Bukan Orang Ketiga

Bukan Orang Ketiga

Oleh:  SHAL SYALA  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
23 Peringkat
56Bab
14.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tumbuh menjadi sosok gadis yang memiliki kecantikan paripurna nyatanya tak membuat seorang Shofia Karina menjadi istimewa. Dunia memandangnya berbeda dan kejam saat tahu tentang jati diri yang dimilikinya dan juga masa lalu kelam sang bunda. Membuat gadis itu tak memiliki keberanian untuk mengklaim sesuatu sebagai miliknya. Hidupnya hanya selalu belajar ikhlas merelakan apapun yang ia miliki saat diinginkan orang lain. Namun, bagaimana jika keikhlasannya dihadapkan pada sebuah hati dan cinta yang ia miliki tengah diinginkan orang lain? Mampukah Shofi mengikhlaskan cintanya pada orang lain? "Kenapa kamu selalu memberikan apapun milikmu yang diinginkan orang lain?" "Aku hanya sedang belajar ilmu ikhlas, juga aku takut sesuatu yang aku miliki tanpa aku sadari ternyata itu sebenarnya milik orang lain." "Lalu jika seseorang menginginkan suamimu ... apa kamu juga akan memberikanku pada mereka?"

Lihat lebih banyak
Bukan Orang Ketiga Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Lisa Irawan
buka babnya mahal sekali
2023-08-28 06:18:09
0
user avatar
Ummu Akhdan Ceria
ini bgus bgt..kn bkn cerita barulagi thor?
2023-08-27 00:07:48
0
user avatar
yenyen
finally ya happy ending
2022-10-23 12:37:02
2
user avatar
Ida cholidah
Thor ceritanya bagus banget tapi koinnya mahal, lain kali klu ada cerita baru koinnya jngn mahal2 nti ke geser sama penulis lain, karena di sini bnyk yg ceritanya bagus2 dan koinnya murah...
2022-10-18 10:50:04
1
user avatar
Ida cholidah
Thor kapan disc lagi... koinnya mahal ga sanggup
2022-10-13 14:47:16
0
user avatar
Fikri Mahmud
Wah, nemu cerita yang menarik. Makasih Thor
2022-08-01 15:02:11
1
user avatar
Masandra
semangat baca juga yuk pria tampan terdahsyat yang legendaris( tamat) pemuda yang tidak terduga( tamat) arti sebuah perbedaan ( on going) di tunggu ya
2022-03-16 01:21:41
1
user avatar
Cu Hapadi
semangat terus kakaaaa....
2021-11-24 20:59:21
1
user avatar
Rizma Ristanti
banyak pelajaran yg bermanfaat yg sy dapat dr cerita ini.... best bngt deh pokoknya... jd wajib baca....................
2021-11-02 10:57:54
1
user avatar
Rizma Ristanti
ceritanya bagus.... yg selalu sy tunggu updatenya.... semangat thoorrr................
2021-11-02 10:55:46
1
user avatar
Oot
Thor lanjutttt
2021-10-22 12:46:53
1
user avatar
Maria
Best story wajib baca..
2021-10-03 10:25:30
1
user avatar
Rizma Ristanti
ceritanya bagus... lanjutkan thoorr.........
2021-09-19 06:45:57
1
user avatar
Maria
Aku suka cerita tapi jgn lama2 upnya
2021-09-17 13:51:13
1
user avatar
Airenn
lanjut kak
2021-08-31 12:40:56
1
  • 1
  • 2
56 Bab
Kembali Pulang
Derap langkah kaki yang terburu-buru dari seorang pria yang memakai stelan jas itu terdengar berisik memasuki rumah bercat putih itu. Langkahnya berhenti tepat di depan kamar utama. Wajah tampan yang selalu datar itu kini terlihat panik saat mencari keberadaan wanita yang sesaat lalu meneteskan air mata akibat ulahnya. "Dek! Dengarkan, Kakak, dulu. Aku ingin menjelaskan," ucap Rafa sambil terus mengetuk pintu kayu yang menghalanginya masuk ke dalam kamar. Hatinya bergemuruh oleh rasa bersalah juga ketakutan akan kehilangan gadis belia yang hampir empat bulan menjadi istrinya. "Shofi ... aku mau---" Rafa segera mengatupkan bibirnya saat pintu kamar terbuka. Rafa semakin tak berdaya saat melihat mata sang istri basah dan sorot mata itu memancarkan luka yang penuh kekecewaan. "Aku akan mendengarkan," ucap Shofi lirih hampir tak terdengar, sebab ia tengah menekan tangisnya agar tak kembali pecah.
Baca selengkapnya
Keinginan
Rumah yang dulu begitu sederhana saat ini sudah tampak direnovasi menjadi lebih mewah meski tak merubah tata ruangnya. Ingatan masa lalu Shofi mulai berhamburan saat dirinya begitu bahagia pernah tinggal di rumah itu. "Ayo, masuk, Dek." Alya lekas menggandeng tangan Shofia untuk masuk ke rumah kemudian segera disambut wanita bergamis hitam dengan senyum yang teduh menatap keduanya. "Assalamualaikum, Tante Heni," sapa Shofi pada wanita bernama Heni itu. "Walaikumsalam," jawab Heni dengan senyum mengembang. "Bagaimana kabar kamu, Nak?" tanya Heni yang tak lain ibu dari Alya. Wanita mulia yang pernah ikut merawat Shofi saat masih anak-anak. "Alhamdulillah baik, Tante," jawabnya setelah mencium punggung tangan Heni. "Kamu akhirnya kembali, kita semua sangat menanti kehadiran kamu, Shofi," ucap Heni dengan tatapan yang masih sama seperti dulu, masih lembut dan menenangkan. Seluruh keluarga kemudian masuk ke dalam rumah saling berce
Baca selengkapnya
Mama
🍂Seburuk apapun ibumu ... tapi ternyata Allah sudah meletakkan surgamu di telapak kakinya. Dan tak ada seorang pun yang dapat mengingkari hal itu.🍂   Suara Adzan subuh baru saja berkumandang bersamaan dengan Shofi yang baru menyelesaikan beberapa persiapan untuk masak sarapan sesaat lagi. Menanak nasi di magic com, mengupas bawang, mencuci gelas kotor bekas semalam yang belum sempat tercuci. Meski telah bertahun-tahun meninggalkan rumah itu, tapi Shofi masih ingat betul letak barang-barang di sana hingga ia tak kebingungan melakukan semua itu. Setelah selesai, ia segera kembali ke kamar untuk menunaikan sholat subuh.   Setelah menyelesaikan sholat subuh, Shofi segera kembali ke dapur. Terlihat Alya sudah berada di sana tengah mencuci sayuran di wastafel.   "Kamu yang mengerjakan ini semua, Dek?" Alya menunjuk magic com dengan tombol Cook yang menyala.   "Iya, Kak. Aku nggak bisa tidur terus cari pe
Baca selengkapnya
Bertemu
Setiap waktu nama itu tersebut dalam setiap untaian doa, berharap semua kebaikan akan Allah limpahkan untuk sang pemilik nama ... juga sebuah harapan jika Allah akan mengijinkan untuk bertemu dalam kesempatan yang indah.                                                       🍂🍂🍂Isakan tangis yang beberapa saat lalu keluar dari bibir gadis berhijab itu kini tak lagi terdengar dan hanya suara jangkrik yang memecah keheningan suasana di area pemakaman. Ia bukan tertidur, hanya terlalu mendalami masa lalunya hingga tak menyadari jika langit sudah mulai menampakkan senja.Setelah mengusap sisa air matanya, Shofi tersenyum sedih menatap pusara sang Mama. ia usap nisan itu dengan lembut seolah tengah mengusap wajah cantik sang Mama."Shofi pamit pulang dulu, ya, Ma?" Ia lekas berdiri dan dengan berat hati Shofi mulai mel
Baca selengkapnya
Masih Canggung
Mobil yang membawa Shofi bergerak pelan menyusuri jalan berpaving perumahan di mana dirinya dan laki-laki yang berada di balik kemudi itu tinggal.Shofi yang tak menolak ajakan Rafa memilih untuk duduk di kursi penumpang belakang. Tak ada obrolan dari keduanya, tapi sesekali pandangannya bertemu dengan sorot mata Rafa di spion tengah.Rafa memang sengaja terus mencuri pandang ke arah Shofi saat ia merasa tak asing dengan wajah cantik gadis itu. "Rumah kamu di blok apa?" tanyanya memecah keheningan."Rafles Garden blok KL nomor 47," jawab Shofi menyebutkan alamat rumah Alya.Rafa kembali memusatkan pandangan ke spion tengah saat alamat yang Shofi katakan sama dengan alamat rumah kakaknya. "Kamu tidak salah?" tanya Rafa dan langsung mendapat gelengan dari Shofia.Rafa memilih diam dan melanjutkan laju mobilnya hingga tak lama berhenti tepat di mana alamat yang disebutkan oleh Shofia. Ia menatap ke arah teras rumah, terlihat wanita manis yang tak lain
Baca selengkapnya
Antar Jemput
Setelah melewati jalanan yang cukup lengang, mobil yang dikendarai Rafa akhirnya berhenti di parkiran kampus. Pria itu menoleh pada gadis yang duduk manis di sebelahnya setelah mematikan mesin mobil."Kenapa?" tanya Rafa saat melihat wajah tak nyaman dari Shofi.Shofi menggeleng lalu membuka sabuk pengaman yang melingkari tubuhnya. Gadis itu tampak heran saat Rafa mengantarnya sampai parkiran, bukankah di gerbang kampus saja sudah cukup. "Makasih, ya, Kak. Aku masuk dulu," ucapnya lalu kemudian turun setelah Rafa mengangguk."Kak Rafa ngapain ikut turun?" tanya Shofi saat pria itu sudah berada di luar mobil lalu menghampiri dirinya."Kakak anterin sampai kelas kamu," jawab Rafa kemudian berjalan mendahului Shofi yang masih tertegun di tempatnya. "Ayo, Dek!" Rafa mengulurkan tangan meski ia tahu jika tak akan mendapat sambutan."Kak ... aku bukan anak kecil lagi. Aku udah gede," ucap Shofi lirih sambil menatap takut ke arah Rafa, tak lama ia mengang
Baca selengkapnya
Penolakan
Kedatangan Shofi membuat suasana di ruang tamu menjadi hening. Shofi yang menerima tatapan dari beberapa orang di sana segera menundukkan pandangannya. Ia segera berjalan menghampiri salah satu dari mereka. Wanita paruh baya bergamis hitam dengan hijab coklat yang menutupi kepala hingga dada itu menjadi tujuan Shofi. "Assalamualaikum, Bu Nyai," ucap Shofi lalu mencium punggung tangan Nyai Fatimah beberapa saat, sebelum kemudian ia lepaskan dan segera disambut pelukan erat oleh wanita paruh baya itu. "Umi, kangen kamu, Nak," ucap Nyai Fatimah setelah melepaskan pelukannya. Sorot mata wanita itu benar-benar memancarkan kerinduan meski baru beberapa hari kepergian Shofi dari pesantren. "Kamu sehat-sehat 'kan?" tanyanya memastikan. Shofi mengangguk. "Alhamdulillah, Umi." "Umi ...." Panggilan dari Kyai Sholeh segera mengalihkan pandangan dua perempuan itu. Shofi memberi salam pada Kyai Sholeh, juga Gus Ikhsan yang duduk di sebelah
Baca selengkapnya
Cantik dan Berharga
Heningnya malam membuat Shofia masih terjaga. Kejadian sore tadi dan ucapan Akbar masih berputar-putar di kepalanya hingga membuat ia kesulitan untuk memejamkan mata meski jarum jam sudah menunjukkan angka dua. Ia menyudahi lantunan dzikir yang ia ucapkan, melepas mukenah lalu berjalan membuka jendela kamar. Hembusan udara sepagi ini cukup segar memenuhi rongga dadanya yang terasa sesak.Shofi menengadah sambil memejamkan mata. Kemudian tak lama mata terpejam itu terbuka dan bersikap waspada saat mendengar tapak kaki seseorang di sekitar taman sebelah kamarnya."Astagfirullahhaladzim!" Shofi memekik pelan, terkejut saat melihat bayangan seseorang yang duduk di gazebo taman."Kenapa belum tidur?" Suara berat dari Rafa membuat Shofi menghembuskan nafas lega. Ia pikir Rafa adalah pencuri yang menyelinap masuk ke dalam rumah."Baru selesai sholat," jawab Shofi. "Kakak sendiri ngapain di sini jam segini?" tanyanya kemudian.Rafa memberi isyarat
Baca selengkapnya
Penghinaan
Rumah megah dengan pilar-pilar yang berdiri kokoh menyanggah bangunan rumah terlihat sungguh indah dan mewah. Suasana rumah yang Shofi tahu selalu sepi itu kali ini terlihat ramai. Pintu ganda bercat putih yang jarang sekali di buka kali ini terbuka lebar. Tentunya Shofi sadar diri jika hal itu bukan dikhususkan untuk bersiap menyambut kedatangannya.Shofi berjalan beriringan dengan Alya dengan degub jantung yang tak berirama teratur. Jemarinya meremas gamis yang ia pakai. Shofi merasa takut dan entah apa yang ia takutkan. Jika bisa ia ingin lari menjauh tak ingin menapaki rumah itu."Ayo masuk, Dek," ajak Alya. Wanita itu lekas menggandeng Shofi berjalan masuk ke dalam rumah mertuanya."Mamiii ...!" Panggilan dari bocah laki-laki yang berlari menuju ke arah Alya menyambut rombongan Alya. Bocah sepuluh tahun itu lekas meloncat ke gendongan sang Papi lalu meraih tubuh Alya kemudian memeluk erat wanita itu.Beberapa hari berada di rumah sang Oma membuat boc
Baca selengkapnya
Merasa Nyaman
Tuk!Suara gelas yang diletakkan kasar oleh Rafa di atas meja makan sedikit mengagetkan Shofi. Gadis itu hanya menunduk takut dengan kemarahan Rafa. Selama perjalanan pulang dari rumah Tari hingga memasuki rumah Alya, Rafa hanya diam dengan sorot mata menajam. Hal itu semakin membuat Shofi ketakutan dan merasa bersalah. Menyesali kenapa dirinya harus kembali ke keluarga ini. Baru beberapa hari saja ia sudah membuat keributan seperti tadi.Rafa mengambil gelas kosong yang lain lalu mengisinya dengan air putih. Ia sodorkan ke hadapan Shofia. "Minum dulu, Dek," kata Rafa."Maafkan aku, Kak."Wajah Rafa seketika melembut mendengar ucapan Shofi, ia baru menyadari jika adiknya ketakutan. "Maaf untuk apa?" tanyanya lembut."Kehadiranku malah menimbulkan keributan buat keluarga ini," ujar Shofi dengan nada bergetar. Shofi memberanikan diri menatap Rafa yang terdiam.Kini Rafa beralih menatap Shofi. "Bukan itu yang ingin Kakak dengar dari ka
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status