Bahagia Usai Berpisah

Bahagia Usai Berpisah

Oleh:  Ummatul Khoiroh  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
17 Peringkat
43Bab
34.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Zulfa harus menelan kekecewaan karena rumah tangganya dengan Rio harus kandas di usia pernikahan yang ke tiga hanya karena satu alasan. Anak. Hatinya yang rapuh semakin lapuk. Kenyataan pahit yang dialaminya membuatnya trauma untuk kembali membangun rumah tangga. Namun, Fikri datang. Seorang pria yang pernah menjadi masa lalunya. Membantunya menguak satu per satu rahasia Rio. Siapa sangka, jika Fikri adalah takdir yang telah diatur untuk menghabiskan waktu bersama Zulfa hingga akhir hayat.

Lihat lebih banyak
Bahagia Usai Berpisah Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Nur Hidayat
lanjutkan.. semangat
2021-11-27 02:04:34
0
user avatar
Curut Kecemplung
bagus,,,banget cerita nya.sangat menginsfirasi untuk wanita yg d khianati.
2021-11-20 01:57:48
1
user avatar
Rai Seika
Semangat Kak, ceritanya bagus
2021-10-08 11:58:25
1
user avatar
Sandra Setiawan
semangat ya thor .........
2021-10-08 11:05:09
0
user avatar
Aksara Rindu
Wah ceritanya keren. Semangat Thor.
2021-10-08 09:16:43
0
user avatar
Ezzel kalila
Good, semangat thor. Btw, nama pemerannya orang yang kukenal semua :D
2021-10-08 07:11:39
0
user avatar
Giaa Ukary
Seru ceritanya Kak, semangat terus menulis lanjutannya!
2021-10-08 06:55:37
0
user avatar
Rhill
Lanjutt thorrr Semangattttt
2021-10-07 22:40:22
0
user avatar
Suci AD
Ceritanya seru, menguras emosi. Semangat berkarya terus.
2021-10-07 17:50:25
0
user avatar
Ummatul Khoiroh
Cerita ini menarik. wajib dibaca!
2021-10-07 17:14:46
0
user avatar
Eternalbee
seru kak ceritanya semangat yaaa......
2021-10-07 17:06:01
0
user avatar
Ei Rin
menarik nehh... penasaran dengan kelanjutannya...
2021-10-07 17:05:05
0
user avatar
Puan alf
menarik nih, lanjut terus ya kak.
2021-10-07 16:44:05
0
user avatar
RAZILEE
nexttt thorrrrd
2021-10-07 16:33:58
0
user avatar
V I L
gregetan sama Rio. talak aja tuh suami, huft
2021-10-07 15:08:08
0
  • 1
  • 2
43 Bab
Kecurigaan
Zulfa memandang suaminya–Rio, dengan pelbagai pertanyaan yang berputar dalam benaknya. Semenjak kepulangan Rio dari luar Kota, tingkahnya banyak berubah. Ia lebih sering menghabiskan waktu bersama handphone dari pada dengannya.Padahal, dulu Rio lebih senang bermanja dengannya dari pada bermain ponsel. Bahkan, sekarang saat masakan Zulfa telah terhidang, Rio sama sekali tak meliriknya. Dia masih asyik tersenyum bersama benda pipih pintar miliknya. Ia merasa tak dihargai."Mas, makan lah makananmu! Akan tidak enak jika kamu membiarkannya terlalu lama," ujar Zulfa. Rio tersadar. Ia mengangguk dan tersenyum."Iya, Sayang. Makasih, ya." Rio menyendok mie ayam buatan istrinya."Masakanmu memang tiada tanding, Yang," puji Rio dengan mulut penuh makanan. Sesekali tersenyum memandang Zulfa.Zulfa tersipu, kedua pipinya memerah. Bukan pertama kalinya ia dipuji seperti itu. Namun, mendengar be
Baca selengkapnya
Perubahan Sikap Rio
"Aku berangkat dulu. Kamu hari ini sarapan sendiri, ya. Aku buru-buru soalnya." Rio turun dari tangga dengan tergesa-gesa dengan tangan kanannya yang terus menyisir rambut.Zulfa bingung dengan sikap Rio. Padahal waktu masih terlalu pagi untuk bekerja. Ayam tetangga pun masih bergulung di peraduan mengerami telurnya. Bahkan, matahari belum nampak bangun dari peraduan."Kenapa pagi sekali, Mas?" tanya Zulfa dengan tatapan tak suka. Kedua matanya menatap Rio tajam."Iya. Habis gimana, ya... Klienku dari Kalimantan baru sampai hari ini. Dia ngajak ketemu sekarang juga," jelas Rio."Tapi ... kenapa kamu dandan gitu?""Maksudmu aku harus pakai kaos dan celana bokser?"Zulfa mendesah. "Maksudku kenapa rambutmu klemis dan wangi parfummu semerbak kayak gini? Kamu gak lagi bohongin aku kan, Mas?" Zulfa memberikan tatapan menyelidik.Rio terkekeh. "Ingat perkataanku
Baca selengkapnya
Jarak
Memiliki seorang suami, namun hidup bagaikan seorang janda. Itulah yang Zulfa rasakan kini. Ia merasa bahwa ada jarak yang terbentang lebar di antara ia dan Rio."Sebenarnya kamu kenapa, Mas?" lirih Zulfa berucap. Ditatapnya wajah Rio yang terlihat tenang dalam dengkuran halusnya. Dadanya naik turun secara teratur, pertanda ia benar-benar terlelap. Mungkin, ia memang kelelahan.Sesekali, senyum di bibir Rio terukir seolah ia tengah memimpikan hal yang bahagia. Wajahnya begitu tampan. Hal yang membuat Zulfa takut jika ketampanan yang dimiliki suaminya itu akan menjadi bumerang untuknya.Mungkin, sekarang.'Apa kamu sedang memimpikanku, Mas?' batin Zulfa bertanya sendiri. Pikiran negatif selalu melintas dalam kepalanya. Apakah sekarang ia tengah terbuai mimpi sedang bersama wanita lain?Entahlah, ia hanya bisa menebak-nebak.Ia teringat tentang pesan-pesan sang Ibu. Agar tak
Baca selengkapnya
Memeriksa Ponsel Rio
"Dia ... selingkuhanmu, kan?" tuduh Zulfa dengan tatapan tajam dan mata merah usai menangis.Rio membuang muka. Ia merasa malas berdebat tengah malam, khawatir jika ada tetangga yang lewat lalu mendengarnya. Orang yang tidak menyukainya akan menyebarkan gosip yang tidak-tidak jika perdebatannya dengan Zulfa didengar."Jangan menuduhku selingkuh. Aku tak akan pernah melakukan itu padamu!" jawab Rio dengan tegas dan penuh penekanan."Jangan bohong, Mas! Aku merasa selama beberapa hari ini sikapmu berubah! Kamu berangkat sebelum aku bangun, terus aku sudah lelah memasak malah kamu nggak makan sedikit pun! Menoleh pun tidak! Apa kamu tau gimana rasanya, Maaass?" Zulfa meraung sambil menepuk-nepuk dadanya. Mengungkapkan amarah dan sesak dalam dadanya.Rio bergeming. Ia hanya menatap istrinya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Sejujurnya ia iba, namun ia tak bisa apa-apa."Lalu, sekarang ... kenapa rambutmu basah? Kamu nggak pernah loh mandi tengah
Baca selengkapnya
Membuntuti Rio
"Kenapa nomor hape wanita itu kamu beri nama Azka? Kenapa?" Zulfa menatap kepergian suaminya. Entah pergi berkerja atau ... berselingkuh. Ia sudah menyiapkan rencana untuk hari ini. Dirogohnya hape dalam saku roknya, lantas menghubungi seseorang untuk bekerja sama menjalankan misinya."Aku tunggu. Berangkatlah sekarang!" titah Zulfa pada seseorang di seberang telepon.Zulfa bergegas ke kamarnya untuk berganti baju. Ia memakai celana jeans, kecamata, dan juga topi. Rambut yang biasa ia ikat kini dibiarkan tergerai. Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Cukup berbeda. Tak akan ada orang yang tau jika itu dirinya. Zulfa tersenyum, merasa senang  karena sebentar lagi ia bisa membongkar kebusukan suaminya. Semoga saja!Saat suara bel terdengar, Zulfa bergegas turun setelah mengenakan sweater merah yang telah lama tersimpan dalam lemari. Rio tak akan curiga, karena ia tak pernah teliti dengan baju yang dimiliki Zulfa.
Baca selengkapnya
Terbongkar
"Aku bersedia menjadi ... istri keduamu. Jika kamu belum bisa menceraikannya."Seketika darah Zulfa mendidih. Hatinya remuk, bagai dihantam ombak yang besar lalu terseret mengahantam bebatuan. Setetes demi setetes air mata turun hingga membasahi kedua tangannya. Ia yakin, wanita yang menelponnya waktu itu adalah yang kini sedang bicara dengan Rio. Wanita bernama Amara itu dengan tanpa rasa berdosa dan tanpa rasa malu, meminta Rio untuk menjadikannya istri kedua."Jangan gila, Ra. Aku tidak suka punya dua istri. Bisa repot aku nanti," sahut Rio. Namun, disertai dengan kekehan."Kalau begitu, ceraikan saja istrimu. Toh dia nggak ada gunanya. Gak bisa hamil, kan?" kata Amara yang begitu menohok.Fikri datang dan segera merapatkan kursinya di samping Zulfa. Dirangkulnya Zulfa dari samping, namun Zulfa menolak. Ia masih waras untuk tidak menerima dekapan pria lain disaat statusnya masih seorang istri."Kamu masih mau di sini?" bisik Fikri.
Baca selengkapnya
Menemui Amara
Rio pulang dengan wajah berseri-seri. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Zulfa yang memahami apa penyebabnya hanya tersenyum miring. Ia akan terus berakting seperti orang yang tak tahu apa-apa."Assalamu'alaikum, Yang," salamnya."Wa'alaikum salam. Baru pulang?" balas Zulfa sambil meraih tangan Rio seperti biasanya."Iya. Oh, ya. Aku bawain makanan buat kamu. Nih!" Rio menyodorkan makanan pada Zulfa.Zulfa tersenyum saat menerimanya. Namun, ketika membaca nama pada kantong plastiknya, seketika wajahnya kembali datar. Rio membelinya di restoran tempat di mana Zulfa melihatnya bertemu dengan wanita lain."Aku sudah kenyang, Mas. Kamu makan aja, ya. Soalnya aku nggak masak buat makan sore ini," kata Zulfa. Bagaimana ia bisa memakannya, melihatnya saja darahnya kembali mendidih."Wah, padahal aku tadi beli ini karena teringat sama kamu, Yang.""Maaf, ya,"
Baca selengkapnya
Amara Mengadu ke Rio
"Ada hubungan apa kamu dengan suamiku?" Kedua mata Zulfa tak lepas menatap Amara. Ternyata, nyali Amara menciut saat bertatap muka secara langsung dengan Zulfa. Berbeda sekali saat membicarakannya di belakang. Kejam dan menusuk!"Jawab!" Sentakan Zulfa membuat tubuh gadis berkulit putih itu terlonjak."Aku dan suamimu hanya berteman, Zulfa. Hubungan kami hanya sebatas teman bisnis saja." Amara mulai menjawab. Meski kedua tangannya bergetar."Oh, ya. Bukankah aku memintamu menjawab dengan jujur ... Amara?" Satu alis Zulfa naik."Aku sudah berkata jujur," tegas Amara.Zulfa mengangguk-angguk. Ia bersikap sesantai mungkin meski hati terasa bergejolak ingin memaki-maki. "Kamu adalah wanita yang cantik, Amara. Aku yakin, banyak pria yang ingin memilikimu. Tapi, kukira kamu hanya menyukai pria beristri saja." Zulfa kini berjalan-jalan sembari melihat-lihat foto yang terpajang di setiap dinding."Zulfa! Aku sudah bilang, a
Baca selengkapnya
Kita Cerai Saja, Mas!
"Sayang, kamu belum tidur?" Rio yang baru saja masuk ke kamar, mendapati Zulfa tengah berdiri menghadap jendela."Kita cerai saja, Mas!" Kedua tangan Rio yang hendak membuka kancing kemejanya seketika terhenti. Ia menatap Zulfa yang masih setia menghadap jendela, untuk memastikan bahwa ia salah dengar. Namun, Zulfa tetap bergeming di tempatnya."Maksud kamu apa, Sayang?" "Kita cerai saja. Aku tidak ingin tinggal dengan pria yang telah mengkhianatiku." Ucapan Zulfa terdengar pelan. Namun, mampu menusuk relung hati Rio."Aku nggak salah dengar, kan?" Rio masih meyakinkan apakah Zulfa benar-benar mengucapkan kata cerai."Aku yakin kalau kamu nggak tuli, Mas!" ketus Zulfa. Ia berbalik menatap Rio tajam. Wajahnya begitu dingin seolah tak dapat disentuh."A-apa kamu tahu semuanya?" Rio melempar tanya dengan hati-hati, meski ia sudah tahu rahasianya sudah terbongkar.Zulfa melengos, ia melangkah ke ranjang dan mengeluarkan
Baca selengkapnya
Cerita Masa Lalu
"Aku ingin cerai saja, Buuu ...."Zulfa terisak dalam pelukan sang Ibu, hatinya yang telah rapuh semakin lapuk saat berhadapan dengan wanita yang telah melahirkannya itu. Ia tak bisa bersikap tegar. Berhadapan dengan sang Ibu, membuatnya kembali seperti anak kecil yang membutuhkan belaian ketenangan dan pelukan kasih sayang."Ceritakan semuanya pada Ibu. Berbagilah kesedihanmu dengan Ibu, agar beban di hatimu bisa berkurang dan kamu bisa sedikit lega," tutur Bu Umi dengan tutur katanya yang selalu lemah lembut. Membuat siapa pun yang mendengarnya akan merasa tenang.Zulfa menceritakan semuanya, tentang perubahan sikap Rio, lingerie merah, serta wanita bernama Amara. Bu Umi mendengarkannya dengan sesekali menghela napas. Sebagai Ibu, tentu saja Bu Umi merasakan kekecewaan yang amat dalam pada Rio. Putri yang ia percayakan telah disakiti sedemikan dalam oleh pria yang beliau percaya."Sabar, Nak. Semua kejad
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status