Pernikahan kelam karena perjodohan membuat Sofia antolin dan Storm Walker harus berpisah karena ketamakan ibu mertua Sofia. Demi mendapat hak asuh atas putranya yang masih berusia 6 bulan, Sofia mencapai kesepakatan dengan sepupu mantan suaminya, Jack Alistair. Keduanya sepakat untuk menikah. Sofia akan memperjuangkan hak asuh anaknya sementara Jack akan mendapat informasi untuk menjatuhkan keluarga Walker. Setelah mendapatkan hak asuh putranya dan mulai timbul benih cinta di hati Sofia, datanglah Paris, mantan istri Jack, dengan segala kelebihannya masuk dalam rumah tangga Sofia dan Jack. Apakah Jack akan kembali bersama Paris dan merelakan Sofia pergi?
View MorePesta ulang tahun Jade Walker yang ke duapuluh diadakan di sebuah ballroom hotel berbintang di NYC. Keluarga besar Walker serta teman-teman Jade, hadir memenuhi ruangan.
Suasana pesta tampak meriah didukung oleh tamu undangan yang datang dengan pakaian mewah dan anggun. Hal itu berbanding terbalik dengan kondisi sosok wanita di ujung ruangan yang terlihat sibuk menggendong bayinya, dia adalah Sofia Walker, dengan nama gadis Sofia Antolin, menantu pertama keluarga Walker yang berpakaian sederhana dan sedikit lusuh. Sofia mencoba menenangkan putranya, Jacob yang tampaknya terganggu dengan kebisingan di sekitarnya. Jika saja Sofia tidak dipaksa untuk ikut, ia lebih memilih tinggal di rumah. Dengan kondisi riuh saat ini, Jacob nyaris tidak bisa berhenti menangis karena merasa tidak nyaman. “Hei, lihat itu menantu keluarga Walker, wajahnya kusam, pakaiannya jelek, bagaimana mungkin Storm mau menikah dengan gembel seperti itu?” bisik salah satu tamu undangan. “Apa saat mereka bercinta, Storm harus selalu mabuk dan melakukannya dengan mata terpejam ya?” Yang lain tertawa cekikikan sembari melirik Sofia dengan pandangan mencemooh. Sofia terbiasa dengan pembicaraan seperti itu. Meski hatinya pedih, itu merupakan suatu kenyataan yang harus dihadapi. Keluarga Walker yang kaya raya dan Storm yang menjabat sebagai CEO perusahaan ayahnya, tidak pernah memberikan sesuatu yang layak untuk Sofia. Sebagai istri Storm selama satu setengah tahun, Sofia tidak pernah diberi uang bulanan seperti kebanyakan istri keluarga kaya. Pakaian yang dipakainya saat pesta adalah pemberian Hannah atau Jade, putri kandung Albert dan Victoria. Ia tidak pernah pergi ke spa dan berkesempatan merawat diri layaknya istri seorang CEO. Tragisnya lagi, setelah kematian Albert, Sofia diperlakukan setara dengan pembantu, ia juga sering mendapat pukulan dari Hannah atau cambukan dari Victoria. Itu dialaminya saat hamil besar dan berlanjut hingga sekarang. Suami yang ia harapkan bisa membela, pada kenyataannya hanya diam membisu, bahkan seperti merelakan istrinya disiksa secara fisik dan verbal. Jika saja ia tidak ingat akan Jacob dan keterbatasan finansialnya, Sofia pasti sudah melarikan diri. “Sofia, mama mertuamu menyuruhmu untuk menemuinya dan menitipkan Jacob padaku,” ucap Amara, salah satu pelayan di keluarga Walker. Sofia menatap Amara sekilas. Gadis itu bahkan tidak pernah menghormatinya sebagai menantu keluarga Walker. Tapi Sofia hanya diam dan mematuhi perintah sang mertua. Ia menyerahkan Jacob ke tangan Amara dan berjalan menemui Victoria. Seperti biasa, pandangan mata tajam dan jijik mertuanya mengamati penampilan Sofia. “Kau belum minum ‘kan sedari tadi? Ini minumlah,” perintah Victoria. Sofia melihat sekilas ke arah gelas yang ditunjuk Victoria. Isi gelas itu berisi cairan warna bening yang diyakininya mengandung alkohol. “Aku masih menyusui, Ma.” “Ini bukan alkohol, ini hanya minuman bersoda,” jelas Victoria ketus. Sofia memang merasa haus. Tanpa pikir panjang Sofia menghabiskan isi gelas tanpa menyadari seringai jahat Victoria. “Kembali ke tempatmu tadi, aku tak ingin orang-orang melihatmu di sekitarku. Kehadiranmu membuatku mual ingin muntah.” Victoria mengibaskan tangan memberi isyarat agar Sofia menjauh. Sofia sudah terbiasa dengan hinaan seperti itu, ia melangkah menjauhi Victoria dan mengedarkan pandangan mencari keberadaan Jacob. Saat disadarinya Jacob tak berada di dalam ruangan, Sofia keluar dan mencari di setiap tempat hingga ke lorong yang diyakininya menuju kamar hotel. Sofia hendak berbalik ketika disadarinya kepalanya tiba-tiba terasa berat, pandangan matanya kabur, dan detik selanjutnya ia tak kuasa menahan bobot tubuhnya sendiri dan terjatuh. Sofia terbangun saat pagi hari. Ia membuka mata dan mendesah pelan sembari memegangi kepalanya yang masih terasa berat. Ia menyadari jika ia berada di tempat asing. Ini bukan kamar tidurnya. Jendela kamar tertutup rapat oleh tirai berwarna coklat, membuat suasana sekitar terlihat gelap. Sofia bangkit dari tidurnya. Selimut yang menutupi tubuhnya luruh. Ia menjerit tertahan menyadari dirinya tanpa busana. Ia telanjang bulat. Sofia lebih terkejut lagi melihat sosok tubuh pria yang tertidur di sampingnya dengan posisi tengkurap. Dengan keadaan yang sama dengan dirinya. Telanjang. Meski Sofia tidak pernah melihat Storm telanjang, tapi ia yakin pria yang tidur di sampingnya bukanlah Storm. Ia menjerit ketakutan. Pria asing itu dengan malas menoleh dan bangkit duduk. Sofia dapat melihat meski samar pria itu tidak tampak seperti orang yang bangun tidur. Wajahnya masih terlihat segar. “Siapa kamu?” tanya Sofia dengan suara bergetar. “Kau tidak ingat semalam kita tidur bersama?” Pria itu balik bertanya, memunggungi Sofia seraya memunguti pakaiannya, “kau sangat bergairah tadi malam.” Pria asing itu mengenakan pakaiannya. “Kau bohong!” teriak Sofia resah. Ia tidak ingat apapun setelah menyusuri lorong dan merasakan kepalanya yang memberat. Ia bahkan tidak ingat dimana dia sekarang berada. Pria itu berjalan santai ke arah pintu kamar, detik selanjutnya suara caci maki terdengar. Victoria dan Hannah berjalan memasuki kamar. Dan Sofia tersadar jika dirinya dijebak.Jack meminta staf toko untuk memasukkan semua pakaian Sofia ke dalam bagasi mobilnya. Sepanjang perjalanan keduanya lebih banyak diam. Sofia hanya bengong menatap Jack saat pria itu menurunkan semua tumpukan kotak berisi pakaian Sofia tepat di depan pintu masuk rumahnya. "Ingat, mulai sekarang jangan pakai baju lama mu saat kita bersama." Selesai bicara Jack berlalu pergi. Meninggalkan Sofia yang tertegun menyaksikan kepergian pria itu. Sofia akhirnya memasukkan tumpukan kotak ke dalam rumah. Ia menatap ngeri saat melihat nominal setiap harga pakaian. Sofia bangkit perlahan dari tempat duduknya dan mengemasi pakaian ke dalam lemari. Hari ini toko tidak seramai hari-hari biasanya. Sofia merapikan etalase makanan ringan saat terdengar suara pintu masuk terbuka. "Selamat malam," sapa Sofia menoleh pada wanita tua yang berdiri di depan rak obat-obatan. Sofia menghampiri saat wanita itu memijat kepalanya. "Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?" Wanita itu tersenyum. "Aku sakit kep
Sofia terlihat gelisah, merasa tak nyaman dengan situasi saat ini. Ia mundur selangkah saat Liam kembali maju mendekat. "Sebaiknya saya merapikan rak minuman, Pak Liam. Permisi." Sofia dengan sopan menjauh dari pria itu. Ia sedikit lega menyadari beberapa pengunjung masih berada di dalam toko meski malam semakin larut. Sofia sengaja mengajak berbincang seorang wanita muda yang terlihat kebingungan mencari jenis minuman tertentu. Sesekali ia mengawasi bosnya, mencari tahu apakah pria itu sudah bersiap untuk pergi. Sofia baru bisa bernafas lega saat Liam keluar dari toko dan pergi dengan mobilnya. Keesokan malam, Jack datang untuk mengisi bahan bakar mobilnya. Setelah meletakkan nozzle, Jack masuk hendak membayar saat ia menyadari hanya ada satu kasir yang bertugas malam itu. Jack tertegun sesaat melihat sosok wanita yang berada di balik meja kasir. Ia mungkin salah mengenali wanita itu sebagai Sofia karena kasir yang sedang bertugas malam ini jauh berbeda dengan Sofia yang
Sofia dengan tangan gemetar mengeluarkan kejantanan Jack dari balik celana boxernya. Sofia terkesiap sesaat. Ia bingung bagaimana cara melakukannya. Ia pernah melihat film dewasa tentang hal itu tapi ia ragu apakah ia mampu melakukannya. "Cepat lakukan, bodoh," geram Jack tak sabar. Sofia ingin menangis saat menunduk dan melakukan permintaan pria itu. Jack menyadari jika wanita di bawahnya masih asing dengan seks oral. Tapi saat kejantanannya tenggelam di dalam mulut Sofia, ia tak mempedulikan semua itu. Jack menggeram dengan suara rendah saat mendapat pelepasan. Sofia ingin muntah tapi Jack tidak membiarkan wanita itu turun dari mobilnya. "Telan," desisnya tajam sembari menekan kepala Sofia. Sofia memejamkan mata menahan air mata. Ia menelan seluruh cairan yang keluar dari kejantanan laki-laki itu. Kemudian ia menyeka ujung bibir nya. "Sudah selesai," ucap Sofia dan seketika Jack melepaskan tangannya dari kepala wanita itu. "Sekarang keluar!" usir Jack din
Sofia bangun dengan hati kacau. Setelah mandi dan memasak untuk sarapan, ia mencari lowongan pekerjaan di situs pencari kerja. Ia mendapatkan satu pekerjaan sebagai penjaga toko serba ada 24 jam yang terhubung dengan sebuah SPBU. Sofia tidak memiliki persediaan botol susu. Akhirnya ia memutuskan untuk membeli tiga botol dan memompa ASI kemudian menaruhnya dalam botol-botol. Ia akan mampir ke rumah Storm untuk memberikan ASI nya untuk Jacob sebelum melamar pekerjaan. "Tolong berikan ini untuk putraku," pinta Sofia pada salah satu satpam rumah mewah milik Storm. Sofia berdiri di luar pagar dengan membawa plastik berisi botol susu. Sofia jelas tidak diperbolehkan masuk sesuai instruksi Victoria dan satpam tampaknya enggan untuk menerima kantong plastik tersebut. "Maafkan kami, Nyonya, kami harus meminta ijin pada Nyonya Walker terlebih dulu." "Baiklah, lakukan." Sofia menyerah. Ia menunggu saat satpam menelepon dari arah pos penjagaan rumah. Tak lama kemudian satpam itu mendekat.
“Pelacur! Lihat dirimu!" Hannah mendekat dan menampar pipi Sofia hingga tubuh Sofia terjerembab ke samping karena tamparan yang sangat keras, "dasar anak sopir! Memalukan!”“Kalian menjebakku,” geram Sofia mencoba membela diri. Kali ini ia tidak akan diam. Tindakan ibu mertua dan adik iparnya sangat keterlaluan, ia bangkit duduk sembari menyambar selimut berusaha menutupi tubuhnya, "apa salahku pada kalian? Aku tak pernah mengganggu kalian!""Salahmu adalah menjadi benalu dalam keluarga Walker! Saat kamu hadir, semua orang mencemooh keluargaku!" Victoria bicara sekehendak hati. Padahal bukan itu alasannya menjebak Sofia dan ingin menyingkirkan menantunya. "Papa Albert yang menginginkanku menikah dengan Storm," sahut Sofia cepat. "Kau bisa menolak, bodoh! apa kau tak punya otak? atau kau sengaja menerima permintaan Papa karena menginginkan harta kami?" Hannah menyeret turun tubuh Sofia berikut menarik selimutnya hingga Sofia kembali telanjang. "Kalian jahat!" umpat Sofia berang. Ia
Pesta ulang tahun Jade Walker yang ke duapuluh diadakan di sebuah ballroom hotel berbintang di NYC. Keluarga besar Walker serta teman-teman Jade, hadir memenuhi ruangan. Suasana pesta tampak meriah didukung oleh tamu undangan yang datang dengan pakaian mewah dan anggun. Hal itu berbanding terbalik dengan kondisi sosok wanita di ujung ruangan yang terlihat sibuk menggendong bayinya, dia adalah Sofia Walker, dengan nama gadis Sofia Antolin, menantu pertama keluarga Walker yang berpakaian sederhana dan sedikit lusuh. Sofia mencoba menenangkan putranya, Jacob yang tampaknya terganggu dengan kebisingan di sekitarnya. Jika saja Sofia tidak dipaksa untuk ikut, ia lebih memilih tinggal di rumah. Dengan kondisi riuh saat ini, Jacob nyaris tidak bisa berhenti menangis karena merasa tidak nyaman. “Hei, lihat itu menantu keluarga Walker, wajahnya kusam, pakaiannya jelek, bagaimana mungkin Storm mau menikah dengan gembel seperti itu?” bisik salah satu tamu undangan. “Apa saat mere
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments