Karena cinta masa muda, Jasmine rela dinikahi secara diam-diam oleh Kemal--pewaris dari keluarga Ozdemir asal Turki. Sayangnya, meski sudah menikah, Jasmine tak kunjung mendapat restu dari keluarga Ozdemir. Bahkan, Jasmine selalu direndahkan di tiap kesempatan. Tak tahan, Jasmine pun memutuskan pergi dan menjauh dari Kemal meski sedang mengandung bayinya. Tujuh tahun pergi menjauh, Jasmine tidak bisa menghindar dari takdir Sang Pencipta. Dia kembali bertemu dengan pria yang paling hindari sekaligus dicintai. Lantas, bagaimana kisah Jasmine selanjutnya? Akankah Jasmine kembali terjerat pada rasa cintanya yang membawa pada kesakitan atau ... dia kembali pergi dan mulai hidup baru dengan yang lain?
View More"Dikasih kerjaan enak kok nolak sih, Jasmine? Nyari kerja sekarang susah, Mbak. Ayu-ayu ‘kok ya ndak bisa diajak memanfaatkan potensi. Rugi kamu!" ketus pemilik travel sambil mematikan rokoknya dengan wajah sinis.
Jasmine menghela nafas panjang. Bukannya dia tidak memikirkan bagaimana nasibnya ke depan, tapi jika terus bekerja di lingkungan yang toxic, rasanya Jasmine tak sanggup. Lebih baik mencari pekerjaan lain daripada harus mengorbankan harga dirinya. Apalagi wanita itu kerap dikerjai teman kantornya. Namun bukankah cekcok pertemanan dalam duni kerja adalah hal biasa? Tapi tidak bagi Jasmine, kali ini sudah keterlaluan. Puncaknya ketika wanita itu hampir saja dijual beberapa hari yang lalu oleh temannya sendiri kepada tamu yang menggunakan jasa travel agent mereka. Parasnya yang cantik, senyumnya yang menawan, tubuh yang tinggi ideal, kulitnya yang bersih serta suara yang lembut membuat temannya ingin memanfaatkan wanita 30 tahun itu agar bisa menghasilkan banyak uang. Parahnya, bos tempatnya bekerja pun mendukung ide brengsek tersebut. Katanya, jika itu bisa menaikkan pendapatan kantor, ia setuju saja meski dengan cara culas seperti itu. Bahkan Jasmine akan diberikan bonus nanti jika klien mereka puas. Gila. Jasmine tak habis pikir, salah apa dia, sampai mereka tega. Jasmine tau akan kehilangan pekerjaan, tapi di sisi lain, ia juga sadar butuh uang untuk membesarkan Zico–putranya–seorang diri. Anak tu akan masuk Sekolah Dasar tahun ini. "Hei, kamu dengar tidak?! Jadi orang harus fleksibel kalau mau maju, Jasmine," sentak pria itu sembari mencondongkan tubuh ke arah depan, memberi tatapan menusuk. Tidak ada pergolakan batin, Jasmine teguh pada pendiriannya. "Saya bukan orang seperti itu." "Alaah, kayak kamu nggak butuh uang aja. Anakmu itu loh, mau dikasih makan apa? Suami nggak ada, kerjaan nggak punya, nggak usah munafik lah jadi orang." Pria tua bangka itu malah memancing emosi Jasmine. Berani-beraninya mengungkit masalah pribadinya untuk mengintimidasi. Jasmine benar terusluut. "Dengar ya Pak, walaupun saya single parent tapi saya tetap punya harga diri! Saya memang butuh uang, tapi tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, apalagi dengan menjual diri! Jadi mulai detik ini saya berhenti!"Jasmine dengan tegas ia mempertahankan diri. Dia menggebrak meja bosnya dengan mata penuh kliatan amarah. Biarkan saja dia keluarkan emosinya saat itu.
Pria tua itu terkejut. Tubuhnya terhuyung ke belakang hingga mendorong kursinya membentur dinding. "Kamu serius mau berhenti?" ucapnya pelan, karena tak menyangka Jasmine yang dikenal lembut bisa menakutkan juga. Jasmine mengambil jarak, berdiri tegak dengan tatapan dingin. "Saya tidak pernah seserius ini. Terima kasih atas pengalaman yang saya dapat di sini. Saya berhenti!" Tak ada yang dapat mengintervensinya lagi. Karena mulai detik itu, Jasmine bukan lagi bagian dari mereka. Tanpa mempedulikan panggilan dari serigala kapitalis di belakangnya, dan dengan harga diri yang masih tersisa, ia mantap melangkah keluar dari ruangan itu. Dirinya puas melihat ekspresi terkejut mantan bosnya. *** Ibu muda satu anak itu berjalan gontai. Sorot matanya kosong, namun tetap menyusuri selasar pertokoan kota Malang, berharap melihat iklan lowongan pekerjaan. Sebab beberapa menit lalu, dirinya resmi sebagai pengangguran. Pikirannya lantas tertuju pada Zico. Anak itu mulai masuk sekolah bulan ini. Uang pangkal untuk masuk sekolah pilihan bukanlah jumlah yang sedikit. Baginya tidak ada kompromi jika menyangkut pendidikan putranya. Jasmine ingin menyekolahkan anaknya di sekolah terbaik, meski harus menguras tabungannya. Dengan satu harapan, Zico memiliki masa depan yang cemerlang."Ya Tuhan, bantulah aku."Di tengah pikirannya yang kalut, Jasmine justru bertemu dengan calon tamu travel yang akan membeli dirinya. Pria itu berdiri beberapa meter tepat dihadapannya dengan seringai iblis. Di belakang pria itu ada dua orang pengawal yang terlihat sama brengseknya.
"Halo Jasmine, ternyata kita ketemu di sini ya. Mau kemana, cantik? Biar Mas antar," ucapnya genit sembari mendekat. Tawaran itu terdengar mengerikan. Kaki Jasmine mendadak beku di tempat."Mau apa kamu?!" Tangannya terangkat mencegah.
"Tenang dong cantik, jangan panik begitu. Mas kan cuma tanya, adinda mau ke mana? Biar Mas yang antar ke mana adinda pergi," ujar pria hidung belang yang semakin menggodanya. Jantung Jasmine berdetak cepat, dia benar-benar takut. Pria hidung belang itu adalah alasan terbesar kenapa Jasmine berhenti kerja. "Jangan ganggu saya. Saya sudah nggak kerja di travel itu. Jadi Anda tidak ada urusan dengan saya," jawabnya sembari menguatkan diri dengan menatap nyalang pria itu. "Wah, yo ndak bisa begitu to. Mas kan sudah bayar ke bosmu yang gendut itu untuk pakai jasamu. Ya kamu harus bisa melayani tamu dengan baik sesuai perjanjian, to? Ayolah cantik ..." Tidak, Jasmine tidak punya urusan lagi dengan bos brengsek itu dan tamu hidung belang ini. Dia pun baru tahu kalau mantan bosnya sudah menerima uang dari pria itu. Brengsek! "Tidak! Itu urusanmu dengan tua bangka itu. Saya tidak ada urusandengannya, apalagi dengan Anda!" tegas Jasmine lantas pergi. Walau pria itu mencegahnya, tapi Jasmine bisa lari menyelamatkan diri. Jasmine dikejar oleh ketiga pria itu. Ia terus berlari, sesekali menoleh ke belakang, memastikan diri aman dari kejaran mereka. Wanita itu lari tanpa arah, ke manapun asalkan selamat dari kejaranpria hidung belang haus wanita itu. Namun karena panik Jasmine tak memperhatikan sekitar. Wanita bersurai gelap itu menyebrang jalan sembarangan, hingga ... Tiiiiiiiiiiiiin!! Suara klakson panjang dari mobil sedan hitam yang melintas terdengar nyaring menyentak. Kakinya mendadak beku tak dapat bergerak. Wanita itu menoleh, melihat mobil sedan itu melaju kencang ke arahnya. Jasmine lantas menutup mata. Pasrah jika memang harus tertabrak.Seminggu ini, sudah tiga kali Kemal mengantar Jasmine pulang. Seperti biasa, Jasmine akan turun di tower yang berbeda, lalu setelah mobil Kemal menjauh, wanita itu akan berjalan menuju tower tempat unitnya berada. Meski tak begitu jauh, tapi jika jalan kaki, lumayan capek juga. Namun itu masih lebih baik, dibanding Kemal mengetahui tempat tinggalnya. Jasmine tidak ingin ambil resiko lebih besar lagi. Seperti sore ini, di akhir pekan minggu ke tiga bulan Oktober. Waktunya gajian bagi karyawan di perusahaan konstruksi itu. Wajah para pegawai sumringah menerima notifikasi m-banking di ponselnya. Tak sedikit yang langsung mengagendakan belanja di mall, makan malam fancy serta melepas lelah di club atau karaoke. Tapi tidak berlaku bagi Jasmine. Wanita itu akan segera pulang dan mengajak Zico makan malam di luar seperti bulan lalu. Zacky belum sempat mengunjungi mereka karena kesibukan pria Italy itu makin bertambah dengan mulai beroperasinya kantor baru di Jakarta. "Jasmine, ikut
Jasmine berjalan menuju pintu keluar. Sesampainya di lobi, wanita itu merogoh tasnya ingin mengambil ponsel untuk memesan taksi online. Tapi sial ponselnya kehabisan daya. "Bagus!" Maki Jasmine pada dirinya sendiri. "Bagaimana ini, mana di luar turun hujan." Ia mendengus pelan. Jasmine menyalahkan kecerobohannya. Gara-gara salah input tanda koma, jadi telat pulang. Padahal ia sudah sudah sangat rindu putra semata wayangnya, ditambah interaksinya dengan Kemal membuatnya ingin segera meninggalkan gedung itu. Tapi hujan tak kunjung reda. Jasmine melihat risau lagi arloji di pergelangan tangannya. "Sudah hampir jam 8 malam," keluhnya. Menatap kembali luar gedung, lalu ia berdiri. Bersiap menerobos hujan meski tak sederas tadi sore. Jasmine harus pulang saat itu juga, Zico pasti khawatir menunggu ibunya yang tanpa kabar sejak sore. Jasmine akan menunggu taksi di halte dekat gedung itu saja. Sedikit basah tak akan membuatnya sakit, kan? Jasmine sudah biasa. Wanita 30 tahun itu
Hari-hari berikutnya di kantor berjalan normal, setidaknya Jasmine bisa bernapas lega dan konsentrasi pada pekerjaannya. Padahal Kemal memang sengaja memberi jeda agar Jasmine tidak takut padanya.Pembicaraan mereka kemarin dirasa cukup membuat Jasmine tak berkutik. Wanita itu benar-benar terkurung lagi dalam hidup Kemal. Katakanlah untuk beberapa bulan mendatang.Bukan Jasmine tak paham, wanita itu sadar betul Kemal tak akan melepaskannya dengan mudah. Jasmine harus bersabar sambil mengumpulkan kembali pundi-pundi uangnya, baru kemudian ia benar-benar akan keluar dari perusahaan itu.Namun hari ini, Jasmine harus satu lift dengan pria yang wanginya telah lama menjadi favoritnya itu. Jasmine tak sengaja menggunakan lift direksi saat akan turun ke loby. Jasmine ingin segara pulang. Tapi tindakan cerobohnya malah memberikan keduanya waktu bersama. Keheningan menyelimuti. Jasmine tak berani bicara. Ia menggenggam eratnya. Malas melihat ke depan, dimana ada pantulan diri Kemal. Pria itu
Jasmine kembali ke kubikelnya lagi setelah diminta untuk memberikan laporan ke meja Kemal. Wanita itu menjatuhkan punggung pada sandaran kursi, seraya mengembuskan napas berat. Ia coba mengumpulkan keberanian menghadapi Kemal sendirian. Bagi Jasmine ini seperti mendatangi sendiri singa yang sedang lapar. Merelakan diri menjadi buruannya. Jasmine pusing sendiri. Tapi demi gaji dua digit-nya, Jasmine harus sanggup. Dua digit, Jasmine. Semangat! Jasmine membayangkan angka itu masuk dengan tertib ke rekeningnya tiap bulan. Membayangkan sekolah Zico, sewa apartemen dan biaya pemeliharaannya, budget makan selama satu bulan,serta gaji Mbak Murni. Dengan gaji sebesar itu, ia dapat memberikan Zico kehidupan yang lebih baik. Dan yang paling utama, ia bisa hidup mandiri tanpa merepotkan Zacky lagi. Dengan segera beranjak dari kubikelnya menuju lantai paling horor di gedung ini. Lantai tempat Kemal berada. Sampai di cluster khusus pimpinan, Jasmine bertemu dengan Hansen, sekretaris
"Kembali ke tempat dudukmu!" perintah Kemal bak sengatan listrik yang membuat Jasmine kena serangan jantung. Skak mat! Jasmine kembali ke kursinya dengan wajah memerah karena malu. Tidak ada yang tahu bahwa dua orang itu saling kenal, mereka hanya melihat kasihan pada Jasmine, di rapat pertamanya wanita itu harus mendapat teguran dan tatapan tajam dari big bos mereka. Jasmine hanya bisa berharap rapat ini berjalan singkat. Iya, semoga saja singkat. Sebab dirinya jadi kesulitan napas karena serangan jantung mendadak yang dialaminya barusan. Jasmine berusaha fokus meski sulit. Diam-diam ia memperhatikan Kemal. Pria yang telah ia tinggalkan tujuh tahun itu, terlihat berbeda sekarang. Kemal lebih bisa mengendalikan diri, dengan tetap fokus pada materi rapat, diskusi dengan para petinggi yang lain, walau sesekali tatapan mereka bertemu, Kemal dengan cepat memutusnya dan menguasai diri. Jasmine tahu, Kemal pasti ingin berbicara banyak dengannya. Mengingat pertemuan tak sengaja
"Jasmine, jangan lupa meeting gabungan nanti sore, ya." Rekan kerja Jasmine mengingatkan."Meeting gabungan, Mbak Pur?""Iya. Big Boss mendadak ngadain meeting gabungan. Feelingku sih buat nyecer anak-anak tentang mega proyeknya, katanya ada masalah," terang Mbak Pur. "Tapi aku baru gabung, Mbak. Belum megang proyek itu." Jasmine tiba-tiba gugup. "Tenang, kamu siapin aja bahan dan laporan tim kita. Filenya ada di folder ini." Mbak Pur menunjuk pada layar komputernya, menunjukkan folder yang harus Jasmine lihat. "Aku juga bikin kok, biar nanti kita bisa saling back up, in case si Boss tanya-tanya," terangnya lagi.Jasmine hanya mangguk-mangguk pasrah. Sore itu, pekerjaannya hampir selesai. Jasmine sudah membayangkan akan pulang cepat dan menemani Zico ke toko buku seperti permintaannya tadi pagi. Namun sayang, rupanya ada rapat dadakan yang harus dihadirinya. Ini adalah rapat gabungan pertama baginya, dan Jasmine harus menampilkan performa terbaik nanti.Bersama dengan staff yang lai
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments