SEKAR (Gadis yang Dinodai Kakak Ipar)

SEKAR (Gadis yang Dinodai Kakak Ipar)

By:  Li Na  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
24 ratings
65Chapters
16.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

“Bu, percaya Sekar, Bu ... Sekar nggak sadar-“ Plak!! Tamparan keras Ibu layangkan ke pipi, membuat pandanganku mengabur. "Siapa yang bisa percaya omonganmu, Sekar!' Pipiku panas dan perih. Namun, lebih sakit sayatan luka di hati ini. Gimana lagi aku bilang kalau aku nggak salah, Bu …? Aku korban ...!

View More
SEKAR (Gadis yang Dinodai Kakak Ipar) Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Lilik Isnawati
Masyaa Allah ceritanya bagus, g banyak bertele2
2023-04-29 11:32:19
2
user avatar
Miaa
seru ngga bikin bosan bacanya
2023-03-31 13:18:31
1
user avatar
Miaa
cerita bagus. biarpun hidup sempat terpuruk tapi harus bisa belajar semangat kayak Sekar
2023-03-28 19:47:07
1
user avatar
Gisyam Aksa
jadi penasaran akhirny
2023-03-27 09:10:19
0
user avatar
Dakudaku
rekomendasi cerita bagus. Goodnovel
2023-02-16 12:19:02
0
user avatar
Dakudaku
walau ternoda Sekar tetap semangat mencapai cita-citanya. menginspirasi
2023-02-16 12:18:31
0
user avatar
Dakudaku
kisahnya seperti nyata. bagus
2023-02-16 12:17:04
0
user avatar
Bumi
akhirnya sama yandi apa sama si kulkas sih?
2022-02-08 15:24:43
1
user avatar
Senja
ku tunggu lanjutannya kak
2022-02-07 20:42:06
1
user avatar
Dakudaku
Tetaplah semangat melanjutkan
2021-12-21 16:15:22
1
user avatar
Dakudaku
Aku dukung karyamu, Thor
2021-12-21 16:15:07
1
user avatar
Dakudaku
mengsedih ceritanya tapi keren
2021-12-21 16:14:30
1
user avatar
Dakudaku
Bagus. Semangatt lanjut, Thor
2021-12-21 16:14:05
1
user avatar
Dul
Terus semangat Thor.
2021-10-08 13:55:41
1
user avatar
Dito Adimia
terus semangat
2021-09-11 21:02:48
1
  • 1
  • 2
65 Chapters
1. Noda dan Fitnah
“Bu, percaya Sekar, Bu ... Sekar nggak sadar-“Plak!!Tamparan keras Ibu layangkan ke pipi, membuat pandanganku mengabur."Siapa yang bisa percaya omonganmu, Sekar!'Pipiku panas dan perih. Namun, lebih sakit sayatan luka di hati ini.Gimana lagi aku bilang kalau aku nggak salah, Bu …? Aku korban ...!~~*~~Sejak beberapa bulan lalu aku memang merasa tak aman di rumah sendiri. Dimulai saat sikap kakak ipar terasa berbeda saat memandangku.“Sekar ...?" Suatu hari Bang Jordi juga pernah tiba-tiba muncul di depan pintu kamar, membuatku yang tengah terbaring letih sepulang sekolah langsung terduduk.Sontak aku merutuk, betapa bodohnya aku terlupa kunci pintu kamar. Biasanya pasti ku kunci setiap masuk, demi berjaga-jaga, apalagi jika cuma ada aku dan kakak ipar saja di rumah.“Mau apa Abang?!” Panik aku melihatnya masuk, gerak cepat pasang kembali kerudung sekolah yang tadi sudah lepas.Dia berjalan mendekat, menarik tanganku."Abang mau apa?!" teriakku keras.“Udah, ayo, sini ke kamar aba
Read more
2. Sumpah Ibu
Mereka tinggalkan aku dalam keadaan tak karuan di kamar Kak Rana ….Tak taukah keluargaku, melihat ranjang itu saja hati terasa disayat.Susah payah kutarik diri bangun, merapikan pakaian yang sudah tak berbentuk karena sebagian robek.Langkah tertatih merasakan perih dan nyeri di sekujur badan. Sampai di ambang pintu makin jelas terdengar suara mereka ribut di dapur. Suara Kak Rana, lelaki itu juga Ibu. Keributan oleh kejadian di siang bolong ini seperti badai menerpa keluargaku. Kak Rana menangis, Ibu apalagi, terdengar sangat menyakitkan.Mereka saling lempar kata kasar, ada namaku disebut, juga lelaki Jahan** itu. Namun dia terdengar mati-matian membela diri.“Maafkan abang … harusnya abang nolak, Sayang. Abang ….”Aghh! Air mataku makin deras mengalir. Mau perlihatkan kebohongan Bang Jordi, tapi aku tak punya bukti. Ibu dan Kak Rana juga tidak percaya padaku. Meski gemetar, kaki terus melangkah ke kamarku. Allah … akan seperti apa masa depanku nanti …? Ketakutan mendera, meme
Read more
3. Terpaksa Melanggar Janji
Pagi ini, saat masih jam lima lewat Kak Winda menegurku saat keluar kamar, aku sudah gendong tas dan mengenakan seragam.“Sekar ke sekolah, Kak," sahutku saat ditanya. “Nggak libur aja dulu? Mata kamu sembab gitu.” Kacamata netral yang dipegang tadi kupasang.“Gini nggak kelihatan, ‘kan, Kak Win?” Ku urai senyum, sedikit bergaya seperti biasa, seolah tak ada yang berat terjadi padaku sebelumnya. Wajah Kak Winda sesaat melongo melihatku.“Hari ini ada ulangan, Kak, sayang kalau ketinggalan,” ujarku lagi sambil jalan menuju rak sepatu.“Tapi, kok pagi-pagi sekali?”Sepatu sudah terpasang, mendongak sebentar kulihat pemilik mata sipit itu masih menelisik gerak-gerikku. Di belakangnya ada Ibu baru keluar kamar, rambut ikal tebal Ibu yang berantakan menandakan Ibu baru saja bangun.“Sekali kamu keluar rumah, jangan pulang sekalian, Sekar!” ancam Ibu dengan suara berat.Ah, lagi-lagi wajah Ibu menampakan amarah, sama seperti kemarin sore. Diusapnya muka dengan kasar, seperti membuang sisa
Read more
4. Syok!
“Bagaimana, Sekar? Sudah lebih baik?” Pundakku diusap lembut Bu Fris, setelah aku meneguk segelas teh hangat dan sebungkus klepon. Makanan itu bagian Bu Fris dari dapur sekolah_khusus untuk guru setiap pagi, tapi malah diberikannya padaku.Aku tersenyum merasakan hangat perhatiannya. Benar-benar senyum. Bagai merasa akan mendapat jalan keluar terbaik setelah ini.Tisu Bu Friskelly berikan untukku menghapus sisa jejak air mata. Hampir 15 menit menangis kuat, cukup membuat mataku terasa menyipit.Begitu tenang, kupasang lagi kacamata agar tak begitu terlihat mata sembab.“Ibu akan bersama kamu, Sekar. Kamu harus semangat, ya.” Selain memegang tanganku, pelukan beliau berikan lagi sebelum aku kembali ke kelas. Pelukan erat yang bisa membuatku merasa lega.“Saya ada ulangan,
Read more
5. Aib!
 “Bagaimana pun kita tetap harus bersyukur. Kejadian ini tidak sampai membuahkan janin.” Penuh kelembutan Bu Friskelly menaikkan lagi semangatku.“Masih banyak perempuan di luar sana yang menanggung ujian lebih berat darimu, Sekar … tetaplah kuat.”Aku kembali terpuruk, merasa tidak ingin berbuat apa-apa.Malamnya, berkunjung wanita paruh baya yang kemarin ikut mendampingiku dari KPAI, beliau mungkin dihubungi Bu Fris, datang karena kasihan padaku.Aku memang pantas dikasihani … mungkin begitulah hidupku seharusnya. Entah, jangankan berpikir, menggerakkan jari melanjutkan menjahit saja aku enggan.Tanpa mengeluhkan sikapku, wanita tak kalah lembut dengan Bu Fris itu mulai bercerita, kalau di pekerjaannya dia temukan banyak perempuan_korban sepertiku juga yang
Read more
6. Janjinya
Tubuhku gemetar sampai tiba di rumah. Langsung ke dapur, aku duduk di kursi setelah mengambil air dingin. Napas terasa masih tersendat, kugenggam gelas kuat walau dua telapak tangan ini menggigil seakan tak bertenaga. Usai menghabiskan dua gelas air, baru kurasa cukup tenang. Bu Fris mendekat, tatapannya seperti curiga melihat gerikku. Beliau duduk di kursi depanku, posisi kami terhalang meja makan bundar. Bersitatap sejenak dalam diam, kuatur napas tenang melihat Bu Fris menungguku ceritakan apa yang terjadi. Ringan kalimat meluncur dari bibirku, mulai ceritakan kejadian barusan. Sudah tanpa emosi, aku malah sedikit geli saat cerita bagian cewek itu terjungkang akibat kudorong tadi, rok pendeknya terangkat membuat mukanya yang putih langsung semerah cabe rawit. Bu Fris kemudian menanggapi. Belia
Read more
7. Aku Nggak Pantas Untukmu
Motor bebek Yandi sudah berhenti di halaman rumahnya. Tadi sempat kulirik di sana, pada bekas rumahku yang tulisan ‘dijual’ dalam huruf besar masih terpasang di depan pagar. Rumah Ibu belum laku …. Aku tahu Ibu dan Kak Rana pindah ke kabupaten lain, tinggal di sebuah kecamatan kecil, jarak tempuh hampir enam jam dari sini. Kami belum pernah bertemu dan kontak lagi. Tahu kabar itu dari kak Winda saat kami tak sengaja bertemu, dan kakak sulungku itu juga ikutan pindah kerja gara-gara kasusku. “Urus dirimu sebisanya. Jangan paksa dekati Ibu yang masih kecewa. Kamu tau Ibu gimana orangnya, kasih waktu sampai melunak sendiri,” pesannya sebelum kami pisah. Setelah itu aku belum tahu Kak Winda pindah ke mana. “Ayo.” Buyar lamunan ini saat Yandi menarik tanganku, tapi terpegang ujung telunjukku yang kemudian tak mau dilepaskannya. Aku b
Read more
8. Tak Direstui
“Heh, kok ada kamu?” suara sinis perempuan paruh baya. Mendongak refleks, aku yang tengah menjahit, dengan otak terngiang ucapan Tante Mel tadi sampai tak sadari ada orang di depanku. Bengong. Aku lihat ke arah teman-teman lain, mereka tampak sama terkejut. “Siapa suruh kamu kerja di sini?” Dia mengulang pertanyaan dengan mata memelototiku. Tenggorokkan ini tercekat. “A-ada apa ya, Bu?” “Ada apa, ada apa? Sok polos kamu!” Wanita berambut keriting sebatas bahu itu kemudian menanyakan di mana Pak Kung. “Lagi keluar, Bu.” Seorang teman senior di meja jahit belakang menjawab. Wanita yang belum pernah kulihat ini keluarkan handphone besar dari tas tangan, menghubungi Pak Kung dengan suara nyaring, mengundang perhatian. Apa yang keluar dari mulutnya itu membuatku terhen
Read more
9. Dia
“Lagi ngapain?” Bu Fris mendekatiku lagi menggunting pola di lantai. “Hee, kerjaan iseng, Bu.” “Kok kecil-kecil? Baju ukuran Barbie?” Ikut duduk di lantai beliau perhatikanku. “Iya, Bu. Ukuran itu.” Kulirik boneka cantik di dekat meteran jahit. “Kreatif.” “Daripada bengong, Bu.” “Ini gambarnya?” Bu Fris pegang design di kertas HVS. Aku tersenyum dikulum. “Iya, Bu. Kasihan Barbie-nya cuma pakai gaun plastik, kalau dibuatkan baju pengantin pasti tambah cantik,” ujarku setengah bercanda. Ini bakal aku buat untuk kejutan, jadi masih kurahasiakan. “Lihat tangan kamu cekatan gitu, ibu jadi mau belajar jahit.” “Mudah kok, Bu.” Aku sudah dudu
Read more
10. Kita
Ucapan Yandi terakhir itu benar-benar membuatku resah.Apa dia akan nekat ke sini …?Hari ini pun perut jadi terasa mulas-mulas dibuatnya, makan sesuap pun sulit masuk, padahal tadi rendang kuminta Uda sirami kuah banyak, tetap saja tak selera. Kalau Yandi tiba-tiba muncul … waduhh, bakal perang dunia kedua dia sama orang tuanya.Pintu kututup rapat. Duduk di kursi jahit coba fokus selesaikan miniatur wedding yang kubuat untuk kado nikahannya Bu Fris. Tinggal membuat jas pria, boneka si pangeran pasangan Barbie sudah dapat kemarin di toko.Ini akan kukemas dengan mika, bagus buat pajangan. Saat akan menyelesaikan sedikit lagi, suara ketukan disertai panggilan dari luar membuatku terlonjak. Kutekan dada, merasa degup jantung meloncat-loncat.Refleks menebak, apa itu Yandi …?
Read more
DMCA.com Protection Status