TRAPPED IN PAST LOVE

TRAPPED IN PAST LOVE

Oleh:  Sebbie  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 Peringkat
127Bab
3.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kisah persahabatan antara dua insan yang sudah bersama sejak bayi. Caca dan Dafa, selebgram muda yang kini tengah populer lantaran memiliki paras rupawan juga otak yang cerdas. Semakin dewasa, hubungan mereka semakin rumit. Benih-benih cintapun mulai tumbuh di hati keduanya. Dafa yang senang bergonta-ganti pacar juga kerap mengabaikan Caca, membuat gadis itu selalu terluka dan kecewa. Tidak ada yang berani mengungkapkan perasaan, karena takut akan merusak persahabatan. Tetap bersama, namun saling terluka. Akankah mereka bersatu sebagai pasangan dan hidup bahagia, ataukah hanya mampu sebatas sahabat sampai menua?

Lihat lebih banyak
TRAPPED IN PAST LOVE Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Tommy Rainbowisdom
Baca novel ini berasa makan roti lembut yang isinya coklat keju. Diksinya gampang dipahami, ceritanya indah, dan alurnya menarik. Suka sama karakter Caca yang manis dan sedikit dewasa. Suka juga sama karakter Dafa yang sedikit jahil tapi penyayang. Paling suka sama kehidupan selebgramnya. Keren!
2022-03-26 17:27:29
0
user avatar
Arsenerka
Kocak pembukaannya hahahay. langsung masuk Rak. ditunggu lanjutannya thor.
2021-11-21 23:02:39
1
user avatar
Aina D
keren, ditunggu kelanjutannya
2021-10-14 15:23:36
0
user avatar
Rhill
Blurbnya bguss Suka ama sinopsisnyaaa
2021-10-14 07:48:45
0
user avatar
Pratiwi
Menarik nih, bikin penasaran
2021-10-14 03:40:38
0
user avatar
Sayhanki Official
seru cerita nya kak, ......
2021-10-13 23:52:09
0
user avatar
LeoMell
Seru kak ceritanya, bikin penasaran. Semangat ya up nya.
2021-10-13 22:21:02
0
user avatar
Yoyota
Dafa itu loh, cari kesempatan dua kali ...
2021-10-12 23:47:32
0
user avatar
Sayhanki Official
seru dan menarik...
2021-10-14 11:29:21
0
127 Bab
Bab 1
 Cup! Caca membelalakkan mata saat sebuah benda kenyal dan beraroma mint menempel di bibirnya. "M--Maaf Ca, gak sengaja," ucap Dafa terbata-bata. Kakinya tadi tersandung dan tidak sengaja menubruk gadis yang ada di depannya, hingga mereka berakhir berpelukan di sofa dengan bibir saling menempel. Caca memandang tajam Dafa. Kurang ajar sekali sahabatnya ini, meski tidak sengaja tapi ini adalah ciuman pertamanya, bibir yang selalu ia jaga kini telah hilang keperawanan. Plakk ... "Bangun! Ngapain masih meluk gini." Dafa buru-buru melepas pelukannya dan berdiri. "Beneran gak sengaja, tadi kesandung," ucapnya menunjuk kaki meja. Bisa bahaya kalau dia tidak segera menjelaskan, sahabatnya ini kalau mengamuk sudah seperti mau makan orang. "Brengsek! Gara-gara kamu bibirku udah gak suci lagi kan." Caca memukul-mukul punggung lelaki itu dengan sekuat tenaga. "Kan enggak sengaja Ca, harus gimana lagi?"
Baca selengkapnya
Bab 2
Arga dan Gara masuk dan duduk bersila di karpet bulu, ditemani puluhan makanan ringan juga beberapa jenis buah yang diletakkan dalam dua keranjang. "Ini kamar atau pasar?" Gara menggeleng heran melihat kamar adiknya yang memang diisi freezer juga beberapa rak untuk menaruh snack. "Pasar gratis," jawab Caca yang duduk di depannya. "Lumayan, tiap hari bisa makan enak," kata Arga membuat kembarannya tertawa, sedangkan Caca menatap tajam. "Enak aja, beli dong masa minta terus." "Kalau ada yang gratis kenapa harus beli," balas Arga lagi. Gara hanya diam menikmati makanan di depannya dan menjadi pengamat pertengkaran kedua saudaranya. "Ini gak aku bagi-bagiin." Caca mengambil snack-snack nya kemudian menyembunyikan di belakang punggung. "Orang pelit kuburannya sempit loh Ca," Gara mencoba membantu kembarannya. "Kan aku belum mau mati, kalo udah deket kematian nanti aku sedekah makanan yang banyak deh." "Manusia mana a
Baca selengkapnya
Bab 3
  Dafa melingkarkan kedua tangannya di punggung Caca membuat gadis itu seketika melotot. "Udah diem, pokonya aku gak mau pulang sebelum abang-abangmu pulang." Caca mencoba melepaskan diri tapi sia-sia, Dafa justru mengeratkan pelukannya sambil terus makan snack. "Ya udah lepas, gak usah peluk-peluk juga, nanti aku bilang ke Gara tau rasa kamu," ancam Caca agar Dafa segera melepaskannya. "Dulu juga sering pelukan kan, malah kamu dulu yang mulai." "Itukan dulu pas masih kecil, sekarang beda lagi." "Apa bedanya?" Tanya Dafa menaik-turunkan alisnya mencoba menggoda Caca. "Pokoknya beda, udah lepas." "Gak, nanti aku kamu suruh pulang lagi." "Ya iyalah inikan udah malem, nanti diomongin tetangga tau." "Tetanggamu kan, aku." "Emang di sini cuma ada rumahku sama rumahmu?" Sungut Caca. "Bisa jadi." "Dafa...,pokoknya pulang. Nanti dicariin bunda loh." "Enggak, tadi bunda nyuruh
Baca selengkapnya
Bab 4
"Bun!"  Fenti yang sedang memetik anggur di belakang rumah menatap heran pada anak semata wayangnya yang kini berjalan kearahnya dengan wajah tertekuk dan kedua tangan diangkat. "Kenapa, nak?" Buru-buru ia menghampiri anaknya karena takut terluka. "Kotor bun, jijik banget, tadi habis megang muka Caca yang belum dicuci," adu nya dengan wajah hampir menangis. Beginilah Dafa, kalau diluar garang tapi kalau di rumah cengeng dan manja. Apalagi kalau sama Caca, bisa lebih manja ketimbang dengan sang bunda. "Yaampun... bunda kira kenapa, yaudah dicuci sana, kok malah kesini."  "Bunda kok biasa aja sih," kata Dafa nanar. "Terus gimana? lagian salah kamu sendiri Caca baru bangun udah dipegang-pegang mukanya." "Bun tapi jijik loh, niatnya kan mau ngerjain." "Yaudah tinggal dicuci, bunda mau lanjut metik anggur." "Bunda gak mau marahin Caca gitu?" Tanya Dafa ketika sang bunda sudah membalikkan badan.
Baca selengkapnya
Bab 5
 Dafa mengacak rambutnya kesal, jujur dia malu, takut jika gadis yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil itu akan marah, tapi tidak dapat dipungkiri kalau dia juga senang. Kucing mana yang tidak akan senang bila dikasih ikan, meskipun secara tidak sengaja, namun ia bisa menyentuh benda empuk milik sahabatnya itu.  Tak jauh berbeda dengan di lapangan tadi, Caca yang telah pulang kini menelungkupkan badannya di ranjangnya  dan membenamkan kepalanya di bantal."Huaa... aku malu," ucapnya dengan tangan kanan memukul-mukul kepala menggunakan bantal, sedangkan tangan kirinya ia tindih untuk melindungi bagian tubuhnya yang tadi disentuh sahabatnya."Aku harus gimana ini, nanti gak berani ketemu dong," ucapnya lagi, wajahnya masih merah dengan air mata hampir keluar."Kenapa aku gampang nangis kalau sama dia sih, kenapa tadi disentuh juga, hiks..." Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya luruh juga, padahal jika bersama orang lain dia tidak s
Baca selengkapnya
Bab 6
"Astaga ini gimana bisa? Duh, tombol hapus mana lagi, astaga udah dibaca!" Ucap Dafa kelimpungan ketika melihat pesan yang tidak sengaja ia kirim ke Caca sudah menampilkan centang dua berwarna biru."Mampus," ujarnya sembari mengacak rambutnya kasar, dia menatap nanar layar ponselnya.Tak lama kemudian Caca membalas pesannya, gadis itu menanyakan ia akan pergi kemana sampai tiga hari.Karena merasa sudah terlanjur, dia pun menjelaskan akan menjenguk Rian di Depok. Dia juga menjelaskan kalau teman satu jurusannya di kampus itu sedang koma karena mengalami kecelakaan hebat. [Kok lama banget?] Dafa membaca pesan sahabatnya yang diakhiri dengan emoticon menangis. Dia terkekeh pelan.[Sekalian nyari pacar, biar gak jomblo kayak kamu.] Bunyi pesan yang ia tulis pada layar ponsel kemudian menyentuh tombol send.Dafa mendelik kesal melihat balasan sahabatnya. [Dasar buaya!]"Enak aja, baru pacaran lima belas kali kok  udah dibilang
Baca selengkapnya
Bab 7
"Kirain cuma main ke Cafe atau gramedia," ucap Gara tak habis pikir dengan tempat yang dituju adiknya. Memang sih mereka ada di Bandung, tetapi jarak antara rumah mereka dengan Situ Cisanti cukup jauh, bahkan perjalanannya bisa menempuh waktu sekitar 4 jam. Kalau tau begini, dia pasti akan menyuruh pengawal untuk memantau Caca. "Samperin gak?" Tanya Arga setelah cukup lama. "Kayaknya gak usah deh, kalo ada apa-apa Caca juga bisa langsung pencet gelangnya," jawab Gara saat teringat gelang tanda bahaya yang dipakai Caca. Saat merasa terancam adiknya bisa langsung memencet tombol kecil yang ada di gelangnya setelah itu akan ada pengawal yang jumlahnya puluhan bahkan terkadang ratusan datang membantunya, mereka sudah disiapkan oleh kakak pertamanya. Gelang itu sebenarnya memiliki bentuk seperti gelang pada umumnya sehingga musuh tidak akan tau fungsinya. "Hmm ... Yaudah," balas Arga mengambil ponselnya kemudian kembali ketempat semula. ***
Baca selengkapnya
Bab 8
"Yang punya pacar suruh putusin aja Ca," ucap Fey seenaknya.Caca menggeleng tidak terima, "gak bakal gue kenalin ke kalian.""Ganteng mana sama si kembar anak Darmajaya sekaligus ketua geng UKS Ca?" Tanya Fey menyebutkan dua pemuda populer yang kuliah di salah satu kampus terkenal di kota mereka."Nah iya tuh, setau gue sampai saat ini cowok yang gantengnya gak manusiawi itu ya cuma mereka," kata Naya menimpali."Setara kok," jawab Caca tersenyum, tidak mungkin ia mengaku bahwa si kembar dari Darmajaya sekaligus ketua UKS itu adalah abang yang dia maksud.***  Caca pulang dari Situ Cisanti jam 7 malam. Saat ini dia sedang duduk di depan meja rias, mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Caca melirik ponselnya yang berbunyi, ternyata Dafa menelfon."Halo.""Lagi apa Ca?" Tanya Dafa dengan riang, sepertinya dia sudah melupakan kejadian kemarin padahal Caca masih sedikit malu."Habis mandi nih," jawab Caca sekenanya
Baca selengkapnya
Bab 9
Dafa membalas pelukan bundanya. "Mana bisa jauh dari bundaku tersayang ini, sehari aja udah kangen," candanya mencoba menggoda sang bunda. Fenti melepas pelukannya dan menatap tajam anaknya, " Kamu pasti ngebut ya naik motornya?" Dafa meringsut takut, mau menyangkal takut dosa, membenarkan takut telinga  jadi korban.  "Kenapa diem aja?" Tanya Fenti lagi. "Duh bun, gimana ya? Sebenernya gak mau ngebut, tapi kalo pelan pasti ditinggal sama yang lain," balas Dafa yang tentu saja bohong.  "Kamu itu..." Fenti memelintir telinga anaknya membuat sang empu mengaduh kesakitan. "Aduh duh bun, ampun bun. Lain kali gak bakal ngebut kok." "Tiap hari kamu juga bilang gitukan? Tetep aja kalo naik motor masih suka ngebut." "Janji deh bun, janji gak bakal ngebut lagi." "Kalo gak kepepet, iyakan? Bunda udah hapal apa yang mau kamu bilang kalo lagi kayak gini." Muka Dafa sudah merah hampir menangis.
Baca selengkapnya
Bab 10
  Dafa dan Caca sudah sampai di area parkir Rumah Stroberi. Lelaki itu melirik jam di pergelangan tangannya, pukul 11.23."Ayo turun." Setelah membayar tiket, mereka langsung ke kebun stroberi. Ekspresi bahagia tercetak jelas di wajah Caca, sedari tadi gadis itu terus tersenyum."Seneng banget Ca?" Caca menatap Dafa dan mengangguk."Lihat ini, besar dan merah banget, jadi pengen cepet-cepet makan." Caca menunjukkan buah stroberi yang baru ia petik ke hadapan Dafa.Selesai memetik dan menimbang stroberi, mereka bergegas ke restoran yang ada di Rumah Stroberi dan memilih tempat duduk dengan nuansa oriental."Berasa lagi kencan," kata Dafa yang kemudian disusul tawa Caca."Perasaan dari dulu pergi berdua juga biasa aja," balas Caca sambil menyuap nasi kedalam mulutnya."Yah ... gak asik kamu Ca, kan cuma becanda."Caca terkekeh."Nanti pulangnya beli martabak dulu ya," kata Dafa menatap mata s
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status