VIDEO VIRAL DI PESTA PERNIKAHAN SUAMIKU

VIDEO VIRAL DI PESTA PERNIKAHAN SUAMIKU

Oleh:  Enik Yuliati  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 Peringkat
15Bab
2.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Betapa mataku membelalak sempurna, melihat video itu terus menerus menampakkan gambarnya. Di situ terlihat jelas, bagaimana suamiku dengan perempuan itu, berada di atas ranjang, tanpa terhalang sehelai benang. Mereka sedang berbuat maksiat, seperti orang yang tengah kesurupan. Astaghfirullah hal azim ... astaghfirullah hal azim ... astaghfirullah hal azim ....

Lihat lebih banyak
VIDEO VIRAL DI PESTA PERNIKAHAN SUAMIKU Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
default avatar
Dyah Wiryastini
Bagus ceritanya
2023-12-13 12:12:50
0
user avatar
Isabella
ayo kak Enik lanjut.
2023-10-20 00:20:20
0
user avatar
Isabella
Akhirnya cerita yg aku tunggu" di goodnovel laucing juga. ceritanya keren.
2023-10-03 20:12:19
0
15 Bab
Part 1. Ditinggal pergi.
"Sayang, aku harus segera pergi!" Setelah mendapatkan telpon dari seorang perempuan, suamiku itu mendadak menjadi seperti orang kebingungan. Kemudian pergi ke luar rumah dengan langkah yang tergesa, seperti ada sesuatu yang harus dikejarnya. Bahkan tanpa mencium keningku seperti biasanya.Terseok-seok aku mengikutinya, karena aku masih menggendong Raya, gadis kecilku yang sedang demam tinggi."Papa jangan pergi. Raya mau tidur ditemani Mama sama Papa ...."Putriku yang tadi sudah hampir saja memejamkan mata, kini mendadak kembali membuka matanya, begitu mendengar bahwa papanya akan pergi meninggalkannya."Papa .... Papa ...."Raya mengeluarkan tangannya dari dalam gendonganku. Kedua tangannya menggapai-gapai ke udara, berharap papanya akan menyambutnya.Namun jangankan menyambut uluran tangan putrinya. Bahkan suamiku itu lebih memilih mendekati kendaraan besinya."Raya jangan rewel. Jangan nakal. Nanti Papa pulang, kalau urusan Papa sudah selesai." Mas Abi terlihat menekan tombol kun
Baca selengkapnya
Part 2. Terkena air panas.
Bergegas, aku menuju ke kamarnya. Terlihat baju yang dia kenakan sudah basah. Pasti dia baru saja muntah. Bahkan bantal dan selimut yang dikenakan pun, juga ikut basah.Aku lekas membuka bajunya. Mengelap bekas muntahannya. Namun ternyata rasa lengket itu masih tetap ada."Raya, Mama ke dapur dulu, ambil air hangat, ya?"Gadis kecilku itu mengangguk lemah. Sudut matanya terlihat basah, tatapannya terlihat tidak bergairah.Bergegas aku menuju ke dapur, ingin mengambil termos yang berisi air panas. Rencananya aku ingin mengompresnya, agar badannya bersih dari cairan muntahannya.Namun baru saja termos itu kudapatkan, tangisan Raya sudah terdengar semakin kencang. Aku mencoba berjalan dengan cepat. Menerka-nerka jalan dalam dalam keadaan gelap.Satu tangan kananku menjinjing termos, sementara satu tanganku lagi memegang panci plastik yang akan kugunakan untuk mencampur airnya. Agar tidak terlalu panas, nantinya."Sebentar Sayang, sabar, ya?"Raya bukan tipe anak yang rewel, biasanya. Jik
Baca selengkapnya
Part 3. Harus bagaimana?
Paginya, sebelum adzan subuh berkumandang, aku sudah terbangun. Kulihat lampu sudah kembali menyala, lilin yang semalam pun sudah habis tidak bersisa.Aku lekas menjulurkan kakiku, hendak turun dari ranjang. Namun aku justru dikejutkan dengan keadaan kakiku yang melepuh, berwarna merah kehitaman. Seperti ada banyak air yang tergenang di dalam kulitnya.Dan rasanya, jangan ditanyakan. Panas bercampur perih, juga seperti ada rasa gatal yang tidak tertahankan.Jika pun disuruh memilih, rasanya aku ingin berbaring saja, apa-apa tinggal minta. Tapi tentu saja, hal itu tidak akan bisa. Aku hanya bersama Raya saja. Tidak ada yang bisa kumintai tolong apa-apa. Meski rumah ibu mertua bersebelahan, namun tidak mungkin juga di pagi buta seperti ini aku akan membangunkannya. Apalagi mengingat ibu mertuaku yang sepertinya tidak begitu menyukaiku. Jangankan mau membantuku. Yang ada, nanti dia hanya akan kembali mengolok-olok penampilan dan pekerjaanku.Akhirnya, dengan pelan dan hati-hati, aku pun
Baca selengkapnya
Part 4. Raya pingsan.
"Raya, Papa pulangnya masih nanti. Raya sarapan dulu. Nanti kalau Papa sudah pulang, boleh, jika Raya pingin disuapi sama Papa.""Kenapa Papa belum pulang? Bukankah Papa harus pergi bekerja? Bagaimana Papa akan punya uang, jika Papa tidak bekerja? Bukankah semuanya itu, harus dibeli dengan uang?" Kalimat yang kemarin-kemarin sering diucapkan untuk memberi pengertian pada anakku, kini berbalik ke arahku."Sebentar lagi Papa juga pulang, asal Raya mau makan dan minum obat ...." bujukku."Kalau begitu, Raya mau makan sambil video call Papa. Biar Papa melihatnya. Biar Papa cepat pulang.""Ok, boleh, kok! Video call, sambil makan yang banyak, ya? Biar Papa senang melihatnya!"Aku lekas memberikan ponselku pada Raya. Gadis kecil itu terlihat mengusap-usap layarnya. Saat dia sedang fokus pada ponselnya, aku mengambil kesempatan memberikan satu suap menu sarapan ke mulutnya.Namun tidak lama kemudian, aku mendengar Raya berteriak."Papa, sedang menggendong siapa?!"Raya menjerit dengan begitu
Baca selengkapnya
Part 5. Sebuah noda.
Dengan cekatan, aku segera menyiapkan air hangat untuk memandikan anakku. Setelah semuanya siap, segera kuambil Raya dari pangkuan ibu mertuaku, untuk kumandikan. Ibu mertua pun pulang ke rumah sebelah.Setelah mandi, suhu badannya Raya sudah agak mendingan. Tidak sepanas tadi malam. Bahkan, kuraba-raba, suhu badannya terasa seperti normal.Aku pun lekas menyuapinya. Lumayan, sarapan pagi ini bisa termakan separuhnya. Obat pun kemudian kuberikan."Raya mau nonton tv?" Aku sudah menyalakan tv, memilih channel kesukaan anakku."Matikan saja tv-nya, Ma. Raya mau melukis. Sudah dua hari Raya tidak melukis."Masyaallah, putriku yang belum sehat benar, ternyata sudah ingin memulai rutinitasnya. Dia memang tipe anak yang penuh semangat. Selain hobi melukis, Raya juga sedang belajar membaca dan berhitung. Kecerdasan Raya, terlihat lebih menonjol, jika dibanding dengan anak-anak seusianya."Raya, tidak usah belajar dulu tidak apa-apa. Nanti kalau Raya sudah sembuh, Raya mulai belajar lagi." Ak
Baca selengkapnya
Part 6. Ucapan belasungkawa.
POV. Abi[Mas, aku sudah tidak kuat ....]Sebuah pesan masuk, di aplikasi berlogo gagang telpon berwarna hijau. Pesan dari Reina, istrinya Pak Arman, rekan kerja sekantorku.Pak Arman adalah atasanku. Namun semenjak dia sakit-sakitan, dia sudah tidak bisa lagi bekerja. Dan aku adalah salah satu rekan kerjanya yang paling sering menjenguknya.Menjenguk ketika dia dirawat di rumah sakit, juga menjenguk ketika dia menjalani rawat jalan di rumah.Setiap menjenguk Pak Arman, otomatis aku akan bertemu dengan istrinya. Istrinya yang selalu berpenampilan cantik dan seksi layaknya selebriti.Karena seringnya aku menjenguk Pak Arman, aku pun menjadi akrab dengan istrinya. Dia menjadi sering mengungkapkan keluh kesahnya kepadaku. Dan aku pun tidak bisa untuk tidak membalasnya, jika perempuan cantik itu sudah mengirimkan pesan-pesannya.[Tidak kuat bagaimana, maksudnya?]Sambil menengok ke kanan dan ke kiri, aku membalas pesannya. Aku takut istriku akan mengetahuinya.Ya, meskipun aku dan Reina t
Baca selengkapnya
Part 7. Rumput tetangga lebih menggoda.
POV. AbiHingga akhirnya ada kejadian yang terlihat begitu menyedihkan. Perempuan itu pingsan berkali-kali.Melihat keadaan yang sangat menyedihkan seperti itu, aku pun memutuskan untuk tetap berada di sini.Apalagi jika melihat anaknya yang masih kecil. Sungguh, aku merasa tidak tega. Anak yang seumuran dengan Raya, namun sudah menjadi yatim, ditinggal mati oleh ayahnya.Anaknya terus-terusan menangis, sementara mamanya terbaring tidak sadarkan diri.Mau tidak mau, akulah yang menenangkan anak itu. Menggendongnya sepanjang malam hingga pagi.Pagi-pagi sekali, Anjani sudah menelponku, menanyakan tentang kepulanganku. Kujawab saja, bahwa jenasah belum dikebumikan, dan aku belum bisa pulang.Namun tidak berselang lama kemudian, dia justru melakukan panggilan video.Aku yang sedang menggendong sambil menyuapi Dita anaknya Pak Arman, pun langsung mengangkat panggilan video itu.Ternyata Raya yang menelpon. Raya terlihat sangat marah. Dan telpon pun langsung dimatikan.Sudahlah, biar saja.
Baca selengkapnya
Part 8. Ada di dalam pelukanku.
POV. AbiKemudian dia menyibak pakaian panjangnya, dan tampaklah apa yang tadi ditutupinya. Dia menunjuk pada kakinya yang sedikit kemerahan karena terkena air panas.Namun ternyata aku justru gagal fokus dalam melihatnya. Pandanganku justru terfokus pada kaki jenjangnya yang tampak begitu indah dan menggoda iman."Ayo, bantu aku masuk ke kamar ...." Dia mengulurkan tangannya.Dengan ragu dan gemetar, aku pun lekas membalasnya, dengan mengulurkan tanganku. Aku memegang tangannya, mengajaknya berjalan.Namun tubuhnya justru semakin lemas. Hingga tangannya kini sudah menuntun tanganku untuk memegang pinggangnya.Akhirnya aku pun menggendong tubuh itu. Aku menggendongnya di depan, dengan posisi tangan kananku menyangga tengkuknya, sementara tangan kiriku menyangga bagian belakang lututnya.Sambil membawanya ke kamar, kami saling berpandangan dengan jarak wajah yang begitu dekat. Dia bahkan mengalungkan kedua tangannya di leherku.Jantungku semakin terpompa dengan lebih cepat. Bagaimanapu
Baca selengkapnya
Part 9. Yang haram yang didukung syetan.
POV. Abi"Apakah hanya karena aku baik pada suamiku, lantas kamu menaruh hati kepadaku?" tanya dia."Bukan, bukan hanya karena itu. Tentu saja ada banyak sisi baikmu yang membuat aku jatuh cinta. Kamu baik, kamu cantik, karirmu juga bagus. Kamu adalah wanita yang teramat sempurna ...."Dia terpana, mendengar kalimat yang baru saja. Ya, aku memang berbicara apa adanya. Selama ini, aku memang mengaguminya."Sayang, ya? Kita bertemu di saat kita sudah punya pasangan ...." Dia terlihat menyesali keadaannya. Raut sedih pun, kini menghiasi wajah cantiknya."Tidak ada yang salah. Cinta tidak pernah salah. Perasaanku, perasaanmu, tidak ada yang salah. Rasa itu hadir dengan sendirinya. Bukan kita yang menginginkannya. Kita jalani saja dulu. Aku bahkan sudah mengagumimu sejak pertama kita bertemu. Aku mencintaimu ...."Entah benar dari hati atau karena bujukan setan, aku sudah tidak bisa membedakan. Yang ada, saat ini aku merasa sangat senang, karena ternyata dia juga menyimpan cinta yang sama.
Baca selengkapnya
Part 10. Aku harus menyelidikinya.
POV. Anjani"Aku mimpi kamu tidur dengan seorang perempuan ...." Aku sudah tidak kuat membendung tangisan.Tangisku pecah. Aku sesenggukan di dadanya. Namun Mas Abi justru tertawa, memperlihatkan gigi-giginya. Lelaki yang belum sempat berpakaian itu kemudian merengkuh tubuhku. Membawaku ke dalam pelukannya."Kamu pasti stres, karena kutinggal pergi sehari semalam. Iya, kan? Jangan banyak pikiran. Nanti cantiknya hilang." Dia menatapku dengan penuh kelembutan."Aku tahu, kamu kangen sama aku. Kamu baru selesai menstruasi, kan?"Lelaki yang bergelar sebagai suamiku itu pun, membawaku ke ranjang. Mulai membawaku kepada ibadah halal. Dia bahkan setengah memaksa, ketika aku menolaknya.Hingga akhirnya aku pun melayaninya. Memadu kasih dengannya. Tapi kenapa rasanya berbeda? Seperti tidak seindah ketika sebelum-sebelumnya.Ibarat makanan, hanya terasa hambar. Seperti makan makanan sisa. Sedikit pun, tidak ada semangat yang berkobar. Seolah kami hanya sedang menggugurkan kewajiban.Tidak ada
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status