Hasrat Terpendam Sang Kameramen
Sejak ayah meninggal, aku hidup pas-pasan dari pekerjaan videografer sambil kuliah, mengandalkan kamera SLR tua warisan studio ayah. Tapi saat ibu jatuh dan dirawat di rumah sakit, tagihan menumpuk tanpa ampun. Aku mengambil semua proyek yang bisa, dari video pernikahan hingga acara murahan, sampai akhirnya seorang produser menawarkan pekerjaan dengan bayaran tiga kali lipat. Awalnya kupikir ini rezeki tak terduga—sampai ia menyebut jenis videonya: dewasa. Aku sempat menolak, tapi bayangan ibu di ranjang rumah sakit membuatku diam. Lalu ia menambahkan satu kata yang mengubah segalanya. “Konsepnya POV. Kau yang pegang kamera... dan ikut bermain.”