TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU

TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU

By:  Farid-ha  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
39Chapters
3.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Amira merasakan sakit hati saat mengetahui pengkhianatan suami dengan kakak iparnya sendiri. Mereka bermain gila di belakang Amira serta abangnya. Namun, rasa sakit hati Amira tidak lama karena setelah itu ia sangat bersyukur suaminya direbut oleh kakak iparnya. Biasanya, seorang wanita akan merasakan sakit dan menyimpan dendam kepada perempuan yang telah merebut suaminya, tapi berbeda dengan Amira. Justru perempuan itu mengucapkan terima kasih setelah mengetahui iparnya merebut suaminya sendiri. Ada apa dengan Amira? Apa yang menyebabkan perempuan itu justru mengucapkan terima kasih kepada pelakor?

View More
TERIMA KASIH SUDAH MEREBUT SUAMIKU Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
ayu lestari
dari awal baca udh sebagus itu.. tidak semua wanita mau d tindas.
2024-03-23 18:53:01
3
39 Chapters
Kebusukan
Bab 1“Kapan kamu mau menceraikan istrimu, Sayang?” Dengan sangat jelas aku mendengar pertanyaan itu. Suara itu milik Mbak Lilik, kakak iparku sendiri. Tangan yang hendak menarik handle pintu aku tahan di udara. Demi mendengar obrolan di dalam sana aku memilih mematung di depan pintu. Siapa yang ditanya Mbak Lilik? Kenapa istri kakakku bertanya demikian? Apa dia sedang selingkuh dengan laki-laki beristri?Tega sekali kakak iparku berselingkuh di belakang suaminya, abangku satu-satunya. Padahal, saat ini suaminya sedang berjuang mencari nafkah di luar negeri untuk membahagiakannya.Dengan dada yang bergemuruh, lekas aku mengambil handphone dari dalam tas selempang. Kesempatan ini tidak boleh disia-siakan. Lalu, dengan gerakan cepat aku mulai merekam suara perempuan yang telah dinikahi kakakku lima tahun lalu itu.Niat hati pulang ke rumah Abang mau numpang istirahat, setelah semalaman begadang di rumah sakit menunggu Ibu. Namun, harus mendengar obrolan yang sangat menjijikan seperti
Read more
Menyusun Rencana
Bab 2“Apa maksudnya ini, De?” tanya Kak Fikri setelah membuka kiriman rekaman Suara istrinya yang tadi kirim.Suara bergetar. Ini menjadi pukulan telak untuk abangku. Kak Fikri pasti hancur mengetahui kenyataan pahit ini. Sebab, cintanya terlalu besar untuk Mbak Lilik. Dia terlalu percaya dengan perempuan tersebut.Aku menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk mengurai sesaknya dada. Hatiku sakit setiap mengingat obrolan dua manusia luck nut tadi. Di sini yang disakiti tidak hanya aku, tapi juga kakakku. Orang yang paling berjasa dalam hidupku setelah ibu. Aku tidak rela beliau disakiti. “Istrimu bermain gila dengan suamiku, Kak. Kita harus segera mengambil tindakan.” “Ini tidak benar kan, De? Ini salah ‘kan? Kamu bohong kan, Amira?” Suara Kak Fikri terdengar berat. Aku tahu Kak Fikri pasti tidak mudah percaya begitu saja sebelum melihatnya secara langsung. Sebab, di matanya Mbak Lilik adalah wanita baik-baik, tidak mungkin selingkuh. Aku pun berpikir sama dengan Kak Fikri sebe
Read more
Mulai Beraksi
“Kamu mau ke mana dulu ini, De?” Dari balik kemudi Mbak Mayang bertanya.“Ke rumahku dulu, Mbak.” Diantara desauan angin aku menjawab.Tujuanku absen menjaga ibu malam ini adalah, mengamankan seluruh aset yang kami miliki. Harta ku dan juga milik kakakku. Tak rela bila nanti kami berpisah harta itu dijadikan gono gini. Enak saja. Toh, harta itu kami hasilkan dari kerja keras kami sendiri tanpa melibatkan pasangan. Meskipun sudah menikah, bukan berarti aku menjadi ibu rumah tangga biasa yang tidak memiliki penghasilan sendiri. Aku bekerja di salah satu perusahaan swasta. Dua hari lalu, sewaktu ibu masuk rumah sakit aku langsung mengajukan resign. Beruntungnya, di perusahaan tempat aku mencari uang selama ini tidak harus menunggu satu bulan setelah mengajukan surat pengunduran diri. Bisa langsung resign asal sudah menyerahkan surat pengunduran diri. Dua puluh menit berlalu, dan kami telah sampai di depan rumah kami.“De. Mbak tunggu di sini, ya. Jaga-jaga kalau mertuamu lewat.” Mba
Read more
Bab 4. Besan yang Lancang
Aku menoleh ke arah kamar ibu. Kupastikan beliau tidak mendengar obrolan kami. Aku berada di luar ruang rawat Ibu. Sebisa mungkin aku menjaga agar ibu tidak mendengar berita-berita yang tak mengenakan.“Jangan berpikir macam-macam kamu, De. Tadi itu … tadi itu motor Mbak Lilik mogok di tengah jalan. Jadi, terpaksa mas antarkan pulang.” Aku tersenyum miring mendengar alasannya. Sungguh, baru kutahu suamiku selain orang yang sangat pelit, dia juga orang yang lihai berdusta. Dan sayangnya aku baru tahu saat ini. Kemana saja aku selama ini? Aku tersenyum miris, mengasihani diri sendiri yang dengan mudahnya dibohongi, dibodohi oleh suami sendiri. Mas Tama begitu lancar sekali beralasan, masuk akal, bisa diterima oleh orang yang tidak tahu apa-apa. Tapi, sayangnya aku nggak bisa percaya sama sekali. Bagaimana bisa motor baru sudah mogok? Kentara sekali bohongnya. Dia pikir aku masih tak tahu apa-apa!“Oh, motornya Mbak Lilik mogok? Mesinnya rusak atau kehabisan bensin, Mas?” Aku menebakny
Read more
Bab 5
“De, nomor Kak Fikri tidak bisa dihubungi. Gimana ini?” Suara Lilik terdengar panik. “Masak sih, Mbak? Mungkin sedang tidak ada sinyal. Mungkin juga l Kak Fikri sedang sibuk bekerja sehingga tidak sempat mengaktifkan nomornya.” Aku pura-pura menenangkannya. Padahal, di bibir mencebik.“Tapi, ini sudah seharian lho, De. Sudah puluhan mungkin malah mungkin ratusan panggilan dari Mbak, tapi tetap sama, tidak aktif. Bagaimana ini?” Lilik kembali bersuara. Kali ini lebih sedih dari sebelumnya. Aku tersenyum miring alih-alih bersimpati kepadanya. “Ya aku nggak tahu, Mbak. Doakan saja semoga Kak Fikri di sana baik-baik saja. Mbak tenang aja, nanti kalau sudah senggang Kak Fikri pasti menghubungi kita, kok. ” “Bagaimana nasib Mbak kalau nggak ada Kak Fikri? Apalagi sudah tidak ada simpanan lagi. Seharusnya dua hari lagi ia kirim uang. Tapi, kalau nomornya nggak bisa dihubungi kayak gini gimana?” Baru sadar dia? Saat selingkuh dan enak-enak dengan suamiku tidak kepikiran tentang perjuangan
Read more
Bab 6
Degup jantungku bertalu-talu saat Mbak Lilik mengatakan akan lapor polisi. “Mbak yakin pelakunya akan segera ditangkap.” Ucapan Lilik membuat aku menggigit bibir bawah.Tenang Amira, tenang. Jangan panik. Kuhirup oksigen sebanyak-banyaknya. Berharap bisa sedikit tenang setelah ini.“Memangnya Mbak ada bukti mau melaporkan polisi? Laporan pada polisi itu nggak bisa asal lho, Mbak. Harus ada bukti. Lagian, untuk mengurus ini dan itu Mbak ada uang?” Sebisa mungkin aku menahannya agar tidak laporan pada pihak kepolisian. Meskipun benar, tetap saja nanti aku disalahkan kalau ketahuan. Dan pasti akan panjang urusannya. Dia terdiam. Pikirannya kacau di sini. Takut-takut dia memiliki bukti. Aku bisa saja masuk penjara dan urusannya akan panjang kalau dia memiliki bukti. Sungguh, aku tidak mau itu terjadi. Bagaimana nasib ibuku nanti? “Kamu benar, De. Mbak nggak punya bukti. Nggak ada yang tahu siapa yang merampok. Tadi udah nanya-nanya ke tetangga, mereka nggak ada yang tahu apa yang terj
Read more
Bab 7
Setengah sebelas siang kami sudah berada di rumah Ibu. Beliau sudah diizinkan pulang dengan beberapa catatan dokter yang harus aku perhatikan. Mbak Mayang menjemput kami. Dia masih di depan menunggu aku. Kami mau segera pergi untuk menjalankan misi selanjutnya.Saat ini, jarum jam di pergelangan tangan ini menunjuk ke angka tiga belas tepat. Karena ada misi yang harus diselesaikan, aku pun berniat menitipkan ibu pada Bibi.“Bi, nitip Ibu. Tolong jagain beliau sampai sore kira-kira, bisa?” Aku menatap adik iparnya ibuku. Beliau ada di rumah Ibu. Datang setengah jam yang lalu setelah ibu tidur. Wanita yang biasa aku panggil bibi itu mengangguk dengan cepat.“Bisa. Mau ke mana?” Dia balik bertanya sembari mengurut kakinya sendiri.“Mau ada perlu. Nanti kalau urusannya sudah selesai, aku segera kembali. Bibi mau nitip apa? Mumpung ke kota ini.” Aku pun menyebutkan semua jenis makanan kesukaannya. Dia menggelengkan kepala.Beliau memang tidak pernah meminta imbalan, selalu tulus membantu
Read more
Bab 8
“Alhamdulillah, barangnya sudah habis. Rezekimu bagus, De. Tidak butuh waktu lama langsung laku.” Mbak Mayang menepuk pundakku yang sedang menatap truk pengangkut barang milikku pergi meninggalkan rumah Mbak Mayang.“Terima kasih banyak, ya, Mbak. Semua ini berkat jasa Mbak Mayang, barang langsung terjual. Sungguh, aku tidak menyangka akan secepat ini. Tadinya aku pikir butuh waktu berhari-hari untuk mencari pembeli.” Aku memeluk Mbak Mayang erat. “Itu semua pertolongan dari Allah. Mbak mah apa atuh kalau Allah tidak menggerakkan hati orang tersebut, tidak mungkin orang tadi itu menanggapi postingan Mbak di media sosial.” Mbak Mayang melerai pelukannya.“Ini komisi buatmu, Mbak,” ucapku setelah kembali ke ruang tamu milik Mbak Mayang. Aku mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dalam gepokan, hasil penjualan barang-barangku. “Kamu nggak perlu repot ngasih komisi ke kami. Pake saja semua untuk kebutuhanmu dan Bulik Sumi,” ucap Mbak Mayang, menolak uang bonus pemberi
Read more
Bab 9
Jam tujuh malam, aku membawa ibu ke meja makan. Sebelum pulang, aku tadi sengaja mampir membeli beberapa lauk untuk makan malam. “Kamu kenapa, Mbak?” tanyaku saat melihat gelagat aneh Lilik. Di meja makan ia menutup mulut seperti hendak muntah saat aku membuka tutup penanak nasi. “Bau nasinya bikin mual.” Dia menjawab dengan ragu.Aku dan ibu saling pandang. Aku mengerutkan kening, tapi tidak dengan ibu. Wajah yang semua cerah kini menjadi keruh. Aku tak tahu sebabnya.“Sejak kapan kamu mual melihat nasi, Lik?” Dari atas kursi roda, ibu menatap menantunya penuh selidik. Ah, calon mantan menantu tepatnya. Karena Kak Fikri sudah sepakat dengan aku, akan menceraikan istrinya jika kondisi ibu sudah benar-benar pulih. Sementara waktu, kami akan bersikap biasa dulu.Dia menggelengkan kepalanya, ambigu. “Coba ambilkan nasi untuk Mbakmu, Mir.” Ibu menyuruhku. Meskipun enggan aku menurut, demi akting. Aku tak mau ibu curiga bila sikapku mendadak berubah pada Lilik, sang pelakor. Tangan ya
Read more
Bab 10
POV TamaApa sih maunya perempuan itu? Kenapa semua barang di rumah ia angkut semuanya? Kepala ini benar-benar pusing memikirkan sikap Amira yang mendadak berubah akhir-akhir ini. Tidak ada lagi istriku yang penurut. “Tam, jujur sama Ibu, sebenarnya ada masalah apa dengan rumah tangga kalian? Kenapa Amira mendadak berubah?” Aku yang baru pulang ke rumah sudah dicecar pertanyaan oleh ibu.“Tidak ada apa-apa, Bu. Mungkin, dia sedang capek saja menghadapi ibunya yang sakit-sakitan.” Aku menjawab asal sembari menjatuhkan bobot tubuh di atas sofa.“Kenapa semua barangnya harus dijual? Jangan-jangan dia mau pergi dari hidupmu, Tama! Jangan sampai itu terjadi!”Aku mengibaskan tangan. Rasanya sangat mustahil Amira meninggalkan aku. Cintanya begitu besar padaku. Aku yakin itu.“Ibu takut Amira benar-benar akan pergi dari hidupmu. Ibu tidak mau itu terjadi. Bagi ibu, dia tambang emas.” “kekhawatiran Ibu tidak akan pernah terbukti. Percayalah padaku, Bu.” Aku menggenggam tangan ibu untuk me
Read more
DMCA.com Protection Status