BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU

BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU

By:  Putri putri  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9
9 ratings
59Chapters
112.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Berawal dari menjenguk bayi tetangga, Evelyn yang baru saja pulang dari rantau menaruh curiga pada suaminya. pasalnya, wajah bayi tersebut sangat mirip dengan Bayu. Belum lagi kejanggalan yang dia temukan di rumah. Benarkah syami Evelyn selingkuh? jika benar, mampikah dia mengungkap kecurigaannya?

View More
BAYI TETANGGA MIRIP SUAMIKU Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Bintang
... bagus. saya suka
2022-09-07 11:54:12
2
user avatar
Putri putri
terima kasih sudah mampir
2022-06-13 08:24:42
3
user avatar
waffi
penasaran lanjutannya... semangat nulisnya thor ...
2022-05-23 21:54:03
2
user avatar
Eti Rohayati
mantap ceritanya cuma sayang koinnya kurang buat lanjut baca
2022-05-11 20:43:04
1
user avatar
Nina Milanova
Aku ke sini karena bayinya lucu
2022-04-25 05:59:03
1
user avatar
Aswa Antari
semangat nulisnya ya ......
2022-04-09 13:36:45
2
user avatar
Putri putri
terima kasih sudah mampir
2022-04-04 10:33:25
2
user avatar
June Lee
arti sebuah perbedaan
2022-03-19 01:56:04
1
user avatar
Risky Fajar
gak jelas cerita aneh
2022-04-01 23:15:44
1
59 Chapters
BAB 1. MENJENGUK BAYI
“Mas, tolong pegangin Bagus ya, aku mau bikin teh dulu buat kalian.” Dengan santainya Mbak Nilam, tetangga sebelah rumah meletakkan bayinya di pangkuan suamiku. Mas Bayu pun tampak senang membopong bayi itu sambil tetap duduk. “Biar sama aku saja, Mbak,” ujarku sembari mengulurkan tangan berusaha mengambil bayi itu dari pangkuan Mas Bayu. “Jangan! Kamu belum punya anak. Jadi belum punya pengalaman momong dedek bayi,” tolak Mbak Nilam sembari menepis tanganku, kemudian berlalu meninggalkan kami. Deg. Aku terperangah mendengar ucapan Mbak Nilam yang terasa menohok. Ada sesuatu yang menyeruak di dalam sana. Memang benar aku belum punya anak, tapi bukan berarti enggak bisa momong dedek bayi. Lagian, apa bedanya aku dan suamiku? Sejenak, aku berusaha melupakan kata-kata Mbak Nilam yang membingungkan itu, lalu mengalihkan pandangan pada Mas Bayu dan bayi di pangkuannya. Jika diperhatikan, suamiku tampak lihai menimang bayi itu. Seperti sudah terbias
Read more
BAB 2. SAMPO BAYI
“Sedekat apa kamu sama Mbak Nilam, Mas!” Begitu sampai di rumah, aku langsung mencecar Mas Bayu dengan pertanyaan yang sedari tadi berputar-putar di kepala. Untung saja ibu mertua dan adik iparku sedang ke luar rumah, jadi aku lebih leluasa menginterogasi suamiku.“Kamu ngomong apa sih, Dek, dari tadi ngelantur terus? Kamu kelelahan ya?” ucap Mas Bayu sambil tangannya berusaha menyentuh keningku, tapi aku menghindar.“Enggak usah mengalihkan topik, tinggal jawab saja,” sahutku ketus sembari menyilangkan tangan di depan dada.“Jawab apaan sih?” tanya Suamiku pura-pura bodoh. “Sedekat apa kamu dan Mbak Nilam?” ulangku kemudian. “Ya biasa,” jawab Mas Bayu sambil menjatuhkan bobot pada sofa ruang tamu. Aku pun segera melakukan hal yang sama, tapi berseberangan arah. “Biasa bagaimana, Mas?” buruku. “Ya biasa, kayak tetangga pada umumnya,” sahut Mas
Read more
BAB 3. STORY WA
Seusai mandi dan berganti pakaian, aku kembali bergabung dengan Mas Bayu dan Ibu yang masih asyik mengobrol di ruang tamu. Kami saling bercerita ke sana kemari , sekedar untuk mengakrabkan diri. Maklum, hanya selang satu bulan setelah menikah, aku langsung berangkat ke kota. Baru hari ini kami bertatap muka lagi setelah hampir setahun tak bertemu. Beberapa lama berbincang, aku pamit ke kamar untuk istirahat. Rasanya badan masih pegal semalaman di perjalanan.Sesampainya di kamar, aku langsung menyambar ponsel dari atas nakas lalu menjatuhkan bobot di atas pembaringan. Sambil rebahan, iseng-iseng aku membuka WA sekedar untuk melihat story teman-teman. Mataku tak berkedip menatap layar ponsel saat melihat story WA Mbak Nilam. Sebuah foto bayi dengan caption ‘Duh senangnya yang habis di gendong papa, tidur yang nyenyak ya sayang, nanti malam giliran mama’.Aku mulai membatin. “Tadi Mbak Ni
Read more
BAB 4. RAMBUT BASAH
 “Kamu kenapa, Dek, Kok mukanya kusut begitu?” tanya Mas Bayu saat aku sampai di rumah. “Enggak kenapa-kenapa, cuma capek saja,” sahutku sambil terus menuju kamar.Biasanya aku selalu membagi perasaanku dengan Mas Bayu. Baik suka maupun duka selalu kuceritakan padanya. Namun, entah mengapa kali ini rasanya enggan. Sesampainya di kamar, aku langsung menjatuhkan bobotku di atas ranjang, lalu menenggelamkan wajah pada bantal. Pikiranku gelisah. Takut jika Mas Bayu benar-benar selingkuh dengan Mbak Nilam. Beberapa waktu aku larut dalam lamunan, terdengar bunyi derit pintu yang terbuka diikuti derap langkah kaki mendekat ke arahku. “Sudah magrib, Dek. Bangun dulu,” ucap Mas Bayu sembari menggoyang-goyangkan pundakku.Aku yang memang tak sedang tidur, langsung bangkit karena merasa terganggu oleh kedatangannya. “Iya,” jawabku singkat. 
Read more
BAB 5. GEGABAH
“Kamu selingkuh sama Mbak Nilam kan, Mas! Ayo mengaku!” teriakku dengan napas memburu.Mas Bayu yang sedang meneguk kopi langsung tersedak mendengar teriakanku. Dia terlihat panik sebentar, tapi kemudian tenang kembali. “Kamu ngomong apa sih, Dek?” tanya suamiku dengan wajah seperti kebingungan.“Halah! Enggak usah pura-pura bodoh, Mas! Aku sudah punya bukti kalau kamu selingkuh sama Mbak Nilam,” seruku. “Kamu jahat, Mas!” tambahku sambil berusaha memukulinya dengan bantal yang tadi tergeletak di sampingnya. “Hei... kamu kenapa sih, Dek. Bukti apa?” tanya Mas Bayu sambil terus berusaha menghalau pukulanku yang bertubi.Sejenak, aku berhenti memukulinya. Dengan nafas terengah, aku menatap nyalang pada laki-laki yang telah menghalalkanku. “Jangan mengelak terus! Aku tidak bodoh, Mas! Tadi malam kamu mandi keramas kan! Mbak Nilam juga aku lihat rambutnya tadi b
Read more
BAB 6. LUDES
“Dari mana saja kamu sih, Dek? Di tunggu dari tadi enggak pulang-pulang!” Belum juga aku naik ke teras, Mas Bayu langsung bersungut-sungut menyambutku. Dari intonasinya, jelas sekali dia tengah menahan kesal. “Kan aku sudah bilang mau cari angin,” sahutku  sambil terus berjalan masuk rumah, tanpa memedulikan dia yang terus menggerutu di belakangku.“Mana makanannya, Mbak?” tanya Sarah saat aku sampai di ruang tengah. Aku menghentikan langkah, menatap bingung pada adik iparku yang tengah duduk memegang ponsel.“Makanan apa?” tanyaku bingung.“Ya makanan, Mbak. Dari tadi kami belum makan apa-apa!” keluh adik iparku. “Kan tadi pagi Ibu sudah bilang kamu di suruh beli makanan. Kok malah pulang tangan kosong,” timpal Mas Bayu dari arah belakang.Sejenak aku mengalihkan pandangan ke wajah Mas Bayu. Aku baru ingat ucapan ibu tadi pagi, tapi aku pikir mereka bisa mel
Read more
SUAMI NILAM
Sepeda motor yang aku kendarai melaju kencang membelah jalanan desa yang sepi akan pengendara. Meski terik menyengat, tak sedikit pun menyurutkan niat untuk pulang ke rumah orang tua. Selain rindu yang menggebu, aku juga ingin menenangkan pikiran. Barangkali di sana aku menemukan ide untuk membongkar perselingkuhan Mas Bayu. Setengah jam berkendara, akhirnya aku sampai di kediaman orang tuaku. Sebuah rumah model lama dengan dinding terbuat dari anyaman bambu. Pohon mangga yang rimbun tampak berdiri kokoh di halaman yang lumayan luas ini.Mataku menatap rindu pada rumah di hadapanku. Sekelebat bayangan masa kecil melintas begitu saja di kepala. Masa di mana aku tak pernah merasakan beban seberat ini. Orang tuaku tidak kaya, tapi juga tak dibilang miskin. Meski rumah terlihat sederhana, mereka memiliki beberapa petak sawah yang cukup untuk menghidupi kami. Ruko yang mereka beli untukku merupakan hasil dari menjual sebagian sawah. 
Read more
PERGI
Tanpa terasa hari sudah beranjak sore. Itu berarti sudah setengah hari aku berada di rumah ibu. Meski masih kangen, mau tak mau aku harus kembali ke rumah Mas Bayu. Jika aku menginap, bisa dipastikan ibu akan terus mencecarku karena datang sendirian. Setelah pamit, aku langsung meninggalkan rumah ibu. Di jalan, aku menyempatkan mampir ke ATM mengecek saldo Mas Bayu. Benar saja. Isinya kurang dari seratus ribu. Untung saja di ATM-ku masih ada beberapa ratus ribu. Cukuplah untuk makan seminggu. Selebihnya pikirkan nanti saja. Sesampainya di rumah, aku langsung masuk tanpa mengetuk pintu dulu. Waktu belum terlalu petang, jadi pintu belum dikunci. Ibu, Mas Bayu dan adiknya tampak sedang berkumpul di ruang keluarga saat aku lewat. Mereka duduk mengitari meja dengan mata menatap lekat ke arahku. Mencoba abai, aku tetap berlalu tanpa menyapa. “Duduk dulu, Dek. Ada yang mau ibu bicarakan,” ucap Mas Bayu sembari menep
Read more
RENCANA
BAYI TETANGA MIRIP SUAMIKUAku melajukan motor pelan tanpa tujuan yang pasti. Bingung juga sih. Kalau pulang ke rumah nanti ibu bakalan tahu masalah yang sedang aku hadapi.Saat tengah kebingungan, tiba-tiba ponselku berbunyi. Gegas aku menghentikan motor lalu mengambil benda pipih dari tas lalu membukanya. “Bagaimana, Lin? Sudah bisa menangkap basah mereka?” Sebuah pesan dari Rere-sahabatku, terpampang jelas di layar ponsel. Ah. Kenapa aku tidak ke rumah Rere saja. Aku yakin dia bisa membantuku. “Nanti aku ceritakan,” Dengan cepat aku mengetik pesan lalu mengirimnya pada Rere. Setelah itu, aku langsung tancap gas, melajukan motor ke rumahnya. Aku langsung disambut hangat oleh sahabatku saat sampai di rumahnya. Dia memang tinggal sendiri. Rumah yang ia tinggali merupakan hasil jerih payahnya selama ini. Aku pun lantas bercerita mengenai apa y
Read more
BERAKSI
Sesampainya di rumah, Rere mempersilakan Mas Angga di ruang tamu, sementara aku diajak ke kamarnya. Gegas aku mengekori sahabatku yang lebih dulu masuk kamar. Segera kuhempaskan tubuh di atas ranjang dengan mata memejam erat. Kedua tangan tertangkup pada wajah kusut yang terbebani masalah. Sekelebat bayangan masa indah bersama Mas Bayu tiba-tiba hadir mengganggu pikiranku. Dibalik tutur lembutnya, banyak sekali tersimpan kepalsuan. Aku pikir dia akan memberi bahagia untukku, ternyata luka yang ia torehkan.“Kamu yakin rencanamu akan berhasil?” Meski tak keras, kalimat yang diucapkan Rere berhasil membuyarkan lamunan. Gegas aku bangkit lalu menatap dia yang duduk di tepian ranjang. “Semoga saja, Re,” sahutku lirih,“Bagaimana jika nanti ternyata suamimu tak mendatangi Nilam? Apa kamu akan menepati janjimu pada Angga?” tanya Rere serius. Aku terdiam. Pikiranku kembali
Read more
DMCA.com Protection Status