Maaf, Aku Pantang CERAI!

Maaf, Aku Pantang CERAI!

By:  Winarsih_wina  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
9.2
5 ratings
156Chapters
18.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Alea sudah berjanji tidak akan pernah bercerai dalam hidupnya. Namun, ternyata cinta sang suami padanya tidak lebih besar dibanding pada sang mertua. Tanpa izin, pria itu justru menuruti Ibunya untuk menikahi wanita lain dengan alasan bakti. Mampukah Alea mempertahankan rumah tangga dan prinsipnya? Atau, dia harus merelakan semuanya?

View More
Maaf, Aku Pantang CERAI! Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Harsa Amerta Nawasena
Suka dengan judulnya
2024-01-27 13:13:24
0
user avatar
Nindya Arumi
bagus ceritanya tentang perjuangan seorang istri mempertahankan pernikahan selagi suami tak berselingkuh dan kdrt.
2022-12-28 12:48:33
0
user avatar
Rias Ardani
Keren, semangat update nya..
2022-11-15 13:43:37
1
user avatar
Winarsih_wina
Baik, Mari kita mulai update cerita ini.
2022-10-28 12:33:38
1
user avatar
rozi yana
alea teelalu berpegang pada fikiran..bukan kata hatinya
2023-03-27 05:44:46
0
156 Chapters
Kemarahan Alea
Maaf, Aku Pantang Cerai! (1)"Cantik saja tak cukup untuk menjadi seorang istri, Jeng. Lihat tuh si Alea! Dia memang cantik, tapi itu tak berguna sama sekali. Hanya jadi benalu dalam hidup anakku Wisnu. Kerjanya menghabiskan uang anakku. Ingat, hanya mengangkang saja tak bisa langsung menghasilkan anak,” ucap ibu mertuaku di depan teman-temannya.Ibu mertuaku ini memang senang berkumpul bersama teman-temannya sambil menghidangkan banyak makanan. Dan, aku—sebagai menantunya—diminta suamiku untuk membantunya. Tapi, lihatlah! Suamiku itu tak akan pernah percaya kalau ibunya memperlakukanku seperti ini.“Kalau saja Wisnu tak bodoh dan cinta mati sama perempuan itu, mungkin sekarang aku sudah menimang cucu—anaknya Wisnu." Lagi—dia menghinaku di depan orang lain.Aku meremas kain lap yang aku pegang. Lihatlah mulut wanita itu, tak ada baiknya diriku ini sama sekali sang menantu di matanya."Alea, buruan kerjanya! Mana makanannya? Kok dari tadi tak siap-siap?!" teriaknya memerintahku seperti
Read more
Memaksakan Diri
Maaf, Aku Pantang Cerai! (2)"Auw ....!" Aku terkejut saat mas Wisnu menginjak rem mendadak. Kepalaku terjedot kaca depan. Walau tak keras, tapi lumayan sakit juga."Mas, apa-apaan sih? Kau mau membunuh kita berdua?""Kau yang apa-apaan? Kalau marah pada ibu, jangan memfitnahnya. Mana mungkin ibu bicara seperti itu pada menantunya.""Kalau tak percaya padaku, ada 20 orang, bahkan lebih di rumah ibumu. Mereka tak tuli sampai tak mendengar apa yang ibumu bilang."Brak ....Aku keluar dari dalam mobil dan berjalan ke rumah kami. Rumah yang sudah ada di depan mata, mas Wisnu melajukan mobil tanpa memintaku naik lagi. Percuma juga aku naik, karena beberapa langkah lagi sampai rumah."Mau ke mana lagi sekarang?"Aku tak menjawab pertanyaan mas Wisnu. Sehabis mandi, aku langsung pergi—tentu meminjam mobilnya. Tak mungkin mau pijat relaksasi harus naik ojek online? Bisa ngamuk dia nanti. Dia itu cemburuan sekali."Selain mobil, aku juga pinjam kartu debit-mu Mas. Mau santai di salon mami Mawar
Read more
Ke Mana Mereka Pergi?
Maaf, Aku Pantang Cerai! (3)Mendengar itu, aku semakin geram. Bisa-bisanya Mas Wisnu bicara seperti itu?! Mengapa begitu mudah berbicara tentang kesehatannya?"Sebelum itu terjadi, aku minta ceraikan aku. Mana mungkin kita hidup bahagia kalau kau menderita? Ayolah, Mas! Sekali saja, Mas. Kau coba katakan tidak pada ibumu."Mas Wisnu menggelengkan kepala.Aku semakin gusar kalau begini. Mas Wisnu tahu dia tak mampu, tapi tetap memaksakan dirinya."Mas," bujuk ku."Cukup, Al! Kita sudahi pembicaraan ini. Aku kepala keluarga. Jadi, biar aku yang berpikir. Kau cukup bantu doa agar aku bisa membahagiakanmu dan ibu."Mas Wisnu tak mengizinkan aku bicara. Inilah salah satu yang membuatku kesal padanya—dia memendam sendirian masalahnya, bahkan tak mau meminta tolong meski dia butuh bantuan."Mas.""Tidurlah, Al!" Mas Wisnu menarik kepalaku. Dia meletakkan di lengannya lalu mencium keningku. Dia mencoba memejamkan matanya, namun tak lama dia kembali membuka mata dan menatap wajahku."Berjanjil
Read more
Setelah Kembali dari Luar Kota
Maaf, Aku Pantang Cerai! (4)"Kau tenang saja, Nu. Biar ibu yang pikirkan semua masalah ini, kau hanya perlu mengatasi Alea. Ingat jangan sampai dia tau sebelum kau sah menikah lagi, ibu tak mau dia menggagalkan rencana kita, kalau sudah sah dia tak akan bisa berbuat apa-apa lagi."Aku menelan ludah, ternyata mereka sudah merencanakan semuanya. Jadi, benar mereka keluar kota untuk membicarakan tentang pertunagan mas Wisnu--bukannya Citra?"Baiklah Mas, ternyata kau sudah memilih untuk menuruti semua permintaan ibumu. Kau belum tau apa yang bisa aku lakukan nanti," lirihku.Aku segera bersembunyi. Jangan sampai mas Wisnu dan ibunya tau aku tengah menguping pembicaraan mereka. Sepertinya, mas Wisnu akan segera pulang ke rumah, sebaiknya aku juga pulang agar dia tak curiga."Mbak Alea dari mana? Kok, jalan kaki?"Aku tersenyum mendapat pertanyaan ibu- ibu rempong. Sebaiknya, aku membuat alasan sebelum wanita itu banyak bertanya."Tadi, niatnya mau ke warung Bu, tapi uangnya terjatuh entah
Read more
Pembalasan Dimulai
Maaf, Aku Pantang Cerai! (5)Ting!Aku membuka pesan dari Hani. Dia mengirim beberapa foto dan video, aku menarik napas setelah membuka file yang baru aku unduh. Sedetail ini, wanita itu mencari tau.[Kau yakin acaranya bulan depan, Han?]Aku bertanya pada Hani. Karena sejak pulang dari luar kota hari itu, Mas Wisnu tak melakukan hal yang mencurigakan. Dia bersikap biasa saja, begitu juga dengan ibu mertua masih judes tak tentu arah.[Yakin, Bu. Informasi ini langsung dari mulut ibu gadis itu. Mereka bangga punya menantu sempurna seperti pak Wisnu. Mereka sudah koar-koar keliling kampung.]Ternyata, calon menantu baru ini serasi dengan ibu mertua. Pantas, dia berkeras menikahkan mas Wisnu dengan gadis itu.[Soal pekerjaan? Apa kau yakin juga? Karena dia kan mahasiswi.]Lagi-lagi aku menarik napas panjang, saat membaca kalau orang suruhan Hani sudah menyelidikinya."Apa gadis seperti ini yang ibu pilihkan untukmu, Mas? Apa kau sudah menyentuhnya juga?" ujarku lirih. "Apa yang harus aku
Read more
Kepala Wisnu Pusing
Maaf, Aku Pantang Cerai! (6)"Tolong aku, Mas ...." Wanda--calon istri pilihan ibunya--berucap dengan wajah memelas. "Aku tak bisa pulang sekarang ke rumah, Mas. Wanita-wanita itu telah membuat keluargaku malu, entah siapa mereka? Yang jelas, mereka tau kita punya hubungan."Wisnu terlihat memijit keningnya mendengar ucapan Wanda. Dia sedang bingung sekarang hingga tak bisa berpikir lagi. Wanda baru saja datang ke rumah Ibunya dan mengadu bahwa ada sekumpulan orang yang mendatangi rumah calon istri keduanya itu dan memaki-maki Wanda sebagai pelakor dan wanita murahan."Tak ada yang tau hubungan kita, Wanda. Selain orang tuamu, ibu, dan Citra. Jadi, bagaimana bisa mereka menghajarmu hingga viral? Jangan-jangan kau simpanan pria lain, selain aku, kan?" ujar Wisnu kesal."Wisnu jaga ucapanmu. Wanda adalah gadis yang baik. Ibu sudah kenal dengan keluarganya. Jadi, tak mungkin dia seperti itu. Bahkan, dia ini temannya Citra. Tak mungkin, adikmu tak bicara kalau Wanda bukan gadis yang baik,
Read more
Alea POV: Menenangkan Erlangga
Maaf, Aku Pantang Cerai! (7)Ting!Aku membuka pesan yang baru saja masuk. Sebuah pesan video dari Hani. Setelah mendownload, aku melihat di video tersebut dengan seksama. Seorang wanita terlihat mengejar Mas Wisnu yang marah.Tanpa sadar, aku tersenyum saat melihat bagian wanita itu menangis--sebelum masuk rumah ibu mertuanya lagi."Jadi, dia sudah berani menunjukkan wajahnya secara langsung? Sepertinya, akan menyenangkan bermain-main dulu sebelum menghabisinya," sinisku.[ Hebat, Han! Terima kasih, ya! Awasi terus wanita itu karena aku akan bermain dengannya.]Hani tak menjawab pesanku. Dia hanya mengirimkan emot jempol saja. Kalau begini, pasti dia langsung bekerja.[Datanglah ke kantor. Si Bos sudah datang. Sebelum bertemu Wisnu, tenangkan dulu dia. Kalau tidak, rencanamu bakal kacau dan habislah suamimu yang malang itu.]Deg!Apa? Erlangga datang? Mampus! Bisa kacau semua rencanaku! Untung, aku sudah berada di lobby kantor mas Wisnu. Aku harus menjinakkan macan manja ini secepatny
Read more
Keributan di Rumah Ibu Mertua
Maaf, Aku Pantang Cerai! (8)Waktu pulang dari kantor Wisnu, saat berada gak jauh dari rumah mertuanya. Alea pura-pura terkejut melihat kerumunan di depan rumah mertuanya."Mas ada apa di rumah ibumu? Lihat! Banyak warga berdatangan ke sana. Cepat, mas! Siapa tau terjadi sesuatu pada ibu."Aku meminta mas Wisnu melajukan mobil menuju ke rumah ibunya setelah urusan di kantornya telah selesai. Wajah suamiku terlihat sangat gugup mendengar ucapanku."Wajahmu kenapa begitu, Mas? Apa ada yang kau tutupi dariku?"Mas Wisnu terlihat buru-buru mengelengkan kepala. Sepertinya, dia takut aku mengetahui rahasianya."Sudahlah, aku turun di sini saja. Kau cari tempat parkir, Mas. Jangan sampai mobil ini lecet karena baru lunas."Meski mobil belum berhenti dengan sempurna, aku langsung lompat keluar. Bukan karena mencemaskan ibu mertua, tapi aku tak sabar untuk melihat kejadian di depan sana."Dasar lonte sialan, berani sekali kau mengoda suamiku!"Plak! Plak! Plak!Aku meringis sembari memegangi pi
Read more
Mengancam Wisnu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (9)Pada sore harinya pak RT akhirnya datang, untuk menanyakan soal kejadian tadi siang di rumah ibu mas Wisnu."Saya minta maaf karena baru tau soal kejadian tadi siang. Saya sedang ada urusan dengan pak lurah. Pulang-pulang, saya mendapat kabar kalau terjadi keributan di wilayah ini. Sekarang, saya ingin bertanya dengan Mas Wisnu dan Mbak Alea. Ada masalah apa tadi siang? Wanita di rumah mertua Mbak Alea siapa? Tak ada laporan sama sekali mengenai tamu yang baru datang."Aku menatap pak RT dan mas Wisnu bergantian. Rasanya, kesal melihat suamiku yang hanya diam. Dia diam saja, sehingga pertanyaan Pak RT tak terjawab sama sekali--sama seperti pertanyaanku tadi siang."Silakan tanya langsung sama anak pemilik Rumah yang di tempati wanita itu Pak RT. Saya juga belum mendapat jawaban dari mas Wisnu, soal wanita yang ada di rumah ibunya dan membuat onar di wilayah ini," ujar ku pelan."Siapa yang membuat onar Al? Aku rasa itu hanya salah paham. Kau kan tau siapa B
Read more
Wisnu Menuju Kehancurannya
Maaf, Aku Pantang Cerai! (10)Setelah agak tenang beberapa hari, aku kembali meradang saat mendapat pesan dari Hani: sebuah rekamanan pembicaraan mas Wisnu dan ibunya! [ Ibu, tolong jangan banyak bicara. Begitu juga dengan Wanda. Aku tak mau pernikahan ini diketahui Alea karena aku mencintai istriku itu. Jika bukan karena ibu, aku tak mau menikah dengan wanita mana pun. Ibu bereskan semuanya, aku akan datang begitu waktunya menikah. Ingat! Jangan sampai Alea tau jika tidak aku akan batalkan pernikahan itu. ] Aku menarik napas, lalu mematikan rekaman yang Hani kirim. Jadi, mas Wisnu bersedia menuruti permintaan ibunya? Baiklah, sudah waktunya bergerak! "Kau saja yang bucin pada Wisnu. Sudah jelas dia pengkhianat, masih juga mau bertahan?" Seperti dugaanku, Erlangga marah besar setelah mendengar rekaman itu. Dia memintaku diam karena dia yang akan mengatasi mas Wisnu. "Tapi, bukankah ini terlalu kejam, Lang? Apa tak ada cara lain untuk menyadarkannya?" "Cara apa, Al? Kau tahu?
Read more
DMCA.com Protection Status