

Sontak membuat semua orang menoleh ke arahku, terlebih Mami mertua dengan menatapku nyalang.

"Ratna! Kamu itu apa-apaan sih, maen pecahin gelas seenaknya! Barang-barang di sini itu mahal tau, kamu tidak mungkin bisa membelinya karena kamu cuma anak orang miskin!" bentak Ibu dari suamiku dengan menatapku sinis.

Mami menoyor kepalaku dengan mulut mencebik hingga semua orang menatapku.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Wildatuz Zaqiyyah
lanjut lagi, Thor. Seru ...
2024-12-06 18:42:01
0
79 Chapters
Part 1
"Ratna! Dengarkan aku baik-baik! Aku terpaksa nikahi kamu ya! Jadi, kamu jangan kepedean merasa aku bakal mencintaimu dan memperlakukanmu seperti seorang istri pada umumnya. Pernikahan kita hanya sebatas di atas kertas, tidak lebih!" Wajah lelaki yang dua pekan lalu telah menghalalkanku begitu sinis dengan tatapan mata elang yang siap menerkam mangsanya.Dengan buru-buru ia melepas jas hitam berikut kemeja putih yang telah dipakainya saat kerja tadi. Lalu melemparkannya sembarang di atas kasur. Dan segera berganti baju dengan baju santai.Aku terdiam, tertunduk pilu menatap kebaya putih yang hari itu aku kenakan usai acara paling sakral di dalam hidup. Aku terpaku di sisi ranjang dengan dada yang bergetar, mengabaikan ucapannya yang tidak enak didengar. Pantas saja selama dua pekan kami menikah, sikapnya selalu dingin dan cenderung kasar. Ya, ternyata dia menikahiku karena terpaksa. Harusnya aku menolak saja dulu.Bukan pernikahan seperti ini yang kuharapkan. Bahkan, bermimpi pun aku
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more
Part 2
"Mi, jangan begitu, ngomong baik-baik 'kan, bisa. Kasihan Ratna," tegur suaminya dengan halus. Papi terlihat canggung di antara banyak tamunya. Wajahku terasa panas sekali, mungkin sudah merah padam karena malu diomeli di hadapan orang-orang asing seperti ini."Biarin saja, Pi. Biar dia sadar diri dan lebih hati-hati lagi. Jangan sampai kejadian itu terulang lagi," bantah Mami tidak terima."Maaf, Mam. Aku tidak sengaja," sahutku dengan tenggorokan yang tercekat menahan tangis."Kamu cepat beresin sampai bersih sebelum mengenai kaki orang! Dan kamu tidak usah ikut makan di sini!" usirnya dengan tegas penuh emosi.*****Pov Very :Aku tidak menyangka kalau Tante Kartika tidak menyukai Ratna. Sikapnya begitu kasar membuatku terenyuh dan ingin menolongnya. Tapi, aku enggak enak pada keluarga Febi, takut dikira pahlawan kesiangan.Sejak dulu aku sudah menaruh hati padanya, hanya saja aku belum berani mengungkapkannya mengingat dia orangnya pendiam. Aku takut dia bakal marah, akhirnya ras
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more
Part 3
"Dasar perempuan enggak guna! Bisanya apa sih, kamu? Jadi ART saja tidak becus apalagi jadi menantu!" maki wanita sosialita itu dengan tatapan nyalang ke arah Ratna.Aku iba melihat Ratna diperlakukan demikian. Spontan aku pun beranjak dan menghampiri wanita yang aku sayangi terjungkal ke belakang. Aku berusaha untuk menolongnya."Sini, biar aku bantu!" Aku membantu istri dari Febi itu bangun, kupegangi punggungnya hingga berdiri."Terima kasih ya, Mas," lirihnya dengan wajah kaku seakan menahan malu dan pilu. Aku berusaha tersenyum sambil mengangguk sebagai jawaban atas ucapannya.Mertua dari Ratna mencebik sambil menatap sinis ke arah menantunya. Mengapa beliau terlihat begitu benci?"Biarin ajalah Ver, nanti dia malah ge__er," protes mertuanya itu seakan tidak setuju ada orang lain berempati kepada sang menantu."Sudah ... kamu mendingan masuk terus ganti baju, gih," saranku pada Ratna. Aku tidak tega melihatnya diperlakukan tidak semestinya seperti ini.Kemudian istri dari sahaba
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more
Part 4
"Ratna, kamu sudah mulai sok-sokan ya tinggal di sini? Sudah mulai bertingkah?" Mami menatapku dengan nyalang.Seketika sekujur tubuhku lunglai bagai tidak bertenaga. Pagi-pagi kondisi perut masih kosong tapi beliau memberiku sarapan kata yang cetar."M_maksud Mami apa?" Aku pura-pura tidak tahu, padahal aku sudah mendengar dan melihat semuanya. "Alah, kamu tidak usah pura-pura tidak tahu! Aku sudah dengar semuanya." Langkahnya semakin mendekat ke arahku lalu merebut kain lap yang aku pegang dan langsung melemparkannya lagi ke mukaku.Sungguh tega perlakuan Mami Mertuaku itu, padahal itu lap kotor agak basah bekas mengelap kompor. Namun, aku hanya bisa beristighfar dalam hati tanpa mampu membalasnya.Beliau langsung berbalik badan dan melangkah pergi meninggalkan aku yang masih bergeming meratapi nasib baik yang tidak berpihak padaku.Menit kemudian, Mba Ina dan Mba Yati datang menghampiriku dengan tatapan sinis dan senyum menyeringai."Emang enak ... dimarahin Nyonya?" ledek Mba Ina
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more
Part 5
"M–Mas, siapa wanita itu? tanyaku saat sudah berada di dekat wanita yang tengah duduk di teras dengan koper yang berdiri di sampingnya."Oh, iya, kenalin ini pacarku dan dia mau menemaniku di sini," pungkasnya tanpa beban membuatku terperangah, apalagi saat wanita dengan pakaian kurang bahan itu kini mendekatinya, lalu tangannya bergelayut manja di lengan suamiku."Mak–ud–nya apa, Mas?" tanyaku tergagap dengan pandangan tidak lepas menatap dua manusia di depanku yang bersikap seakan tidak tahu etika.Bagaimana tidak, Mas Febi itu sudah menikah dan sekarang aku dan dia mau bulan madu di sini. Tapi kenapa dia datang kemari sambil membawa koper? Jangan bilang, kalau dia berniat untuk mengganggu acara bulan maduku."Maksudnya, nanti aku tidur sama dia dan kamu tidur di kamar sebelah. Ingat ya, kita ke sini bukan untuk bulan madu, kamu jangan pernah berharap. Ini semua kulakukan hanya di depan Papi, karena aku tidak enak kalau menolaknya," papar Mas Febi. Kontan saja perkataan itu membuat
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
Part 6
"Sebenarnya ... aku sudah lama menyimpan rasa padamu, tapi aku tidak berani mengatakannya dulu saat kita masih tinggal di kampung karena kamu anaknya pendiam, takut kamu marah," tutur Mas Very panjang lebar membuat otakku seketika memutar ke masa lalu."E_emangnya Mas Very kenal denganku?" tanyaku ragu."Kamu nggak ingat kalau kita dulu sekampung? Kita kan, dulu sekolah bareng di SMP Persada, dan aku Kakak kelasmu. Ya, mungkin kamu dah lupa," pekiknya dengan wajah yang begitu serius seakan menyuruhku untuk ingat kembali tentangnya.Sementara aku masih berpikir keras untuk mengingatnya, mengurai lembar cerita di masa laluku yang penuh perjuangan. "Mm ... kamu Very yang dulu ikut kelas musik dan basket, ya? Yang dulu jadi incaran cewek-cewek karena permainanmu begitu memukai saat tampil?" tebakku semoga tak meleset."Nah, itu kamu ingat," pungkasnya dengan wajah yang ekspresif."Oh, jadi kamu itu Very yang sekampung denganku? Aku gak nyangka kita bisa ketemu di sini. Terus, kalau boleh
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more
Part 7
"Kamu duduk aja di sini, jangan banyak gerak. Biar aku ambil air minum dulu!" Very mendudukkan aku di bangku panjang yang ada di taman villa ini. Ia memapahku untuk bisa sampai ke sini, aku bersyukur banget ada dia. Coba kalau enggak, gimana aku bisa pulang. Sementara suamiku sendiri tidak perduli dengan keadaanku, dia lebih perhatian sama pacarnya. Very berjalan cepat ke arahku sambil membawa dua gelas air putih dan juga roti bantal." Ini kamu minum dulu, dan ini makan rotinya buat ganjal perut!" "Makasih ya, Mas. Kalau tidak ada Mas Very ... gak tahu gimana pulangnya." Aku mengulum, menahan malu dan gak enak hati padanya. "Udah, gak usah dipikirin." Very tersenyum teduh ke arahku. "Hei, Ratna ...! Buatkan sarapan dong buat aku dan Amel, dah lapar nih!" Lelaki yang berperawakan tinggi itu datang menghampiriku di taman. "Kamu bikin sarapan sendiri bisa dong? Atau kalau enggak, suruh tuh si Amel. Jangan maunya enak-enakan di sini," bentak Very tak terima. "Ver, kenapa loe yang
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more
Part 8
"Tutup mulutmu dan jangan asal bicara! Kamu tau kan, papiku itu orangnya seperti apa? Dia paling gak suka dibantah, keputusan yang sudah diambil tidak bisa diganggu gugat. Kalau tidak, sudah dari dulu aku menolak untuk menikahimu." Ia mendekat ke arahku. "Jangan-jangan karena kamu kemarin bermalam di villa sama Very, terus timbul rasa suka makanya sekarang kamu minta pisah dariku lalu mau menikah dengannya, iya?" sangkanya berang. Aku menggeleng cepat sebagai bentuk penolakan atas ucapannya yang tidak benar. "Apalagi Very itu seorang CEO yang tampan, single dan juga perhatian sama kamu. Makanya kamu langsung kepincut," terkanya lagi dengan mulut menyeringai. "Bukan itu alasanku, tapi banyak pertimbangan yang membuatku ingin mundur dari pernikahan ini. Terutama mamimu yang tidak pernah suka sama aku dan kerap bersikap kasar dan semena-mena sama aku," ucapku apa adanya dengan suara yang bergetar. "Jangan suka berdalih, mami tidak seperti yang kau tuduhkan. Beliau wanita terhormat
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more
Part 9
Saat membuka mata ternyata aku sudah berada di ruangan rumah sakit. Apa yang terjadi denganku?"Ratna ... Alhamdulillah kamu sudah sadar." Ternyata di ruangan ini hanya ada Mas Very yang tengah duduk di samping tempat tidurku."Mas Febi mana?" Netraku menyapu pandangan mencari sosok suamiku yang harusnya ada di sini."Tadi Febi keluar katanya mau beli makanan dulu." Lelaki ini menatapku lekat.Aku mengangguk pelan dengan senyum tipis yang kuperlihatkan. "Mas Very kenapa bisa tahu kalau aku ada di sini?""Tadi aku dengar saat Febi menerima telefon dari maminya, katanya kamu pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Terus aku minta ngikut saat Febi izin mau ke sini," paparnya menjelaskan."Kamu sebenarnya kenapa bisa sampai pingsan gini? Kamu sakit?" cecar Very ingin tahu."Iya, Mas. Hari ini aku lagi gak enak badan, tulang-tulangku berasa r3 muk dan sakit. Tapi, Mami m4 ksa nyuruh aku ngerjain semua pekerjaan rumah. Dan terakhir aku j4 tuh dari tangga, terus aku sudah gak ingat la
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more
Part 10
"Aku sudah mengatakan itu pada Mas Febi, tapi dia menolak." Aku gugup berhadapan dengan Mas Very.Wajahnya kini mendekat ke arahku, dua pasang mata saling bertukar pandang. Desir d4r ahku mengalir der as, serta degup jantungku memompa lebih cepat dari biasanya. "Kenapa katanya? Buat apa dipertahankan pernikahan toxic kayak gitu?" Pandangannya semakin lekat menatapku, Dan tangannya mmb3lai pucuk kepalaku yang tertutup hijab. "Mas Febi takut sama Papinya, karena Beliau tak menginginkan perc3 raian. Papi merasa bertanggung jawab atas hidupku setelah ibuku tiada, apalagi aku sekarang hidup seb4 tang kara," paparku lirih." Ya udah, kamu tidur sekarang! Dah malam noh. Kamu gak usah takut, aku akan menjagamu di sini dan aku tidak akan berbuat macam-macam sama kamu," ucapnya dengan senyum meneduhkan.Tak terasa tengah malam aku terjaga dari tidurku, karena ingin buang air kecil. "Ratna, mau ngapain?" Suara itu terdengar nyaring hingga aku terlonjak kaget dan segera menoleh."Aku mau ke to
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status