I'm Sorry Say Goodbye

“No i can never take you back i won’t be able to love you again.” “Then use me!” Jade is a shy, innocent girl who couldnt stand up for her self and for that reason she is been bullied in school A new student comes in one day in the middle of the bullying and saves her.

BOOK THREE: After everything that happened, will Quade fight to regain his Alpha title to the Midnight Sun pack from his father or will he choose to give the mate bond between Sydney and himself a chance?And after giving up the first man she truly loved to save her Goddess given mate from death, will Sydney choose to give the wolf that carries her mark a chance or will she do something that she would regret later on in life?__________________________________Please Read Book One: P.S. YOU'RE MY MATE and Book Two: SHE'S MY MATE first so this book can make sense!

I got hurt and lost consciousness on the battlefield. When I woke up after a three-day coma, I suddenly wanted to pull a prank on my mate. “Who are you?” When I saw my mate freeze, I wanted to laugh, but he suddenly saluted. “Miss Selena, I’m your comrade, Galeis.” He then pointed at his brother. “He’s Leonore, your mate.” I froze. Leonore stepped forward. “Yes, I’m your mate.” I forced out a smile. “Take me home, then.”

Before Andrew and I formed our mate bond, I overheard him and his Wolven Clan brothers mocking me: "My Luna must serve my family and dedicate herself to the Blood Moon Pack." "Lina is obedient and devoted—she loves me with all her heart, keeps the pack running smoothly, and takes care of my mother. She works tirelessly, giving her all to my family." "However, Louise? She cherishes her dreams and craves freedom. She's a carefree spirit, meant for the vast open plains, not to be tied down and become a dull housewife." I did not argue or shed tears. Instead, I left the Blood Moon Pack without a word. Andrew assumed I was just sulking nearby, unaware that I had traveled far to the Northland. In the Northland, I not only rekindled my dreams but also found my true mate—the one who truly loves me. Now, I am his Luna Queen.

Maria Gemma Mendoza is an exceptional student and the student's head at Amarillo University. However, due to an allegation that his father may have embezzled cash from a large corporation. Amarillo pupils tarnished gemma's reputation. Until she ran across the King in an unforeseen circumstance, she later discovered her father, Edward, was the King's closest friend. The King pledged to help Gemma cleanse her father's name and return all they had lost.  In exchange for becoming the personal maid of the selected future King, Prince Augustus Cynfael Clemente, the unknown prince. The King admitted Gemma to the same school as the prince. Borstal International School, an exclusive school for boys, where Gemma was the sole female student. Many people were taken aback by her arrival, but Gemma's existence in Prince Augustus' life infuriated him. Prince believed harming and torturing Gemma would be the best way to get rid of her. That will ultimately lead to him falling for Gemma. Tormenting to caring, from caring to love ... Will you breach the King's sacred rule? Can you say I do if he wasn't meant to be with you?

Keisya Amora Williams. Seorang perempuan cantik, tegas, datar, dan dingin. Tapi sifatnya itu tidak berlaku pada keluarganya dan tentunya sahabatnya.Keisya wanita taguh, berani menghadapi bahaya yang kapan saja bisa merenggut nyawanya. Keisya merupakan pemimpin mafia perempuan satu-satunya yang terkenal ganas ketika melawan musuhnya. Keisya terkenal di penjuru dunia. Siapa yang tak mengenal Keisya. Tapi tidak ada yang mengetahui wajah cantiknya itu, ia selalu memakai sebuah topeng ketika menjalankan misi. Dan tentunya dengan samaran yang ia pakai.Tapi bagaimana jadinya jika Keisya seorang pemimpin mafia harus transmigrasi ke tubuh seorang gadis yang dibenci oleh seluruh keluarganya dan seluruh sekolahnya.

Seluruh keluarga Gaia Rajendra sedang berkumpul di rumahnya untuk mengadakan syukuran sebab Gaia baru pulang dari rumah sakit, setelah sebelumnya dia dirawat karena kecelakaan tragis yang menimpanya. Di tengah acara, seorang pria tampan nan misterius datang bersama dua anak kecil, di mana ternyata pria itu adalah tamu spesial ayahnya. Awalnya, Gaia kira pria misterius itu adalah duda yang datang untuk melamarnya. Sebab pria itu terus menatap dan memperhatikannya, juga sering melempar senyum tipis padanya. Namun, ternyata pria itu adalah …. "Seluruh kamar tamu sudah dipakai. Jadi aku dan anak-anak akan tidur di sini bersamamu, Ailov. Kau tidak masalah bukan?" Gaia hanya menganggukkan kepala sambil senyum canggung pada sosok pria tampan yang berdiri menjulang tinggi–tepat di depannya.

"PAPA SUDAH BILANG JAGA OLIVE! TAPI KAMU TIDAK BISA MEMBUKTIKANNYA! KAMU SELALU MEMBUAT ORANG-ORANG YANG SAYA SAYANGI TERLUKA!" Perlahan Rian mulai membuka ikat pinggangnya. Ia ingat jelas ketika mendiang istrinya—Rindu tertabrak mobil, karena menyelamatkan Sina. Ia juga mengingat Lili meninggal sebab melahirkan Sina. Luka yang Rian alami tak lain dan tak bukan adalah karena Sina—anaknya sendiri. SET! Sina memejamkan kedua matanya kala ikat pinggang itu mencambuk tubuhnya. Gadis malang itu mulai terduduk dengan tubuh gemetar hebat. "Jika Olive mati, papa tidak akan pernah memaafkan kamu!" "Saya bingung, kenapa Tuhan menghadirkan kamu di kehidupan saya!" "Pertama, Lili! Kedua Rindu dan sekarang Olive?" sentak Rian pada anak itu. "Kenapa kamu harus hidup dengan membawa kesialan?!" "KENAPA BUKAN KAMU SAJA YANG MATI!" Mendengar kalimat terakhir tangis Sina pecah. Ulu hatinya tiba-tiba merasa sakit. Dadanya mendadak sesak. PLAK! SEAT! Sina tidak melawan. Ia hanya bisa meringkuk mendapat perlakuan kasar dari ayah kandungnya sendiri itu. Hanya air mata yang bisa menerjemahkan tentang seterluka apa Sina saat ini. "I'm okay." Nyatanya kata-kata itu hanyalah kalimat palsu yang sering Sina tunjukkan. Selama ini Sina tidak baik-baik saja. Ia dihujam ribuan luka dan menyimpannya sendiri. Tak ada yang baik-baik saja kala semua orang membencinya. Tak ada yang baik-baik saja saat semua orang mengharapkan kepergiannya. Sina berharap lukanya berakhir. Namun, nyatanya luka itu terus datang dan membuat luka yang lainnya ikut menganga. Sinar Rembulan redup, sebab sulit bertahan dengan luka di dalam kesendirian. Tak ada tempat baginya untuk bersandar. Tak ada manusia yang memberikannya semangat atau motivasi. Sina kehilangan arah, saat ini gadis itu sudah sampai di puncak keletihan. Lalu harus bagaimana? Mengakhiri hidupn? Atau bertahan dengan luka yang tiada akhir?

"Segalanya dimulai dari pandangan pertama, ketika kau tahu kalau dia akan menjadi milikmu." Rosalind Prada telah memenangkan kompetisi untuk membuat sebuah lukisan besar di tengah-tengah lobi sebuah gedung baru milik Adelio Carlos. Di sebuah pesta untuk memberi penghormatan pada dirinya, Rosalind pertama kali bertemu Adelio, dan langsung tertarik padanya. Ini juga membingungkannya, Rosalind biasanya tidak tertarik terhadap orang asing. Pria yang misterius, intens, berkuasa. Adelio benar-benar membuatnya bingung. Tapi Rosalind menyukainya. Sedangkan untuk Adelio, Rosalind adalah jenis wanita yang tidak bisa dia tolak, seseorang yang jarang dia temui. Kemudian dengan satu cara, Adelio akhirnya berhasil membuat Rosalind menyetujui perjanjian hubungan di antara mereka. Yaitu tidak ada komitmen apa pun. Rosalind adalah gadis usia dua puluhan yang berjuang untuk menyelesaikan kuliahnya dan berjuang untuk hidup. Wanita yang ceria, sederhana, berkemauan keras. Berjiwa seni tinggi dan sedikit lugu, dan tidak pernah menyadari kalau dirinya adalah wanita yang sangat cantik dan menarik. Adelio adalah pria kaya raya yang berwibawa di usia tiga puluhan yang sangat menyukai dan menikmati seni dengan kekayaan miliknya. Pria yang egois tapi berhati lembut dan pria dominan. Pria yang tidak pernah bisa berkomitmen karena pengalaman masa lalunya.

Five years ago, my junior made a mistake in the experiment, resulting in an explosion in the lab. In an effort to save my childhood friend, Andrew, I suffered severe burns to one side of my face and was falsely accused as the culprit. Just like that, I became the target of everyone's anger. Only Andrew stood by me, promising, "I love you for who you are, not your appearance. I'll always be there to protect you." But on our wedding day, he vanished without a trace. My mother, suffering from heart disease and barely clinging to life, wanted to see Andrew. When I asked him to come, he replied impatiently, "Are you using such a lame excuse to meet me? Don't you have any shame? Every time I look at your face, I feel disgusting." I pleaded desperately, but he calmly hung up. "Do you think I'm your servant? You can't just summon me whenever you want. Just because you saved me once doesn't mean you can blackmail me for life." My mother died without peace. The junior who slandered me back then later posted a photo on social media, showing a man lifting her effortlessly. Their poses were intimate, highlighting the underlying affection. Her captions read: [It's all his fault for tiring me out during the day. I almost missed out on this beautiful ocean. When you're in love, all is clear to see. I mentioned wanting to go to Belmar Island, and he flew me around the world for it.] I was utterly heartbroken, so I texted him: [Let's break up…]