Rasa Tanpa Tatap

Rasa Tanpa Tatap

Oleh:  Yuendha  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
13Bab
522Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Liburan musim panas kali ini, Ayers memilih berkunjung ke sebuah desa kecil bernama Mittelbergheim di Alsace, Prancis. Untuk merasakan langsung kehidupan pada abad pertengahan, Ayers menyewa salah satu rumah penduduk desa, di mana dirinya selalu mendengar suara nyanyian dari seorang gadis yang tinggal di sebelah rumah tersebut. Suaranya bagus dan Ayers sangat menyukainya. Tapi anehnya gadis itu tidak pernah kelihatan saat siang hari. Dia hanya muncul saat malam untuk bernyanyi di depan jendela kamarnya yang kebetulan bersebelahan dengan kamar Ayers. Beberapa kali Ayers menyapanya, namun jangankan merespons, melihat Ayers saja pun gadis itu enggan. Siapa sebenarnya gadis itu? Kenapa dia tidak pernah keluar rumah seakan tak ada yang boleh melihat dirinya, dan kenapa dia selalu mengabaikan Ayers?

Lihat lebih banyak
Rasa Tanpa Tatap Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
13 Bab
01. Lullaby di tengah malam
Mittelbergheim, France—11:40 PMCekrek!"Perfect." Ayers Matthieu tersenyum puas melihat hasil jepretannya, pria berusia dua puluh tiga tahun itu lalu mengangkat kepala, menatap sebuah rumah khas Eropa kuno yang baru saja ia potret. Sebelum kemudian melangkah masuk ke dalam rumah yang akan ditempatinya selama liburan musim panas. Suasana klasik terasa sangat kental di rumah ini, seakan dirinya ditarik kembali ke abad pertengahan.Sembari menelisik sekitar, Ayers memotret bagian-bagian rumah yang menurutnya cocok dijadikan objek foto. Setelah puas, pria itu naik ke lantai dua menuju kamarnya. "Wow ... tidak salah lagi, Mittelbergheim memang pilihan yang tepat untuk berlibur." Ayers melihat sekeliling kamarnya. Ruangan kecil ini dilengkapi dengan single bed, lemari dua pintu, meja serta kursi, yang semuanya terbuat dari kayu.Ayers melepaskan tas ranselnya. Pria itu lalu memasukkan pakaiannya dengan asal ke dalam lemari. Niatnya ingin cepat-cepat beristirahat setelah menempuh perjalanan
Baca selengkapnya
02. Si cantik sebelah rumah
Sinar matahari langsung menyorot Ayers ketika ia baru saja membuka pintu rumah, membuat matanya menyipit. Sejenak pria itu mengamati penduduk desa yang sedang beraktivitas.Tak lama berselang pintu di sebelah rumahnya terbuka. Seorang gadis muncul setelahnya. Pakaiannya rapi dan rambutnya disanggul asal, namun tetap cantik. Gadis itu tersenyum pada Ayers saat melewatinya, yang tanpa sungkan Ayers pun membalasnya.Namun, itu bukan gadis yang ia lihat tadi malam. Ayers ingat betul jika rambut gadis itu hitam dan lurus—meski hanya terlihat sepintas. Tapi yang ini memiliki warna rambut kecokelatan.Ayers tersenyum kecil. "Kalau bisa dapat dua, kenapa harus satu." Melirik ke arah jendela kamar gadis bersuara merdu itu, sebelum akhirnya melangkah untuk berkeliling desa. Tak lupa dengan kamera yang selalu menggantung di lehernya.Sesekali Ayers berhenti ketika menemukan pusat menarik untuk fotonya. Kemudian melanjutkan perjalanannya hingga tiba di sebuah jalan di mana kanan kirinya ditumbuhi
Baca selengkapnya
03. Mulai merasa aneh
"Who is that girl I see ... staring straight back at me ....""Why is my reflection someone I don't know ....""Must I pretend that I am ... someone else for all time ....""When will my reflection show ... who I am inside ...."Tanpa diduga ternyata gadis itu bernyanyi lagi. Ayers yang masih mengeringkan rambutnya menggunakan handuk seusai mandi, berlari cepat menuju jendela saat mendengar suara khas bernyanyi dari gadis di sebelah rumah. Ayers ingin menyapanya. Namun, ketika membuka jendela yang terlihat hanya sedikit dari sosok gadis itu. Pun rasanya tidak sopan jika menyapa melalui jendela seperti ini.Alhasil, Ayers melempar handuknya ke sembarang tempat dan buru-buru keluar. Sampai di luar, Ayers berdiri tepat di depan jendela kamar gadis itu. Kepalanya mendongak. Senyumnya mengembang saat dirinya berhasil melihat wajah dari gadis itu sepenuhnya. Ayers terpesona memandangnya. Gadis itu benar-benar sangat cantik, matanya terpejam saat bernyanyi, rambut hitam lurusnya beterbangan
Baca selengkapnya
04. Gadis itu hantu?
Paginya Ayers sudah bersiap untuk bertamu di rumah tetangganya, yang mana tujuannya hanyalah menemui gadis pemilik suara merdu yang berhasil membuatnya penasaran dengan sosok misteriusnya. Ayers ingin tahu, gadis itu memang ingin mengabaikannya atau sengaja bersikap demikian agar bisa menarik perhatiannya.Dengan pakaian santai dan sekeranjang buah di tangan, Ayers melangkahkan kaki ke rumah sederhana yang berdiri kokoh di samping rumahnya.Tiba di depan rumah tersebut, Ayers langsung mengetuk pintu beberapa kali. Pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya muncul setelahnya—yang kemungkinan adalah Ibu dari Isabelle dan gadis yang belum Ayers ketahui namanya."Kau siapa?" tanya wanita itu, matanya bergerak mengamati Ayers dari atas hingga ke bawah.Ayers tersenyum manis. "Bonjour, Bibi. Perkenalkan nama saya Ayers, orang yang menyewa rumah Bibi Marthe. Saya ke sini untuk memberikan ini sebagai salam perkenalan," ujar Ayers basa-basi seraya menyodorkan keranjang buah yang dibawanya.Wanit
Baca selengkapnya
05. Malam paling horor
Setelah makan malam, Ayers memutuskan duduk di depan laptop untuk memeriksa semua hasil jepretannya. Di samping itu, pikirannya justru melayang ke mana-mana. Tidak biasanya ia tidak fokus pada apa yang dikerjakannya.Jam dinding berbunyi, tanda sudah tengah malam. Ayers pun meregangkan otot-ototnya, kemudian menutup laptop. Pria berambut hitam itu berdiri, berjalan ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di sana."Who is that girl I see ...."Mata Ayers membulat. Langsung ia bangkit dan bergegas keluar rumah. Terlihat sosok gadis misterius itu ketika Ayers sudah berdiri di depan jendela kamarnya. Seperti sebelum-sebelumnya, mata gadis itu akan terpejam saat bernyanyi.Ayers terus memerhatikan gadis itu. Dari penampilannya tidak ada yang mencurigakan sama sekali. Ia tampak seperti manusia pada umumnya. Namun, gaun tidur berwarna putih yang selalu ia pakai dan rambut panjang terurai begitu saja dengan kulitnya yang pucat, sukses membuat bulu kuduk Ayers berdiri.Pria itu menelan ludah
Baca selengkapnya
06. Semakin banyak teka-teki
Ayers berdiri di depan jendela kamarnya. Sesekali dirinya menoleh ke kamar sebelah. Ingin rasanya ia lompat ke seberang dan masuk ke dalam kamar tersebut untuk memastikan sendiri makhluk apa yang ada di dalam sana. Karena sebenarnya Ayers masih memiliki keyakinan besar jika gadis itu bukan hantu.Sorot mata Ayers bergerak ke bawah saat seorang pria paruh baya mengetuk pintu rumah Isabelle. Sepertinya itu adalah Ayah Isabelle. Dan ternyata benar, pria itu masuk dengan disambut oleh Jane. Tiba-tiba terlintas di benak Ayers untuk bertanya langsung pada pria itu, mungkin saja ia mengetahui sesuatu karena sudah lama tinggal di rumah tersebut.Ayers segera bersiap-siap, ia sudah tidak tahan hidup dengan rasa penasaran. Teka-teki ini harus segera diselesaikan. Ia tidak ingin liburan yang harusnya membawa kesenangan malah justru membawa beban pikiran untuknya.Dengan cepat ia pergi ke rumah Isabelle untuk mencari kebenaran yang lebih jelas. Beberapa kali Ayers mengetuk pintu, namun masih tida
Baca selengkapnya
07. Rasa yang terpendam
"Kyran ...." panggil Ayers untuk yang kesekian kalinya.Hening.Ayers duduk di lantai dengan posisi menyandar di tembok pembatas kamarnya dan kamar Kyran. Semenjak kedatangannya ke rumah Isabelle tiga hari lalu, Kyran tidak pernah lagi muncul untuk bernyanyi.Kepala Ayers bergerak ke samping kanan, memandang langit melalui jendela kamarnya yang terbuka lebar. "Kau tahu, malam ini langit sangat cerah. Bulan dan ribuan bintang di atas sana bersinar terang. Lihatlah, mereka begitu indah. Apa kau tidak berniat keluar dan menghibur mereka dengan nyanyianmu? Mereka merindukanmu ... sama sepertiku."Ayers menelan kuat salivanya, bibirnya melengkung tipis. "Benar, aku merindukanmu. Aku merindukan suara indahmu dan juga merindukan sosok cantikmu ... aku selalu menunggumu, tapi kau tak kunjung keluar.""Apa kau baik-baik saja? Aku sangat khawatir, aku takut mereka melakukan sesuatu padamu." Ayers menunduk sedih. "Kau tahu kenapa aku tidak pernah menyerah untuk bisa bicara denganmu, meski aku ta
Baca selengkapnya
08. Arcy Tsundere Matthieu
Ayers kembali ke rumahnya, duduk di meja makan dengan tangan menggenggam segelas air. Bingung—haruskah ia menghubungi keluarganya untuk meminta bantuan? Tapi, Ayers tidak yakin mereka mau membantu. Apalagi ini masalah wanita. Orang tuanya tahu benar bagaimana hubungan Ayers dan para wanita yang dikencaninya.Menghela napas, Ayers menenggak habis air minumnya. Pusing menyerang kepala. Jika di pikir-pikir tidak ada salahnya mencoba. Pun Ayers merogoh kantong celana untuk mengambil ponselnya. Ragu, namun ia tetap menghubungi Ayahnya, karena hanya sang Ayah yang setidaknya bisa sedikit diajak bicara. Beberapa menit menunggu, akhirnya Aaron menerima panggilannya."Ayah ....""Ada apa?" Suara datar Aaron di seberang sana menyambut Ayers.Ayers diam senjenak. "Begini ... aku ingin ....""Katakan saja. Kau ingin apa?""Aku ingin ...." Ayers menelan kuat salivanya. "Aku ingin menikah."Lama tak terdengar respons dari Aaron. "Kenapa tiba-tiba? Siapa yang ingin kau nikahi? Wanita mana lagi yang
Baca selengkapnya
09. Akhirnya terbongkar
Ayers menceritakan pada Arcy awal dari pertemuan pertamanya dengan Kyran, tanpa ada yang terlewat. Pun Arcy menyimak dengan seksama, sambil sesekali menyesap winenya. Arcy merasakan hal yang sama seperti Ayers—bertanya-tanya mengapa Kyran harus disembunyikan, memanganya apa yang terjadi padanya?Tanpa menunggu lagi, Ayers segera mengajak Arcy ke rumah Kyran. "Apa Ayah dan Ibu tidak marah kau datang ke sini?" tanya Ayers ketika mereka baru saja keluar dari rumah."Apa mereka pernah marah padaku?""Ya, kau benar. Kau anak kesayangan mereka, tidak mungkin mereka memarahimu," pungkas Ayers, berjalan mendahului Arcy.Sampai di depan pintu rumah Jane, Ayers langsung mengetuk pintunya. Menoleh sejenak pada Arcy yang sudah berdiri di sampinya saat tak ada respons dari si pemilik rumah.Hingga akhirnya pintu dibuka oleh Jane. Wanita itu menatap bingung Arcy dan Ayers secara bergantian. "Ada apa?""Bonjour, Bibi. Saya Arcy, Kakaknya Ayers," ucap Arcy, kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantong
Baca selengkapnya
10. Because I love you
Ayers bersimpuh di depan Kyran, menggenggam tangan gadis yang saat ini sedang duduk di tempat tidurnya. "Jangan menangis lagi, kau sudah aman sekarang."Ayers memeriksa tangan dan kaki Kyran, tidak ada luka serius, kecuali di pergelangan tangan dan kakinya yang memang bekas rantai dan pasung. "Kyran, sejak kapan mereka melakukan ini padamu?" Kyran tidak menjawab, hingga Ayers menaikkan pandangannya. "Katakan saja, tidak perlu takut.""Ayers, sebaiknya biarkan dia istirahat dulu." Arcy yang sedari tadi berdiri di dekat pintu, menyela. "Aku menunggumu di bawah, ada hal yang harus kita bicarakan." Setelahnya Arcy berjalan keluar.Ayers berdiri, lalu mencium puncak kepala Kyran. "Istirahatlah.""Ayers ...."Ayers mendudukkan dirinya di samping gadisnya, menyunggingkan senyum meski tahu gadis itu tidak dapat melihatnya. "Kau ingin mengatakan sesuatu?""Kenapa kau membawaku ke rumahmu? Paman dan Bibi pasti akan sangat marah.""Mereka tidak akan bisa marah selama aku bersamamu."Kyran menela
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status