Hatimu Bukan Sebongkah Batu

Hatimu Bukan Sebongkah Batu

By:  Ayunina Sharlyn  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
90 ratings
120Chapters
12.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Patah hati membuat Allan memilih hidup seolah menjadi pertapa. Hanya tinggal di dalam kamar dan rumahnya, enggan bergaul dengan siapapun. Hatinya begitu terluka dikhianati wanita yang dia yakin akan menjadi pendamping hidupnya. Kehadiran Mimi, gadis lulusan SMA, anak sahabat mamanya, yang tinggal di rumahnya karena harus kuliah di kota tempatnya tinggal, memberi warna yang berbeda. Perlahan cinta kembali hadir di hati Allan. Sayang, Mimi justru jatuh hati pada kakak tingkatnya di kampus, Nehan. Bisakah Allan meraih hati Mimi? Mungkinkah Mimi akan meninggalkan Nehan demi Allan, agar pria itu bisa mendapatkan kehidupannya kembali? Ikuti kisah manis Allan dan Mimi, penuh liku, haru, dan kejutan tak terduga.

View More
Hatimu Bukan Sebongkah Batu Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Reyin Damanik
cerita romansa yg penuh Lika liku tp manis
2022-02-10 11:02:42
1
user avatar
Andre Wildany
uhuy, judulnya ...
2021-08-15 16:14:14
1
user avatar
DKris
Hmm ... bisa paham sih sikapnya Allan. trauma mmg sulit lepas
2021-08-13 14:31:13
1
user avatar
Teratai
Ceritanya recomended banget kak, kece badai
2021-07-09 21:17:51
1
default avatar
amon.forsyth
tambah seruuu, up terus Kaaa
2021-06-28 16:18:06
1
user avatar
th
Aduh Mimi, semoga dapat pilihan yang terbaik yaa
2021-06-27 12:27:59
1
user avatar
DCasya
seru dan keren
2021-05-27 12:28:16
1
user avatar
Luna Lupin
seruuuu kakk 😍
2021-05-26 20:59:42
1
user avatar
BabyElle
Ku mampir lagii nihh kakk, belom punya koin tpnyaa 🤧🤧
2021-05-26 20:30:30
1
user avatar
Anggraeni
Alam sabar alan
2021-05-26 20:27:27
1
user avatar
Esi Apresia
Lanjuttt up up
2021-05-22 14:38:01
1
user avatar
Esi Apresia
Alan cup cup. Ama aku ajah hehe. Next....
2021-05-14 12:20:16
1
user avatar
Esi Apresia
Mimi tentukan pilihanmuuu. Nehan apa Alan. Itu Nehan teleponnn dan Alan menatap tajam. Duh gemesss. Authorr kenapa kau membuatku deg deg plasss. Up up...
2021-05-14 12:04:40
1
user avatar
absurdaul
Penasaran banget sama kelanjutannya, semangat up ya kak
2021-05-12 10:53:04
1
user avatar
Singgajah
Ayo up lagi 🤭
2021-05-12 10:37:52
2
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
120 Chapters
1. Biarkan Aku Sendiri
Brraaakkk!!! Terdengar suara seperti benda dilempar dengan keras dari arah kamar depan rumah mungil dan cantik itu. Segera Velia mematikan kompor dan lari menuju kamar depan. Dia membuka pintu dan masuk ke dalam. Berbagai benda berserakan di lantai. Sedangkan anaknya, Allan, duduk bersandar di dinding, sambil menutup wajahnya dan menangis. Perlahan, Velia mendekati Allan, berjongkok di sisinya. Dia sentuh lembut pundak pria muda yang gagah, anaknya satu-satunya itu. "Allan ...," panggil Velia lembut. "Biarkan aku sendiri, Ma. Biarkan aku sendiri." Allan menjawab panggilan Velia, dengan tangan masih ada di depan wajahnya. "Mana bisa aku tinggal kamu dengan keadaan seperti ini? Allan, ayo, bangun. Jangan begini. Tidak ada gunanya kamu tangisi." Velia tidak tahu harus bagaimana menghadapi Allan. Hatinya terasa tersayat setiap melihat Allan kacau begini. Sudah hampir setahun, Allan masih belum bisa melupakan kejadian mengerikan yang dia alami. Allan begitu marah dan terluka hing
Read more
2. Kenangan yang Bergantian Datang
Pesona Yashinta memang tidak bisa ditolak. Tapi untungnya, otak Allan masih waras. Dia selalu bisa menahan diri tidak sampai melakukan hal yang tak sepatutnya pada Yashinta. "Aku heran sama kamu, Lan. Cowok lain tuh, kalau pacaran mau ini itu dari kekasihnya. Biar makin mesra dan lengket. Kamu kenapa sih, ga mau mesra dikit lagi?" Satu kali Yashinta mencoba merayu Allan. "Aku sayang kamu, Yash. Makanya aku jaga kamu. Ga boleh aku ambil sesuatu yang belum saatnya. Kamu ngerti, kan?" Allan mengusap pipi Yashinta. "Aku jadi malu, aku kok rasanya agresif banget sama kamu." Yashinta melingkarkan kembali tangannya di leher Allan. Allan, memang sangat memegang teguh prinsip yang mamanya selalu tanamkan padanya. Jangan melakukan hubungan bebas dengan wanita. Tunggu hingga sah. Itu artinya Allan sayang setulus hati. Siapa yang mengira justru Yashinta, yang menipu Allan. Betapa sakit hati Allan ketika mengetahui kenyataan itu. Yashinta, menjalin hubungan dengan laki-laki lain, Yudha. Yang t
Read more
3. Welcome, Mimi!
Pagi cerah sekali. Matahari bersinar terang. Tetapi udara terasa dingin. Begitulah musim kemarau. Memang panas terik di siang hari, namun dingin sekali saat malam hingga pagi. Velia sudah sibuk membereskan rumah. Ini hari Sabtu, dia tidak ke kantor. Kesempatan dia membersihkan bagian mana yang tak tersentuh saat dia sibuk di hari kerja. Allan masih tidur di kamarnya. Semalam setidaknya tiga kali dia terbangun karena mimpi buruk, seperti malam-malam sebelumnya. Jadi ketika pagi datang, saat hari baru dimulai, dia justru kelelahan dan terlelap. Sejak matahari baru menyeruak dan menebarkan cahaya merah, Velia sudah sibuk. Ruang depan hingga ke dapur. Semua dia bersihkan. Terasa nyaman dan lega, melihat rumah bersih. "Ruang depan dan tengah beres. Ruang makan dan dapur juga tuntas, tinggal taman belakang." Velia dengan semangat menuju taman belakang. Dia mengambil selang air dan mulai menyiram bunga-bunga di taman itu. Satu dua mulai menampakkan kelopaknya, bermekaran. Cantik. Ra
Read more
4. Jangan Masuk Tempat Ini!
Senyum getir Velia muncul di ujung bibirnya. Dia perhatikan Mimi, gadis cantik yang mulai menginjak dewasa ini menunggu Velia menjawab pertanyaannya. "Allan ... patah hati. Kekasihnya mengkhianati dia ..." Velia menjawab. Lebih baik dari awal Mimi tahu situasi Allan, karena toh mereka akan tinggal di bawah satu atap. Mimi mendengarkan, tidak bereaksi kecuali tatapan matanya sedikit berubah. Yang jelas, dia masih ingin dapat penjelasan lebih lanjut. "Allan terlalu cinta pada Yashinta. Yashinta ternyata hanya mempermainkan perasaannya. Lalu ... Yashinta meninggal ditabrak oleh pria yang juga dia lukai sama seperti Allan ... Dan itu terjadi di depan mata Allan. Sangat tragis ... Sampai sekarang, Allan belum bisa melepas kepedihannya." Velia melanjutkan. "Oohh ..." Mimi cukup terkejut dengan apa yang Velia katakan. Dia memang tidak pernah pacaran, belum juga merasa jatuh cinta hingga begitu dalam, tetapi Mimi bisa memahami yang terjadi pada Allan. "Jadi, kamu maklum, ya ... Misal
Read more
5. Harus Tahu Membawa Diri
Perkuliahan dimulai. Mimi merasa dia seolah masuk ke dunia baru dengan menjadi seorang mahasiswi. Suasana belajar sangat berbeda dengan saat Mimi masih duduk di bangku SMA dan disebut siswa. Awalnya aneh juga tidak dipanggil anak-anak atau murid-murid, tetapi saudara. Belum lagi kelas yang jumlahnya besar, isinya makin beragam orang yang asalnya dari berbagai kota di Indonesia. Malah tidak sedikit yang berasal dari pulau lain. Mimi bersemangat dengan situasi baru ini meski dia harus belajar cepat untuk menyesuaikan diri. Berjalan dua minggu kuliah, Mimi sudah mulai kenal sebagian besar teman sekelasnya. Dua yang cukup akrab. Dayinta dan Ricky. Mereka teman yang mengasyikkan. Mimi merasa ada yang menyemangati dia. Di rumah suasana selalu tegang karena harus menjaga perasaan Allan, maka di kampus, Mimi melepas semuanya. Dia bisa mengekspresikan dirinya. Mau tertawa, melucu, bercanda, bebas, jadi dirinya sendiri. Dayinta berasal dari kota Cilacap. Kota kecil di perbatasan Jawa Tengah
Read more
6. Senyum Allan
Velia tersenyum manis. Dia duduk di sebelah Mimi. "Kamu kenapa?" Velia melihat Mimi tampak tegang. "Maaf, Tan, aku tadi ga kasih kabar kalau pulang agak malam. Habis kuliah jalan sama teman. Ada film bagus diajak nonton. Tante pasti kuatir aku ga ada kabar." Mimi menjelaskan. "Iya. Aku telpon beberapa kali kamu ga angkat. Mau memastikan saja, kamu ikut makan malam atau tidak," ujar Velia. "Ooh ... Lain kali aku pasti kasih tahu kalau pulang lebih lambat, Tan. Maaf." Mimi masih merasa bersalah. "Ga apa-apa." Kembali Velia tersenyum pada Mimi. "Gimana kuliah? Asyik, 'kan?" Velia mencoba mengalihkan pembicaraan agar Mimi lebih cair. "Iya. Masih penyesuaian sih, Tan. Tapi menyenangkan. Entah kalau udah jadwal mesti kumpul tugas-tugas nanti. Belum lagi kalau ikut kegiatan lainnya. Masih pendaftaran juga," jawab Mimi. Sedikit reda rasa tegang yang tadi mengocok dadanya. "Hmm ... Kamu mau ikut kegiatan apa?" tanya Velia. Dia menuang air di gelas, lalu meneguk beberapa kali. Tern
Read more
7. Masih Ada Harapan
Mimi tersentak. Pintu kamar Allan terbuka. Allan di balik pintu menatap pada Mimi. "Ngapain di sini?" Allan berkata dengan ketus. Mata galak muncul lagi dari dua bola mata hitam dan tegas itu. "Eh ... Ini ..." Mimi langsung gugup. Dia sampai bingung, mau bilang terima kasih, kata-kata itu seperti jauh sekali dari bibirnya. "Apa itu?" Allan melihat piring yang Mimi bawa. Harum masuk ke hidung Allan dan terbayang rasanya yang lezat. "Pancake. Buat Kak Allan ... ini ..." Mimi menyodorkan piring ke depan Allan. Melihat tatapan tajam Allan, Mimi makin ciut. "Cuma mau bilang terima kasih ... Eh, kalau ga suka ... Ga apa ..." Mimi menarik lagi tangannya. Dengan jantung berdetak tak beraturan, Mimi balik badan melangkah kembali menuju ke dapur. "Hei!" panggil Allan. Mimi seketika menghentikan langkahnya. Perlahan dia memutar tubuhnya. Allan berjalan ke arahnya. "Thank you." Allan mengambil piring di tangan Mimi. Dia membawa piring itu ke ruang belakang, ke tempat kerjanya.
Read more
8. Cowok Keren Itu
Dayinta melambai pada Mimi yang berdiri di depan pintu kelas. Mimi tersenyum melihat sahabatnya, lalu berjelan mendekati Dayinta dan duduk di sisi cewek bertubuh bongsor itu. "Gimana? Berhasil?" sambut Dayinta. "Apanya yang berhasil?" Mimi mengeluarkan laptop dan membukanya, menyiapkan alat itu untuk kelas yang akan segera dimulai beberapa menit lagi. "Misi makanan kesukaan?" Dayinta memandang Mimi. Mimi menoleh pada Dayinta. "Belum, Day. Harus cari momen yang pas. Ga bisa asal. Kalau Kak Allan lagi bete, bukan dia mau makan, dia semprot aku, berabe urusan." Dayinta menanyakan rencana Mimi mau membuat makanan kesukaan Allan. "Ih, kayak mau nembak cowok aja pakai momen yang pas, biar spesial, tak terlupakan sepanjang hidup." Dayinta terkekeh. "Iya juga, ya ..." Mimi mengerutkan kening, menyatukan alisnya. "Emang ganteng ya, Kak Allan itu?" Dayinta jadi penasaran. "Ganteng. Jadi model atau artis juga cocok tampangnya. Tapi gitu, deh, mengerikan. Makhluk antik." Mimi men
Read more
9. Suka Memandangnya
Dag dig dug di dada Mimi makin jadi memandang wajah tampan di depannya. Sebenarnya Allan masih lebih ganteng, tapi ada raut khas wajah Nehan yang membuat dia begitu menarik. "Sampai minggu depan. Aku sudah mikir kita bisa duet bareng, nih, di satu momen nanti." Nehan kembali tersenyum. Kata-kata itu membuat Mimi makin melambung. Duet? Sama di keren ini? Wajah Mimi memerah. "Ah, iya, Kak ...," ujar Mimi sambil tersenyum malu-malu, lalu dia berjalan keluar ruangan besar itu. “Dia cantik sekali.” Bram bicara sambal melihat Mimi yang berlari kecil meninggalkan ruangan itu. “Mau, Bram?” ujar Nehan. “Kalau masih jomblo, oke. Tapi aku sudah ada cewek, Bro, harus setia,” tukas Bram menoleh pada Nehan. “Cie … setia …” Nehan menggeleng. Bram selama ini dikenal suka gonta ganti pacar. “Udah, Guys, lanjut … masih panjang antrian.” Finda nyeletuk. “Oke.” Dan terdengar nama yang lain dipanggil untuk maju memulai audisinya. Di luar ruangan, Mimi merasakan lebih lega. Perlahan degupan j
Read more
10. Nehan Mahadi
Mimi makin sibuk tetapi makin bersemangat. Seminggu dua kali latihan paduan suara. Terasa hobinya tuntas tersalurkan di sana. Latihan vokal yang dia dapat mematangkan tekniknya dalam bernyanyi. Juga seru, dia makin punya banyak teman. Yang lebih asyik lagi, Kak Nehan Mahadi. Mimi bisa melihatnya membuat harinya makin cerah rasanya. Nehan ramah, supel, dan ngocol. Seru banget latihan bersamanya. Tidak disangka, waktu mereka dibagi dalam kelompok kecil, Nehan menjadi mentor kelompok Mimi. Sekarang, Mimi mulai kenal dekat siapa Nehan. Dia dari Fakultas Teknik, sudah mulai mengerjakan skripsi. Dia asli dari Jember, salah satu kota di Jawa Timur. Lahirnya 24 Mei. Mimi mencatat semua informasi tentang Nehan. Dan apapun yang ada hubungannya dengan pria itu menarik buat Mimi. Suaranya lagi kalau menyanyi, tenor abis. Bikin Mimi merinding saat dia menarik nada tinggi dan pakai falsetto. Teknik vokalnya benar-benar mantap dan matang. Misal dia pingin jadi penyanyi dan mendaftarkan diri ikut
Read more
DMCA.com Protection Status