SISA CINTA UNTUK ISTRIKU

SISA CINTA UNTUK ISTRIKU

By:  Dewi Jingga  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 ratings
42Chapters
26.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Aku Putra, seorang suami yang telah kehilangan rasa cinta untuk istriku, Mutiara. Entah apa yang terjadi padaku, rasa cinta itu menguap begitu saja, entah sejak kapan. Padahal dia istri yang sangat sempurna, kecantikan, ketelatenan, kebaikan, semua ada pada dirinya. Hanya saja, memang hatiku yang telah dibutakan oleh cinta dari Maura, gadis muda yang memesona. Melihat Mutiara yang lebih sering terlihat pucat, badannya yang lebih kurus, membuatku kehilangan selera padanya. Aku tahu, aku suami yang jahat, tapi aku juga laki-laki normal. Namun, siapa sangka. Di akhir perjalanan, ternyata aku baru menyadari. Cintaku tidaklah sepenuhnya menghilang, dia hanya tertutup oleh egoku.

View More
SISA CINTA UNTUK ISTRIKU Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Dewi Jingga
jangan lupa rate bintang 5 ya
2024-02-02 21:53:15
0
user avatar
Mariza Tantu
bagus. lebih cpt lebih baik. hehehe
2023-10-02 21:12:14
1
user avatar
Alvin Subeki
Baguuussss. Nangis kejer bacanya huhuhu
2023-09-24 21:36:21
1
user avatar
Anna Mardiana
bgs, gak kepanjangan n adh tamat
2023-09-24 19:39:24
1
user avatar
Dewi Jingga
Mohon bantuannya untuk kasih rate lima bintang, ya, readers.
2023-09-05 10:55:25
0
user avatar
Arsyila Izania
putra gak ada otak
2023-07-22 17:59:34
1
42 Chapters
Bab 1
SISA CINTA UNTUK ISTRIKU 1"Mas, pakaian untuk kerja aku gantung, celananya ada di rak paling atas. Pakaian dalam ada di lemari laci, ya. Jangan lupa." Selalu itu-itu saja yang dia ucapkan saat sedang berdua denganku di dalam kamar."Hmmh." Aku hanya memberikan jawaban singkat."Untuk baju sehari-hari aku menyimpannya di rak kedua dari atas. Semuanya sudah aku pisahkan, untuk memudahkan kamu mencarinya kalau nanti aku lagi gak ada di rumah." Lagi, ocehan yang tidak penting yang selalu dia ucapkan.Dulu, hal itulah yang membuatku jatuh cinta padanya. Dia selalu memperhatikanku bahkan hal-hal kecil tentang diriku. Akan tetapi, ocehan itu kini menjadi hal yang paling tidak ingin aku dengar, aku merasa jenuh, aku pikir dia sangat berlebihan.Sebenarnya dia istri yang sempurna, segala kebutuhanku disiapkan olehnya. Dari mulai baju kantor, makanan kesukaanku, dia juga termasuk pendengar yang baik saat aku ada masalah atau saat aku mengeluh tentang kelelahan yang kualami. Entah apa yang te
Read more
Bab 2
Malam ini kami lewati hanya dengan keheningan, tidak ada drama menangis ataupun emosi yang meledak-ledak dari istriku, Mutia.Seharusnya aku senang, karena tidak perlu membuang tenaga untuk berdebat dengannya, tapi hati kecilku sedikit kecewa. Reaksi yang ditunjukan mutia seolah menggambarkan bahwa dia tidak lagi takut kehilanganku. Apa dia pun sama sepertiku, tidak lagi memiliki rasa yang seharusnya ada dan menguatkan hubungan diantara kami. Ada sedikit rasa cemas yang tergambar dalam hati, batinku pun terus berkecamuk.Sebelumnya Mutia sangat cerewet, mulutnya tidak bisa diam. Ada saja hal yang di bicarakan olehnya, tapi setelah aku mengungkapkan perihal keinginanku untuk menikah lagi, tiba-tiba reaksi yang diberikan Mutia hanya diam seribu bahasa. Dia tidak mengatakan tentang apapun lagi padaku.Aku mengacak rambut frustasi, merasa bingung dengan yang terjadi pada diri sendiri. Setelah merasa lelah karena sibuk berkecamuk dengan pikiranku sendiri, akhirnya aku memutuskan untuk ti
Read more
Bab 3
"Mutia, apa yang kamu lakukan disini dan bersama orang asing ini?" Aku menghampiri istriku, kutinggalkan Maura dengan semua kantong belanjaan di tangannya."Mas Putra, ah, ini ... kenalkan, dia Aldiansyah, dia ...." "Tidak perlu, aku tidak ingin tau siapa namanya, untuk apa kamu bersama pria ini? Kamu ini wanita bersuami, tidak pantas jalan berdua dengan pria lain." Argh, entah mengapa aku begini, bukankah semalam aku mengatakan bahwa aku sudah tidak lagi mencintainya. Tapi lihatlah, mengapa ada hawa panas yang begitu cepat menjalar dalam diriku, membuat darah ini terasa bergejolak saat melihat Mutia sedang duduk betdua dengan seorang pria yang tak kukenali."Mas, tenanglah, aku bisa jelaskan." Mutia berdiri, meraih tanganku. Dia begitu tenang, tidak seperti sedang melakukan sebuah kesalahan, padahal jelas aku memergokinya jalan berdua dengan pria lain."Dia Aldiansyah, dia adalah ...." Mutia tersenyum sambil menoleh pada pria itu, tapi pria yang kudengar bernama Aldiansyah menggele
Read more
Bab 4
POV MutiaAkhir-akhir ini tubuhku sering merasa lelah, padahal hanya mengerjakan pekerjaan di rumah saja. Aku juga sering merasa nyeri di bagian perut, terasa seperti kram. Kejadian itu terus berulang, hingga puncaknya pada hari Minggu kedua bulan ini, aku benar-benar tidak kuat menahannya lagi.Ini masih pagi, aku mencoba untuk membangunkan Mas Putra yang tertidur lagi setelah shalat subuh, itu memang sudah menjadi kebiasaannya saat libur kerja. Bermaksud untuk memintanya mengantarkan aku ke dokter, tapi nihil, dia tidak bangun.Aku bingung dengan perubahan sikap Mas Putra, dia tidak peduli lagi padaku, sikapnya yang dulu begitu manis kini terasa sangat hambar, tidak ada lagi perhatian-perhatian kecil yang selalu dia berikan padaku.Aku tahu, sebenarnya dia menyadari bahwa beberapa hari terakhir ini aku tidak baik-baik saja. Tapi dia memilih untuk tidak peduli."Mas, apa kamu bisa mengantarku? Tolong aku, kali ini saja." Ucapku sambil menahan sakit."Hmmh, kamu pergi sendiri saja na
Read more
Bab 5
Ini sudah tiga hari sejak peristiwa malam itu. Dan selama tiga hari pula Mutia melayaniku tanpa banyak bicara. Baguslah, aku sudah bosan mendengarkan ocehan-ocehan tidak penting yang keluar dari mulutnya. Saat ini Mutia tidak akan memulai pembicaraan kalau bukan aku yang memulainya lebih dulu.Suasana rumah jauh lebih tenang dari sebelumnya. Ah, sepertinya bukan tenang, tapi sunyi seperti ada bagian yang hilang. Namun, rasanya tidak terlalu berarti.Mungkin sebenarnya dia marah padaku, makanya kecerewetan yang telah mendarah daging itu tiba-tiba hilang bak ditelan bumi, tapi biarkan saja. Aku ingin tahu, seberapa lama dia kuat untuk menahan dirinya. Aku yakin itu tidak akan berlangsung lama."Mas Putra, boleh temani aku minum teh?" tanyanya saat aku melewati Mutia yang sedang duduk di sofa.'Tuh, 'kan. Apa aku bilang, dia tidak akan kuat mendiamkanku terlalu lama. Buktinya Mutia duluan yang mengajakku menemaninya,' batinku jumawa."Tumben, kemarin-kemarin kamu seperti menghindar darik
Read more
Bab 6
Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun untuk mandi besar sebelum shalat subuh. Seperti biasa, Mutia sudah tidak ada di sampingku. Kini hanya bunyi alarm dari jam kecil yang senantiasa membangunkanku. Aku pikir Mutia akan kembali seperti dulu, membangunkanku dengan segala tingkah anehnya setelah semalam kami mereguk kembali manisnya cinta. Ternyata tidak, dia tetap jadi Mutia yang sekarang. Aku merasa kami hanya hidup serumah tapi tetap dengan urusan masing-masing. Mutia, sepertinya aku rindu kita yang dulu.Setelah mandi dan shalat, aku menyusul Mutia ke dapur. Aku tahu dia pasti berada di sana, kegiatan yang selalu dilakukannya selama menjadi istriku. Pagi-pagi menyiapkan sarapan dan segala kebutuhanku sebelum pergi ke kantor."Wah, sarapannya sudah siap." Aku berjalan mendekati Mutia.Mutia hanya tersenyum tipis, lalu menatapku dari atas hingga bawah."Kenapa liatin aku sampe segitunya?" tanyaku heran."Enggak, kamu udah siap? Padahal ini masih pagi.""Iya, ada yang harus di beresin
Read more
Bab 7
POV MutiaHari ini aku ada jadwal cek up, bertemu dengan Dokter Aldian Syahputra pukul sembilan pagi.Kalian jangan salah paham dulu, ternyata Dokter Aldian Syahputra itu adalah sepupu jauhku dari pihak almarhumah ibu yang aku ketahui hanya bernama Aldiansyah. Ternyata aku yang salah informasi.Memang turunannya sudah jauh, dan kami tinggal di kota yang berbeda membuat kami jarang bertemu satu sama lain, terakhir aku bertemu dengannya saat pternikahanku dengan Mas Putra dulu. Aku tidak tau dia berprofesi sebagai seorang dokter, aku juga terkejut saat pertama kali bertemu dengannya di rumah sakit. Dia dipindah tugaskan ke rumah sakit di daerahku sudah hampir enam bulan. Saat ini Aldiansyah adalah dokter yang menanganiku.Ini hari Minggu, hari libur kerja, tapi entah kenapa Dokter Aldian menjadwalkan aku cek up hari ini. Harusnya dia juga libur dan berjalan-jalan bersama keluarga atau pasangan. Aneh bukan? Sebelum pergi aku menyiapkan sarapan untuk Mas Putra, aku melihatnya masih tidur
Read more
Bab 8
Aku tidak habis pikir, syarat yang diajukan Mutia ternyata begitu memberatkan aku. Kenapa pula harus pisah rumah, padahal bisa saja mereka hidup satu atap dengan akur. Kemarin saja waktu di Cafetaria mereka baik-baik saja."Aku akan mengajukan banding atas syarat yang diberikan Mutia," gumamku.Pagi-pagi saat Mutia menyiapkan sarapan, aku mendekatinya."Mutia, bisa kita bicara?""Bicara saja, sambil aku menyiapkan makanan, ini sudah siang." Mutia tidak menoleh, tangannya masih sibuk dengan bahan makanan."Soal persyaratan itu." Dengan lemas aku mengatakannya."Kenapa? Bukankah semalam kamu setuju, sudah tanda tangan pula." Mutia menoleh lalu memicingkan matanya."Iya, tapi apa gak bisa kita bertiga hidup serumah saja. Jadi tidak perlu ada syarat yang kedua dan ketiga. Aku yakin, kok. Kalian bisa menjalaninya dengan baik, kamu dan Maura itu sama-sama wanita yang baik kalian berdua adalah wanita yang kusayangi." Aku membujuk."Tidak, keputusanku sudah bulat. Kalau kamu keberatan, aku si
Read more
Bab 9
Sesuai janjiku dengan Maura tadi siang saat di kantor, aku mampir dulu ke rumah Maura. Mumpung orang tuanya tidak ada.Sebenarnya kedua orang tua Maura tidak terlalu menyukaiku, entah apa alasannya. Padahal aku ini selain tampan juga sudah mapan secara materi. Tetapi tak masalah, yang penting Maura mencintaiku dan mau menikah denganku. Urusan Ibu dan Bapaknya bisa belakangan."Mas, langsung masuk aja, yuk." Maura menarik tanganku."Sabar, dong, Maura. Pelan-pelan aja, lagian mau kemana, sih, buru-buru banget." Aku tersenyum padanya. Maura sangat antusias dengan kedatanganku ke rumahnya, biasanya hanya di depan gerbang."Di luar panas, Mas. Aku udah kegerahan ini, pengen mandi," jawab Maura. Dia melangkah lebih dulu dan aku mengikutinya dari belakang."Duduk dulu, Mas. Mau dibikinin minum apa?" "Kopi boleh. Biar gak pusing lagi." Tak lama datanglah Maura dengan secangkir kopi di tangannya."Minum dulu, ya, Sayang. Aku mau mandi dulu, nanti habis mandi aku pijitin." Maura mengedipkan
Read more
Bab 10
"Mutia, kita bicara sebentar, boleh?" tanyaku pada Mutia yang sedang menggantung pakaian kerjaku, malam-malam begini belum habis juga pekerjaannya. Tentu saja dia tidak pernah lagi mengeluh akan kelelahan yang dialaminya, meskipun setelah seharian penuh dia mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya itu. Dapat kulihat saat ini Mutia begitu menikmati tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan melayaniku sepenuh hatinya."Sebentar, ya, Mas. Aku selesaikan ini dulu." Dia menoleh lalu tersenyum.Sekitar sepuluh menit aku menunggu,akhirnya Mutia selesai dengan setumpuk pakaian itu."Mau bicara apa, Mas?" Dia duduk di atas ranjang di sampingku."Mas akan secepatnya melamar Maura. Kamu tidak keberatan bukan?" tanyaku. Aku mengamati setiap ekspresi yang muncul di wajah Mutia.Dia tidak langsung menjawabnya, hanya diam dan membisu, untuk beberapa saat tatapan itu nampak kosong."Ya, tentu saja, bukankah lebih cepat lebih baik, jangan menunda-nunda niat baik. Untuk waktu aku serahkan padam
Read more
DMCA.com Protection Status