Janji Suci Yang Terbagi

Janji Suci Yang Terbagi

By:  Ukhty Ijah  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
104Chapters
16.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Manda dan Arman, 2 orang asing dengan latar belakang keluarga yang berbeda, dipertemukan dalam sebuah ikatan pernikahan. Manda, seorang gadis desa sederhana kini menjadi istri dari seorang pemuda kaya raya. Kehidupan pernikahan yang dikiranya akan memberikan kebahagiaan, nyatanya membuat dirinya menderita. Setelah dua tahun pernikahannya, Manda baru mengetahui bahwa Arman memiliki istri kedua. Bagaimana sikap Manda atas pernikahan kedua suaminya? Apakah dia akan bertahan atau memilih pergi dari Arman?

View More
Janji Suci Yang Terbagi Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
104 Chapters
Prolog
Namaku Amanda Kusumo. Umurku 19 tahun. Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Bapakku bernama Wirjo Kusumo dan ibuku bernama Ningsih. Aku memiliki 2 adik laki-laki bernama Surya dan Adi. Kami tinggal di sebuah rumah sederhana dengan luas 90 m2. Rumah ini adalah rumah warisan dari Simbah. Di halaman belakang rumah yang tidak terlalu luas, Bapak beternak ayam petelur. Telur-telur yang dipanen sebagian dijual ke pasar dan sebagian lagi ditetaskan. Selain beternak di rumah, Bapak juga mengabdi di sebuah Sekolah Menengah Pertama sebagai seorang guru. Ibuku hanya ibu rumah tangga biasa. Di tengah kesibukan mengurus rumah dan keluarga, ibu juga membuka warung kelontong kecil di depan rumah. Adikku Surya seorang siswa Sekolah Teknik Mesin kelas 1, sementara Adi masih duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Setahun yang lalu, aku lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan jurusan tata boga. Jurusan ini sesuai dengan hobiku ya
Read more
Nenek Rosa
"Assalamu'alaikum," ucapku ketika memasuki rumah bersama Adi"Wa'alaikumsalam," sahut dari dalam rumah."Ini anak saya yang pertama, Amanda," ujar Bapak memperkenalkan.Di ruang tamu berkumpul Bapak, Ibu, Surya dan 3 orang tamu yang belum aku pernah temui. Seorang wanita tua yang mungkin berumur sekitar 60 tahunan, duduk berdampingan dengan seorang wanita muda. Lalu di kursi satunya lagi, duduk sendirian seorang pria muda. Gaya pakaian mereka terlihat seperti orang kota yang kaya. Mewah tapi tidak norak."Nda, ayo salim," ucapan Bapak membuyarkan perhatianku. Aku mengulurkan tangan untuk mencium punggung tangan wanita tua ini."Anakmu cantik, Wirjo," pujinya yang seketika membuatku tersipu malu."Bu Rosa bisa saja," ujar Bapak sembari tertawa kecil.Ooh, jadi namanya ibu Rosa. Apa dia yang dipanggil Adi dengan sebutan Nenek? batinku."Itu
Read more
Pernyataan Cinta Mas Bram
Rasa penasaran Ayu belum juga hilang. Aku masih diinterogasinya soal Nenek Rosa dan keluarganya. Aku sudah menceritakan semua tentang mereka sebatas yang aku tahu saja. Tapi dasar Ayu. Penjelasanku belum cukup memuaskan keingintahuannya. "Nda! Lihat ini!" pekik Ayu yang mengagetkanku. Aku sampai tersedak es teh yang sedang aku minum. Ayu memperlihatkan artikel online di ponselnya. "Apaan sih, Yu! Basah nih bajuku," gerutuku sambil menunjuk bajuku yang terkena tumpahan teh. "Ini lho. Udah ketemu. Ini kan orangnya?" Aku melihat foto di artikel online itu. Dibawah foto tersebut, tertulis nama Hendra Hadiwijaya, Presdir Wijaya Group. "Ini bukan?!" tanya Ayu dengan antusias. "Gak tahu," jawabku santai. Aku mengambil tissue untuk membersihkan bajuku yang basah. "Lho kok gak tahu?" "Gak tahu, Ayuuuuu. Nenek Rosa gak memperli
Read more
Perjodohan
Karena pernyataan cinta Mas Bram, membuatku tidak bisa tidur nyenyak semalam. Aku memikirkan jawaban apa yang harus kusampaikan padanya. Sebenarnya aku senang sekali karena ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku meminta pendapat Ayu tentang masalahku ini. Ayu sangat girang mendengarnya. Dia menyuruhku untuk menerima Mas Bram. "Apa aku pantas untuk Mas Bram?" tanyaku dengan ragu. "Ya ampun, Nda. Apanya yang gak pantas?! Kalau Mas Bram sudah bilang suka, berarti dia pikir kamu pantas untuknya," "Tapi ....," "Gak ada tapi-tapian! Terima, Nda. Atau nanti kamu akan menyesal," desak Ayu. Setelah berpikir panjang, akhirnya aku memutuskan untuk menemui Mas Bram. Sehari sebelum dia kembali ke Yogya, kami janjian bertemu di alun-alun. Kami duduk di bawah pohon beringin yang rindang. Dan di sanalah, aku menerima cinta Mas Bram. ***
Read more
Cinta Kita Sampai Di Sini
Malam itu di dalam kamarku, aku memberanikan diri untuk menelpon Mas Bram. Aku mendengar suara dering telpon menyambung. Belum ada jawaban. Apa Mas Bram sudah tidur? Tapi sekarang masih jam 8 malam. Apa iya sudah tidur?Tut ... tut ... tut ... sambungan telpon terputus. Tidak ada jawaban. Mungkin dia sudah tidur. Apa besok saja aku menelponnya? Apa aku harus coba sekali lagi? Iya, akan kucoba sekali lagi.Kembali kudengar suara dering telpon menyambung, "1 ... 2 ... 3 ...," aku mulai menghitung dalam hati."Halo?""Halo, Mas Bram?" jantungku seketika berdegup kencang mendengar suaranya."Maaf baru Mas angkat telponnya, Nda. Barusan Mas di luar kamar,""Iya, Mas. Gak papa. Aku ... ganggu gak, Mas?" jawabku sembari duduk di atas ranjangku"Gak, Nda. Ada apa?""Anu ... gini, Mas. Ada yang mau ... Manda bicarakan,"
Read more
Aku Bertemu Calon Suamiku
Seminggu setelah Bapak memberikan kabar baik pada Pak Hendra, mereka sekeluarga datang lagi ke rumah untuk melamarku. Bapak dan Ibu mengundang keluarga besar kami untuk menyambut kedatangan Pak Hendra sekeluarga. Aku berada di dalam kamarku bersama Ayu dan sepupuku, Mba Dian. Hari ini aku didandani oleh Mba Dian. Dia merias wajahku dan menyanggul rambutku. Aku mengenakan baju gamis warna pink dengan hiasan brokat. Kebetulan Mba Dian adalah perias pengantin. Dia memberikan jasa makeup gratis untuk acara lamaranku dan juga di hari pernikahan. Kata Mba Dian, ini adalah hadiah pernikahan yang bisa diberikannya. Alhamdulillah terima kasih, Mba Dian. Aku bisa mendengar suara gelak tawa orang-orang dari balik pintu. Apa salah satu suara tawa itu milik Arman? Sebelumnya aku hanya melihat wajahnya di foto dan hari ini kami akan bertemu.  Ibu masuk ke dalam kamarku. Ibu membawaku keluar untuk menemui para tamu. Di ruangan yan
Read more
Perpisahan
Malam pun tiba. Aku sudah berganti pakaian dan menghapus riasanku. Aku hanya memoles wajahku dengan riasan yang ringan saja. Rambut panjangku sengaja ku urai. Baju tidur yang kukenakan adalah hadiah lamaran waktu itu. Baju tidur kimono berbahan sutra yang terkesan sangat mahal. Dan rasanya baju tidur ini terlihat sangat seksi. Aku tidak nyaman memakainya. Roknya terlalu pendek. Bagian bahu dan dadanya terbuka. Awalnya aku menolak memakainya, tapi Ibu memaksaku. Aku duduk di atas ranjangku yang dibungkus dengan sprei sutra berwarna putih tulang. Aku menunggu dengan gelisah di dalam kamar. Menunggu Mas Arman yang akan masuk ke sini. Membayangkan apa yang akan terjadi padaku malam ini, membuat pipiku merah merona. Tok ... tok ... suara pintu kamarku diketuk. Gagang pintu dibuka pelan. Mas Arman! Dia di sini. Seketika jantungku berdegup kencang. Keringat dingin membasahi badanku. Aku tidak berani menatapnya. Aku menundukkan kepalaku.&nbs
Read more
Keluarga Baruku
Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan, akhirnya aku tiba di rumah Mas Arman.  Rumah putih yang besar. Halaman depan rumahnya juga sangat luas. Area parkir mobilnya bisa muat sampai 10 mobil lebih. Tamannya cantik dan terawat rapi.  "Ayo, Manda," ajak Kak Tamara. Dia mengapit lenganku, mengajak masuk ke dalam rumah.  Aku tercengang begitu masuk ke dalam. Waaah, apa ini mimpi? Rumahnya seperti istana. Desain rumahnya bergaya Eropa dengan nuansa warna putih. Aku tidak pernah membayangkan akan masuk ke istana seperti ini. Apa di sinikah aku akan tinggal?  "Manda," panggilan Nenek membuyarkan lamunanku.  "Iya, Nek?" sahutku.  "Kamu istirahatlah di kamarmu. Kamu pasti capek," ujar Nenek, "Arman, antar istrimu ke kamar," pintanya pada Mas Arman, yang sedang menggandeng ta
Read more
Mas Arman Pergi
"Non ... Non Manda ...," samar-samar aku mendengar suara memanggilku. Kubuka mataku perlahan. Seseorang berdiri di depanku. "Jam berapa ini?" tanyaku dengan sedikit malas. "Jam 6 pagi, Non," jawabnya. Aku bangun perlahan dari tidurku. Mataku masih setengah terbuka. Kenapa badanku sakit semua? Aku melihat ke sekeliling. Ini dimana? Aku terperanjat begitu aku menyadarinya. Ya ampun! Aku tertidur di sofa teras belakang. "Gimana ini?!" seketika aku berlari masuk ke dalam rumah. Aduuh, sudah pagi. Kenapa aku bisa tertidur di luar? Bagaimana jika ada yang melihatku? "Lho, Manda? Kamu darimana?" aku berpapasan dengan Kak Tamara. "Ah ... i-itu ... Manda dari teras belakang, Kak," jawabku dengan gugup. "Sedang apa di teras belakang sepagi ini?" selidik Kak Tamara. "I ... itu ...," aku menoleh ke belakang dan aku melihat orang
Read more
Obrolan Di Pagi Hari
Beberapa orang sedang sibuk di dapur. Aku mengenal salah satunya, Kiki. Sepertinya mereka belum melihat kehadiranku. "Ha-halo ....," sapaku. Mereka semua menoleh. "Non Manda, ada yang bisa kami bantu?" seorang wanita setengah baya bergegas menghampiriku. "Tidak, aku tidak perlu apa-apa. Aku merasa bosan saja karena tidak melakukan apa-apa. Ada yang bisa aku bantu di sini?" aku menawarkan tenagaku. "Oh ... tidak ada Non. Kami bisa mengerjakannya sendiri. Sudah tugas kami," wanita ini menolakku secara halus. "Kita belum berkenalan. Nama ibu siapa?" "Nama saya Sari, Non. Di sini biasa dipanggil Bi Sari," jawabnya memperkenalkan diri. Lalu dia mulai memperkenalkan masing-masing pembantu lainnya. Ada satu wajah yang tidak asing bagiku, "Santi?" tanyaku. Dia menjawabku sambil menunduk. Ternyata aku tida
Read more
DMCA.com Protection Status