Cara Menulis 200 Ribu

Fani, gadis yang selalu bertingkah apa adanya tengah mencari cinta sejati. Akan tetapi, perjalanan itu tak seindah harapan. Banyak pria yang ia sukai, tapi pada kenyataannya, pria tersebut telah memiliki tambatan hati. Diantaranya adalah Doni, sopir pribadi sang kakak ipar yang tampan dan alim. Akan tetapi, baru berada dalam satui mobil yang sama saat diantar ke kampus, ia harus berurusan dengan Ilma. Sosok gadis paling cerdas di kampus, cantik dan berkepribadian terpuji, teman dekat Doni. Namun, siapa sangka, dibalik perilakunya itu, Ilma memiliki perilaku yang sangat jahat. Karena ketakutan akan kehilangan Doni, Ilma melakukan suatu hal yang jahat pada Fani dengan memanfaatkan kedekatannya dengan seorang dosen, yang akhirnya dosen itu memperkosa hingga ia hamil. Fani memiliki seorang teman satu kelas bernama Yuda, yang selalu mengajak bertengkar. Setiap kali bertemu, keduanya seperti kucing dan tikus. Gadis yang selain kuliah juga menjual berbagai produk kecantikan pada teman-teman kampusnya itu, memiliki sebuah perasaan terpendam pada Arya, dosennya yang tampan. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa dosen tersebut ternyata sudah memiliki pasangan. Namun ternyata, pertunangan yang keduanya jalani karena terpaksa dan dalam lubuk hati Arya justru menyukai Fani. Kisah cinta Fani yang rumit semakin membuatnya bingung, manakala Yuda menyatakan perasaan yang sebenarnya ia pendam selama ini.

Dia tak punya memori ketika SMP, kadang hanya kilasan-kilasan pendek yang muncul seolah ingin mengejeknya yang tak tahu apa-apa. Dan dia tak benar-benar tertarik mencari tahu apa yang terjadi--atau, itulah yang dia perlihatkan ke orang-orang. Kesempatan untuk mencari tahu kembali muncul ketika sahabat lamanya muncul di hadapannya dengan tubuh berlumuran darah, persis seperti kilasan yang kadang muncul hanya untuk menakutinya. (Seri Kedua "Stage Play" setelah How to Befriend the So Called Classmate)

"I need you to smile, darling," Adrian whispers, his fingers digging into Isabella's waist as cameras flash. "Your father's business empire depends on it." The champagne in her glass trembles as Isabella forces herself to play the perfect mafia bride. She hasn't told him about the baby yet. Hasn't mentioned the way his eyes linger on the judge's daughter, Elena. Hasn't revealed that she knows about the poison they've planned for her "tragic accident." But Isabella Romano isn't going down without a fight. "Please," she whispers to Santa Muerte as poison burns through her veins. "Give me a chance to make them pay." Death has a price. Isabella awakens in the body of Valentina Salvatore—wife to Adrian's greatest rival and mother to twin girls who somehow see through her deception. She has 150 days to either claim vengeance or find true love. The clock is ticking, and Nicolas Salvatore, her new "husband," is proving dangerously easy to fall for. "You're not really her, are you?" Nicolas murmurs one night, his fingers tracing her jaw. "My Valentina never looked at me the way you do." But as Isabella navigates the deadly waters of rival crime families, she discovers Valentina had secrets of her own—secrets worth dying for. Now, with her father plotting a takeover, Adrian suspicious of her resurrection, and her borrowed body slowly rejecting her soul, Isabella must choose: the revenge she died for, or the love she never expected to find. In this dangerous game of second chances, some fates are worse than death. And some loves are worth dying for twice.

Akasia Liliana tidak pernah menyangka teriakan frustrasinya di jembatan kala itu merubah hidupnya secara cepat. Lia bertemu dengan Damian Naradipta. Lelaki tampan, kaya raya, tetapi berengsek yang membuatnya menuruti perjanjian menjadi kekasih palsunya. Akankah Lia kuat menjalani hidup selama 6 bulan sebagai pacar pura-pura lelaki itu?

Buried deep in the Aster estate was the Heartwood—ancient, sacred, mine. Told my husband, Julian Aster—back when he actually listened—that if it ever fell, I'd die with it. At first, he freaked out. Flew in glacier water, hired a whole squad of plant experts to nurture it 24/7. Then one day, just because his childhood friend—Isabella Duvall—got a scratch from the bark, Julian had the Heartwood ripped out. The second it crashed, I choked on glowing blood—ichor. My power? Gone. Barely standing, I grabbed his arm. "You knew. If the Heartwood dies, I—" He laughed. Straight-up mocked me. "Sera, come on. That fairy tale? Only Grandma still believes that crap. Is that mayo on your mouth? Relax—it's a tree. I'll buy you a forest if you want." Overnight, my hair turned gray. Skin cracked. Eyes dulled. Still, I dragged myself to his grandmother, Henrietta. "I kept your family safe for two hundred years. That's why the Asters thrived. But the Heartwood's gone. Debt's paid. One day left. Whatever happens next? Not my problem."

I was dumped because of my weight. My stepmother tried to comfort me, saying, "It's okay, it's okay. A little extra weight is good." I watched as my graceful sister took my place and married my fiancé. Meanwhile, I was sent abroad to be "fattened up like a pig." I barely escaped with my life and endured unimaginable hardships. Now, those who hurt me should, at the very least, face justice for their actions.

旦那の誕生日の日、私は彼に六千円をもらって買い物しようと頼んだ。 ところが彼は私に二百万円を振り込み、備考欄に「雪ちゃんにバッグを買う」と書いてあった。 しばらくして、彼から連続して催促のメッセージが来た。「悦子、間違えて送っちゃった、早く返してくれ」 「？？？なんでまだ返さないんだ？」 「森安悦子！お前マジで返さないつもりかよ！」 ちょうど板谷雪がSNSを更新した。【彼の誕生日、しかも大きなダイヤの指輪をプレゼントしてくれた！なんだか不思議！大好き！】 私は初めて知った。この何年もの間、彼は私に貧乏のふりをして、すべてのお金を板谷雪という奨学生に使っていたのだ。 私は即座に送金を受け取り、返信した。「いいよ、離婚したら半分返してあげる」

Kau tidak akan pernah bisa memilih di keluarga mana engkau di lahirkan, di negara mana engkau tinggal dan warna kulit apa yang kau miliki. Masa muda semua remaja di jalani dengan cara yang berbeda-beda,mungkin sebagian besar menghabiskan nya dengan berpergian keliling dunia dan membuat hal-hal indan nan Romantis bersama pasangan. Namun bagaimana dengan kami yang harus di paksa untuk dewasa dan bekerja keras dengan keadaan ?

Bian dan Misell adalah sepasang sahabat. Karena kedekatannya, banyak orang lain tidak percaya jika mereka adalah teman biasa. Keduanya selalu berteriak dan menegaskan jika mereka hanyalah sahabat. Tidak akan berubah, dan akan terus seperti itu. Namun, apa jadinya bila ego dari mereka sendiri yang membuat persahabatan ini semakin rumit? Jika kalian pernah mengalaminya atau hanya ingin mengenangnya kembali, mungkin cerita ini yang kalian cari.

Mengidap amnesia sejak usia 8 tahun, tepat saat bibi menemukanku di samping tumpukan sampah jalan Serdadu, membuatku menjadi anak yatim piatu sekaligus tuna wisma yang tidak memiliki siapa pun. Pergi ke psikeater mungkin adalah cara terbaik yang dimiliki bibi, ketika kondisi mentalku terus memburuk ketika hujan turun. Trauma itu, membuatku menutup rapat-rapat cela ingatan masa laluku. Tepat saat secuil memoriku kembali, dan aku melihat derasnya darah yang mengalir tanpa henti di tengah lebatnya hujan. Selain itu, aku mengingat wajah yang tidak asing membawaku pergi, tepat setelah dia menusuk seseorang dengan tangan kotornya.